Ch. 31 - Can Anybody Help Me?

25.1K 2.4K 159
                                    

trigger warning:
 sexual harassment // self-harm
.
.

Tubuh Lika gemetar setengah mati ketika dia melihat goresan dari pisau cutter pada pergelengan tangannya, kini mengeluarkan darah segar. Dada wanita itu terasa sesak, seperti ditekan tumpukan karung berkilo-kilogram. Pasokan oksigen untuk Lika bernapas seakan terus berkurang, Lika tidak tahu mengapa cutter yang ia niatkan untuk menyobek gambar dirinya di majalah, malah jadi melukai tangannya.

Dengan tangan yang bergetar, dia mengambil ponsel. Jarinya tak sengaja menekan satu notifikasi dari pesan Instagram. Lika mematung sejenak, mata memanas kala dia melihat sebuah akun mengirim foto tanpa busana yang memperlihatkan kelamin pria. Bayang-bayang komentar yang tak sengaja ia baca di Instagram kembali terlintas di benaknya.

'Lebih cocok jadi model bokep!'
'Tetenya gede, jadi pengin remas.'
'Buka dikit lagi dong, Lika.'
'Hai, Lika. Mau tukeran PAP naked?'
'Lika, aku puas banget abis coli sama foto kamu.'

"AKHHH!" Lika menjerit lalu melempar ponsel hingga membentur dinding. Napasnya memburu, air matanya berjatuhan. Darah dari pergelangan tangannya berjatuhan ke lingerie yang ia kenakan.

"Lika!"

Wanita itu tidak menggubris begitu pintu apartemennya terbuka. Lika masih menjerit, meluapkan emosi yang selama ini hanya bisa ia sembunyikan di balik kamera. Dia merusak majalah yang menampakkan gambar dirinya menggunakan cutter dengan histeris.

"Lika! Stop! Lika, dengarkan aku!"

Guncangan di bahu membuat Lika seketika berhenti. Dia mengangkat pandangan perlahan. Sesak di dada Lika seketika menjadi lebih lega, dia lantas menghampiri pria yang kini berlutut di hadapannya.

"Astaga, Lika!" Mata pria itu membesar seraya dia memegang tangan Lika. Darah segar di pergelangan tangan masih mengalir. "Kamu ... ngapain, Lik?"

"Ganesh." Lika memanggil nama pria itu dengan bibir gemetar sembari menahan air mata. "Aku ... sumpah aku nggak tahu. Aku nggak ngerti kenapa cutter itu malah bikin tangan aku berdarah. Aku tadi aku nggak tahu aku bingung aku—kepala aku sakit, aku susah napas—"

"Udah cukup." Ganesh menangkup kedua pipi Lika, dia berusaha tersenyum meski hatinya hancur. "Kita ke rumah sakit, ya."

Lika mengangguk. Dia membiarkan Ganesh mengambil tali kimononya. Lika hanya menatap Ganesh yang tengah mengikat pergelangan tangannya dengan tali kimono untuk menghentikan darah. Pria itu bahkan masih mengenakan seragam pilot.

"Lika! Lo gila, ya?!"

Pekikan barusan membuat Lika tersentak, begitu pula dengan Ganesh yang lantas menoleh. Julio, manajer Lika, datang dengan kedua mata membesar. Dia berjongkok di samping Lika, menarik tangan gadis itu dengan kasar.

"Lo itu bego atau tolol, sih? Ngapain lo bikin tangan lo luka? Kalau bekasnya nggak hilang gimana? Lo itu model, Lika!" omel Julio.

Sesak itu mulai kembali. Lika tidak berani menjawab.

"Jul," tegur Ganesh, seraya kembali menarik tangan Lika dengan hati-hati. "Lika lagi sakit, nggak seharusnya lo ngomong gitu."

"Sakit apanya?! Dia baik-baik aja." Julio melirik Lika dengan jengkel. "Lo jengkel gara-gara batal jadi BA Focca & Beams kan? Lo mau cari perhatian dengan sok-sokan self-harm biar di-notice? Mikir pakai otak, Lik! Begini malah bikin lo semakin dihujat—"

Behind Her Lingerie ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang