Sudah menjadi rahasia umum keluarga Pratama, bagaimana Kirana Andrea sukses menjelma menjadi menantu kesayangan Seon Yin alias Sukma Pratama. Bukan hal yang mudah untuk Kirana mendapatkan restu dari sang ibu mertua. Gelar magister di belakang namanya, jabatan CEO dari brand yang dia kembangkan lewat modal dari sang ayah, sikap dan pikiran yang lebih modern membuat Sukma memandang Kirana tak layak menjadi pasangan dari putra sulungnya, Rajendra Pratama.
Sukma menginginkan seorang wanita yang patuh, penurut, dan berada di rumah setiap saat, tapi Kirana berhasil membuktikan bahwa dia mampu menjadi seorang wanita karir tanpa menomorduakan keluarga kecilnya. Meski penolakan dari Sukma terus berlarut selama bertahun-tahun setelah pernikahan dia dengan Rajendra, tapi pada akhirnya Kirana tetap berhasil menunjukkan bahwa tidak pernah sekali pun dia memandang Sukma sebagai musuh.
"Ma, kalau nggak nyaman nanti saya minta suster buat antar Mama ke kamar, ya," kata Kirana, yang tengah berdiri di samping kursi roda sang mertua.
"Janu mana?" Alih-alih menjawab, Sukma malah mempertanyakan hal lain. Tahun ke tahun berlalu, Sukma mulai menyadari kalau satu per satu cucunya mulai menghilang. Bukan karena faktor usia, tapi tentang perasaan Sukma yang merasa kehangatan dalam keluarganya perlahan memudar.
"Janu lagi jalan ke sini," kata Kirana.
"Keenan?" tanya Sukma, pelan.
Raut wajah Kirana lantas berubah, dia menunduk sekilas lalu membetulkan syal yang menyelimuti lengan Sukma. "Mama tunggu di kamar, ya. Nanti kalau Janu sudah sampai, saya minta suster buat antar Mama ke luar lagi."
"Amah pengin dengar suara Keenan," ujar Sukma, lirih.
"Iya, Ma," sahut Kirana, lemah. Dia melirik suster yang bertugas merawat Sukma dan mengisyaratkan untuk segera membawa wanita tua itu ke kamarnya.
Kirana lantas menjauh dari Sukma. Jika ibu mertuanya sedang ingat, dia tidak akan bisa membantah Sukma untuk tidak membahas Keenan dan seperti biasa, Kirana tidak pernah punya jawaban yang menyenangkan Sukma. Mungkin itu adalah kegagalan dia setelah puluhan tahun menjadi menantu.
"Kirana! Ngapain kamu bengong? Sini! Lihat cucuku yang tinggal Jepang, udah bisa diajak ngobrol!" Almira, sepupu Rajendra, melamnbaikan tangan seraya memanggil Kirana.
"Mana Orei? Kok tahun ini dia nggak pulang?" Kirana melangkah menuju ruang tamu yang telah dipenuhi oleh anggota keluarga. Christmas dinner adalah waktu berkumpul keluarga Pratam selain Imlek.
"Tiff juga nggak pulang," sahut Almira, sambil memberikan ponsel berisi vidio sang cucu kepada Kirana. "Anakmu pada kemana, sih?"
Kirana mendengus pelan seraya duduk di samping Almira sembari menonton vidio Orei, cucu sepupunya. "Yang perempuan diboyong suaminya, yang laki-laki sibuk sama pacarnya."
Almira terkekeh. "Jadi, siapa yang tahun ini kasih kamu mantu? Keenan atau Janu?"
Kirana mengangkat bahu sambil mengembalikan ponsel ke Almira. "Makin lucu si Orei."
Almira berdecak. "Jangan mengalihkan pembicaraan."
"Emang apa yang aku alihkan?" Kirana menoleh dengan malas.
"Kamu, tuh, jangan terlalu keras sama anak-anak. Apa yang terbaik buat kamu, belum tentu sama dengan apa yang bakal anak kamu rasakan," ujar Almira.
"Maksud kamu?" Sejujurnya Kirana merasa sedikit tersindir.
"Kamu pasti takut kan dua anak laki-lakimu menikah? Kamu takut mereka bakal disusahkan sama istri mereka? Makanya Keenan sama Janu nggak menikah-menikah juga," seru Almira, dengan serius.
Kirana menghela napas. "Gimana aku mau selektif, Mir? Keenan pacaran nggak pernah sama yang bener. Janu malah lebih parah, nggak pernah kedengaran punya pacar. Baru-baru ini aja dia mengaku dekat sama perempuan. Itu pun aku curiga dia bohong."
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind Her Lingerie ✅
Romance"Yang tadi itu kamu bilang ciuman?" Lika tertawa pelan sambil mengusap bibir Janu dengan ibu jari. Janu hanya terdiam kikuk. "Emang yang bener kayak apa?" "Mau tahu?" Mata Lika mengerling penuh goda. "B-boleh," sahut Janu, berusaha untuk tidak menol...