Nando tidak peduli lagi dengan mobilnya yang terparkir secara asal. Foto matanya hanya pada ponsel yang memperlihatkan posisi Tasya sekarang. Dia melirik gedung hotel yang menjulang tinggi, Tasya sudah berpindah tempat. Nando berlari ke arah yang berlawanan, dengan jantung berdegup seperti orang habis marathon, Nando mendorong pintu minimarket yang berada tak jauh dari hotel dengan tergesa-gesa.
"Meimei ..." Napas Nando tersengal, kepalanya celingak-celinguk mencari keberadaan gadis itu. Lalu mata Nando tak sengaja bersinggungan dengan kasir minimarket.
"Di sini, Mas," kata penjaga kasir, sambil menunjuk ke bawah.
Nando langsung masuk ke belakang meja kasir dan benar saja, dia menemukan Tasya tengah berjongkok sembari memeluk diri sendiri dengan rambut dan riasan yang berantakan. Nando menyimpan ponsel di saku celana dan lantas menghampiri sahabatnya.
"Do!" Tasya yang menyadari keberadaan pria itu langsung bangkit dan menghamburkan pelukan pada Nando dengan sangat erat.
"Ada apa?" Nando mencoba menahan kedua bahu wanita itu, tapi Tasya tak mau bergerak. "Mei ..."
"Takut, Do."
Nando bingung, tapi dia pun tidak menuntut Tasya untuk menjelaskan saat itu juga. Nando langsung membuka jaket ketika dia menyentuh lengan Tasya yang dingin, pria itu memberikan jaketnya untuk melapisi dress bodycon Tasya.
"Pakai dulu," kata Nando, seraya menyelimuti bahu Tasya dengan jaket. Dia yakin hal buruk baru saja terjadi saat melihat wajah gadis itu. "Kasih tahu gue sedikit aja. Apa yang terjadi?"
Tasya mengangkat pandangan perlahan dengan mata sembab.
"Mei." Nando mengusap kepala Tasya, merapikan rambut gadis itu. "Lo takut kenapa?"
"Arthur," sahut Tasya, pelan sekali. Matanya sudah kembali berkaca-kaca begitu menyebut nama pria itu.
Nando menahan diri untuk tidak mengumpat di depan Tasya. Benar dugaannya, gadis itu memang sedang bersama Arthur. Nando tak membiarkan mereka berlama-lama di minimarket dan menjadi tontonan orang-orang. Dia segera membawa Tasya keluar untuk pulang.
"Tasya!"
Gadis itu lantas tersentak dan buru-buru mengambil posisi di belakang Nando begitu mendengar suara Arthur. Sementara Nando yang menyadari reaksi Tasya, langsung memasang badan dengan menggenggam tangan sahabatnya yang berada di belakang.
"Lo ngapain ada di sini?" tanya Arthur sinis, kala dia menemukan Nando.
"Meimei minta gue ke sini," balas Nando.
"Ini urusan gue sama Tasya," kata Arthur, tajam. Dia lalu maju selangkah kemudian menarik tangan Tasya. "Ikut aku sekarang!"
"Nggak mau!" Tasya menjerit histeris sembari berpegangan pada lengan Nando. "Pokoknya kita putus!"
"Bro." Nando mencekal tangan Arthur sembari menatap pria itu. Dia tidak tahu apa masalah yang mendera hubungan keduanya, tapi penampilan dan jeritan Tasya barusan sudah cukup untuk membuat Nando turun tangan.
"Lo nggak usah ikut campur!" Arthur menepis tangan Nando. "Tasya itu pacar gue!"
"Pacar macam apa yang nggak bisa bikin pasangannya merasa aman?" Nando mendorong bahu Arthur untuk menjauh, sedangkan Tasya terus mengekori dirinya sambil sesenggukan. "Lo pergi sekarang, deh. Gue lagi nggak mood buat marah-marah."
Arthur mendengus penuh cibiran. "Emang lo punyak hak apa?"
Rahang Nando mengeras.
"Lo cuma temen Tasya. Gue pacarnya!" seru Arthur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind Her Lingerie ✅
Romance"Yang tadi itu kamu bilang ciuman?" Lika tertawa pelan sambil mengusap bibir Janu dengan ibu jari. Janu hanya terdiam kikuk. "Emang yang bener kayak apa?" "Mau tahu?" Mata Lika mengerling penuh goda. "B-boleh," sahut Janu, berusaha untuk tidak menol...