Waktu berlalu cepat, dua minggu terlewati bagaikan embusan angin dan Lika masih belum menemukan makna dibalik ucapan Janu tempo hari. Begitu pula dengan sikap Janu yang tidak ada perubahan sama sekali dan masih terus membuat Lika bingung. Kadang bisa sangat dingin, tapi di hari yang sama pula bisa sangat manis. Memikirkan Janu sungguh menguras tenaga. Maka, Lika putuskan untuk mengenyahkan semua itu dan fokus dengan apa yang ada di depan mata. Rasa penasaran terhadap Janu nyaris membuat Lika melupakan diri sendiri.
Dia tidak mau sampai kehilangan karismanya di depan pria itu.
"Bu Mutiara kelihatan senang banget waktu lihat lo tadi," kata Lika, seraya menaruh gelas di nampan pelayan yang berlalu lalang, dia tersenyum manis kala pelayan tersebut mengenali dirinya. Kemudian barulah Lika kembali mengalihkan pandangan kepada Janu. "Lo tahu kan, alasan dia sempat mau cabut itu bukan karena ragu sama KiraDara, tapi karena dia merasa nggak lagi diistimewakan sama lo."
"Saya hanya berusaha adil dengan semua investor, Lika," sahut Janu, sembari melirik sekilas ke arah pemilik acara yang tengah dikerumuni banyak tamu. Janu memilih untuk melipir ke sudut paling jauh setelah menyapa Mutiara Dewi.
Lika mengacungkan telunjuk dan menggeleng. "Semua nggak bisa bergantung sama lo, tapi lo yang harus menyesuaikan mereka."
"Iya, berarti jobs desc ini cocok buat kamu kan? Semua investor senang sama kehadiran kamu," kata Janu. Sungguh dia kesulitan jika harus mengadaptasi cara bekerja sang ibu yang sangat kolot dan kuno.
"Yup! Dan cuma lo yang benci sama gue," seloroh Lika, asal.
"Dulu." Janu mengoreksi.
"Sekarang?" Lika tersenyum sembari menatap pria itu. Tatapan Janu seolah selalu bisa membuat dia terperangkap dalam satu ruang kosong. Lika seakan menjadi tuli dan semua mata yang tertuju padanya lenyap tak bersisa. Dengan itu, Lika bisa tidak peduli pada mata-mata nakal yang berusaha menelanjangi dirinya lewat pikiran.
"Baiklah, hadirin sekalian. Kali ini kita akan menyambut seorang penyanyi terkenal tanah air yang turut meramaikan acara ulang tahun Ibu Mutiara Dewi. Kita sambut, Fiona Fellas!"
Gemuruh tepuk tangan dan suara pembawa acara lantas mengalihkan Janu untuk menjawab pertanyaan Lika tadi. Pandangan mereka tertuju pada panggung yang berdiri elegan di tengah ballroom dari hotel ternama ibukota. Baik Janu maupun Lika sama-sama tidak tertarik untuk melangkahkan kaki ke arah panggung atau sekadar mengangkat ponsel untuk merekam si penyanyi. Mereka berdua masih berdiri bersisian di area paling belakang, menunggu waktu yang tepat untuk pulang.
"Mau pulang habis Fiona selesai perform?" tanya Lika.
Janu menoleh. "Boleh."
"Oke." Lika kembali menatap panggung yang sudah nyaris tak terlihat, berusaha tidak memedulikan tatapan nakal dari beberapa sudut yang mungkin tengah membicarakan keberadaannya. Dulu Lika memang terbiasa dengan atensi tersebut, tapi sekarang berbeda.
"Kamu cantik juga, ya."
Lika sempat membeku sejenak sebelum dia menoleh dan memastikan kalau kalimat tadi benar-benar keluar dari mulut seorang Januari Pratama.
"Siapa?" Lika bertanya.
"Kamu," kata Janu, sambil menatap wanita itu.
Gaun merah maroon berpotongan V pada bagian depan dan belakang itu membalut indah tubuh Lika pada acara malam ini. Riasan bertema elegan dan klasik turut mendukung penampilan wanita itu. Saat menjemput Lika tadi, aura model wanita itu tak bisa terelakkan lagi. Namun, Janu tak langsung memuji. Dia pikir, memang inilah Lika yang sebenarnya.
"Telat." Lika mendengus. "Semua orang udah bilang begitu dari tadi."
"Mereka memuji karena kamu adalah December Angelica," kata Janu, sembari tersenyum kecil. Cahaya lampu yang diredupkan untuk menyorot Fiona Fellas membuat pandangan mereka saling tak jelas. "Kalau pujian saya itu tulus. Setelah saya pikir-pikir, kamu emang cantik hari ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind Her Lingerie ✅
Romantizm"Yang tadi itu kamu bilang ciuman?" Lika tertawa pelan sambil mengusap bibir Janu dengan ibu jari. Janu hanya terdiam kikuk. "Emang yang bener kayak apa?" "Mau tahu?" Mata Lika mengerling penuh goda. "B-boleh," sahut Janu, berusaha untuk tidak menol...