Ch. 16 - Special Day

45.6K 3.1K 254
                                    

Setelah susah payah membongkar isi tas Lika untuk menemukan kunci rumah, akhirnya Janu berhasil membawa gadis itu ke kamar. Lika benar-benar sudah tak sadarkan diri, gangguan sekecil apa pun sama sekali tidak mengganggu tidur lelapnya. Janu juga tak berpikir untuk membangunkan, dia mengerti bahwa Lika pasti lelah seharian ini. Selama perjalanan menuju rumah Lika, pria itu merenungi banyak hal. Entah karena dia sudah lama tidak tersentuh perasaan kasmaran atau memang bodoh secara alamiah, Janu bertekad untuk belajar menghadapi Lika sebagai pasangan dari nol.

Dia tidak akan mengadaptasi caranya berhubungan dengan Dian, atau menggunakan cara-cara kuno saat melakukan pendekatan dengan lawan jenis. Baru kali ini Janu menyesal karena tidak pernah mendengarkan saran-saran dari Nando.

"Finally." Janu menghela napas usai berhasil merebahkan Lika di ranjang. Dia melangkah menuju nakas putih di sebelah jendela lalu menyalakan AC. Sejenak Janu terdiam, dia bimbang ingin tinggal atau pulang. Namun, saat melihat Lika tertidur pulas dengan wajah yang riasannya telah luntur, semakin membulatkan tekad Janu untuk sekali saja menjadi nakal.

Janu masih ingat ruang walk in closet yang menyatu dengan kamar Lika, dia pergi ke sana lalu berhenti tepat di depan meja rias gadis itu. Janu memindai satu per satu barang yang ada di sana dengan jeli, kemudian ia mengambil sebuah botol berukuran 500ml yang bertuliskan 'micellar water' serta kapas di dalam kotak penyimpanan transparan. Bukan hal yang sulit bagi Janu untuk mengetahui fungsi dari setiap produk skincare milik Lika.

Kalau masih ada pria yang mengeluh bingung, Janu akan memastikan apakah orang itu lulus SD dengan benar atau menggunakan sogokan sampai-sampai tidak bisa membaca label yang tertera pada badan produk.

"Kalau begini, kamu mirip hantu yang ada di Spirited Away." Janu bergumam sambil duduk di tepi ranjang, dia menatap wajah Lika yang tenang. Sekitar matanya menghitam akibat noda lunturan dari maskara dan eyeliner. Dia tersenyum saat mengingat Lika yang dapat menangis dan marah dalam satu waktu dalam keadaan mabuk. "How cute."

Sebelum menggunakan kapas yang sudah dibasahi dengan micellar water, tiba-tiba satu ide terlintas di benak Janu. Dia mengeluarkan ponsel dari saku lalu membuka kamera dan mengambil gambar wajah Lika. Janu tak dia akan segera dipenggal kalau ketahuan Lika, tapi sungguh ia ingin sekali mengabadikan momen gadis itu mabuk pertama kali di depannya.

"Maaf, ya, aku udah bikin kesal." Janu mulai menghapus riasan Lika dengan kapas tersebut. Dia menyeka pelan-pelan area mata gadis itu hingga seluruh sisa foundation dan lipstik di bibir Lika hilang. Janu mengulang proses itu sampai dua kali.

Selesai membersihkan wajah Lika, dia membenahi sampah-sampah tersebut lalu menyelimuti gadis itu agar tak kedingingan. Janu masih waras untuk tidak berlagak pahlawan menggantikan baju Lika dengan piyama. Lalu setelah semua beres, Janu kembali duduk di tepi ranjang. Tangannya terulur untuk mengusap kepala Lika.

"Makasih udah kasih kesempatan buat cowok bego kayak aku, ya, Lik. Kalau bukan karena kamu, aku nggak akan tahu rasanya kasmaran lagi. Aku mungkin nggak akan tahu juga kalau ternyata kasmaran itu seaneh ini. Kadang bikin aku senang, gugup, excited, bahkan khawatir dalam satu waktu. Makasih udah berani untuk coba menghadapi aku yang bodoh ini." Dia mengusap kening Lika dengan ibu jarinya sambil terus memandangi gadis itu.

Pandangan Janu teralihkan saat melihat layar ponsel yang berkedip, dia meraih benda kecil itu lalu bibirnya tersenyum tipis. Janu membungkuk untuk mengecup kening Lika cukup lama.

"Have a sweet dream, birthday girl," bisik Janu, tepat pukul setengah satu dini hari pada tanggal 12 Desember.

***

Ini menyebalkan.

Lika paling benci dengan efek bangun tidur setelah mabuk. Meski pun sudah terlelap hampir delapan jam, tetap saja seluruh tubuhnya terasa linu dan kepalanya pening seperti orang kurang tidur. Namun, ia juga tak berniat untuk beranjak dari tempat tidur. Lika masih memejamkan mata, satu tangannya memijat kening dengan perlahan. Dalam gelungan selimut, Lika memutar tubuhnya untuk lelap sejenak sebelum mandi.

Behind Her Lingerie ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang