Ch. 38 - 'Cause She Loves Him

25.8K 3K 426
                                    

Lika tidak berani datang ke rumah Janu tanpa izin pria itu tadi malam. Jadi, selama mempertimbangkan banyak, dia hanya diam di kamar sambil terus memikirkan keadaan Janu. Hingga Tasya memberi kabar sekaligus menyarankan agar Lika datang saat jenazah Sukma sudah dipindah ke rumah duka saja. Lika memanfaatkan waktu yang ia miliki untuk mempersiapkan diri, berbagai skenario soal keadaan Janu malang-melintang di benaknya sampai Lika benar-benar tiba di salah satu ruangan pada rumah duka tersohor di Jakarta.

Karangan bunga dengan ungkapan duka cita memenuhi sisi dinding di depan ruangan. Lika seperti masuk dalam sebuah atmosfer yang sulit untuk dijelaskan. Sosok pria berkaus putih yang tengah berbincang dengan entah siapa di samping peti yang terbuka langsung menarik perhatian Lika. Dia ingin sekali melangkah untuk memeluk Janu, tapi melihat pria itu yang hanya melirik sekilas membuat Lika kembali mengurungkan niat.

"Lika."

Wanita itu menoleh, dia menemukan Nando duduk di sebelah Tasya yang berwajah sembab. Lika segera mengenyahkan masalah dia dengan Janu dan lantas menghampiri Tasya.

"Sya, aku turut berduka, ya." Lika menggapai tangan Tasya seraya duduk di samping gadis itu dan memeluknya.

Tasya mengangguk sambil membalas pelukan Lika. "Makasih juga udah datang, ya. Kokoh masih sibuk dari tadi pagi, kamu di sini aja dulu sama kita, Lik."

"Iya." Lika berusaha tersenyum meski sulit.

"Atau kamu mau ketemu sama Iie Kirana?" tanya Tasya.

Lika menggeleng samar. "Nggak apa-apa aku di sini dulu."

"Gue kira semalam lo ke rumah Janu, Lik," ujar Nando, yang duduk di sebelah kiri Tasya. Dia menoleh pada kekasih sahabatnya. "Tapi pas gue datang, lo nggak ada."

"Gue tahu kabar soal Amah dari Tasya. Gue pikir akan ribet kalau tiba-tiba gue datang sebagai tamu," kata Lika.

"Wajar, sih. Karena yang urus ini semua juga keluarga Koh Janu," ujar Tasya, mengingat bagaimana keluarga putra sulung sang nenek bekerja sama mengurus kematian Sukma sejak tadi malam. "Mana Janu juga yang nemuin kalau Amah meninggal."

Lika sontak mengangkat pandangan. Dia melihat Tasya menatap Janu dengan iba. "Maksud kamu gimana, Sya?"

"Amah meninggal di rumah, Lik. Pas lagi tidur. Terus katanya, Kokoh pengin kasih titipan Koh Keenan ke Amah. Ternyata waktu dia coba bangunin, napasnya udah nggak ada," ujar Tasya, lalu dia menarik napas sejenak. "Udah dipanggil dokter, ternyata emang udah lewat."

Lika terdiam. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana dirinya menemukan seseorang tak lagi bernapas di hadapannya sendiri. Bagaimana mengenyahkan bayang-bayang itu seumur hidup.

"Nanti kalau udah agak sepi, lo samperin Janu aja, Lik." Nando mengambil air kemasan lalu memberikan pada Lika. "Dia pasti butuh lo banget. Dari tadi pagi nggak berhenti urus ini itu, belum lagi harus jamu tamu dari kalangan bisnis. Kasihan."

Lika menatap Janu yang kini berbincang dengan orang berbeda dan masih berada di sisi peti. Dari cara bicaranya, Janu masih terlihat biasa saja, wajahnya pun tidak sembab seperti Tasya, tapi gurat lelah itu ada. Sementara Kirana dan Rajendra duduk bersama beberapa anggota keluarga.

"Mei, Mei." Nando menepuk-nepuk lutut gadis itu lalu mengedikan dagu ke pintu masuk membuat Tasya lantas menoleh.

"Demi Koh Keenan datang?" Reaksi terkejut Tasya tidak dapat dielakkan begitu dia melihat seorang pria dengan tubuh menjulang tinggi, berjalan dengan langkah tegas memasuki ruangan duka. Tanpa menyapa siapa pun, Keenan langsung menghampiri adik laki-lakinya.

"Itu kokohnya Janu kan?" Lika bertanya.

Tasya dan Nando mengangguk nyaris bersamaan. Pandangan mereka bertiga terpatri pada Keenan yang tengah memeluk Janu. Tidak ada tangis dramatis, tapi siapa pun bisa merasakan embusan kesedihan yang menyeruak ketika mereka berusaha untuk menguatkan satu sama lain.

Behind Her Lingerie ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang