Ch. 28 - Birthday Boy [18+]

56.3K 2.6K 261
                                    

Langkah pria itu dengan santai menyusuri lorong yang membawa dirinya pada sebuah ruangan bertuliskan CEO. Satu tangan Nando tersimpan di saku celana, sementara tangan kanannya memegang sebuah paper bag berisi hadiah untuk sahabatnya. Karena tahun ini mereka batal merayakan bersama Tasya, jadi Nando ingin memberikan hadiah lebih awal. Sebab, besok Janu akan terbang ke Bali bersama kekasihnya.

"Lucu banget, sih, pacar aku!"

"Lik! Kenapa, sih, kamu suka remas-remas pantat aku?"

Tangan Nando yang hendak menurunkan kenop pintu mendadak membeku saat dia mendengar percakapan barusan dari dalam ruangan. Nando memejamkan mata sambil menarik napas dalam-dalam ketika mendengar tawa seorang wanita yang terurai, sudah pasti Lika ada di dalam sana. Tangan Nando terangkat untuk mengetuk, tapi kembali urung.

"Habisnya pantat kamu lucu."

"Kalimat kamu aneh tahu nggak? Mana ada pantat lucu?"

"Ada, Janu! Tahu nggak apa yang paling sexy dari kamu?"

"Apa?"

"Pacaran kok ngomongin pantat!" Nando berdecak dan buru-buru menjauh dari ruangan itu sebelum dia mendengar hal-hal konyol lain yang dibicarakan dua sejoli tersebut.

"Aduh!"

Nando tersentak begitu dadanya menubruk kepala seseorang.

"Kok lo—"

"Sst!" Nando langsung membekap mulut Tasya dan menggiring gadis itu untuk ikut menjauh dari ruangan Janu. Bisa gawat kalau Tasya sampai mendengar obrolan Janu dan Lika. Bukannya pergi, Tasya pasti akan menerobos pintu dan dengan senang hati menonton kedua orang itu berpacaran.

"Apaan, sih?!" Tasya memukul tangan Nando ketika mereka sudah tiba di depan lift. "Udah kayak tukang culik aja pakai bekap-bekap segala. Ih! Tangan lo bau sabun!"

"Ya, daripada bau terasi?" Nando berdecak lagi lalu dia memastikan kalau sepanjang lorong sudah benar-benar sepi. "Janu sama Lika lagi pacaran di dalam."

Tasya menganga. "Serius? Terus mereka ngapain aja? Ciuman? Pelukan?"

"Tolil! Ngapain juga harus tahu?" sahut Nando, lalu dia bersandar pada dinding di sebelah lift. "Lo mau ngapain ke ruangan Janu?"

"Soal kerjaan. Dari tadi gue chat dia nggak dibales—eh apaan, tuh?" Mata Tasya langsung berbinar ketika dia melihat paper bag yang berada di tangan Nando.

"Kado buat abang lo," sahut Nando.

"Cuma buat Janu?" Tasya mencebik pelan.

"Iyelah, kan besok dia ulang tahun," kata Nando.

"Buat gue mana? Gue kan juga mau ulang tahun!" seru Tasya, sembari menadahkan kedua tangan. Tahun lalu dia dapat tiket konser Tulus dari Nando, padahal dua bulan sebelumnya Tasya sudah nangis-nangis karena kalah war saat pembelian tiket.

"Halah! Laki lo kan banyak duit, minta rumah aja sama dia. Apalah gue, cuma budak korporat," ujar Nando, selalu dramatis.

Tasya berdecak. "Gue suka duit, tapi nggak sematre itu juga kali."

"Emang lo mau kado apa?" Nando menatap gadis yang kini tengah pura-pura berpikir.

"Banyak banget nih wishlist gue. Jadi bingung," kata Tasya.

"Udah lipstik aja sebiji," kata Nando, dia akan ikhlas mengeluarkan uang untuk itu.

"Dih! Nggak mau!" sahut Tasya, cepat. Sebab, dia yakin isi dari paper bag yang Nando pegang pasti tidaklah murah. Tahun lalu saja, Nando memberikan sebuah ikat pinggang keluaran Salvatore Ferragamo untuk Janu. Pria itu mengeluarkan uang nyaris tujuh juta hanya untuk sebuah ikat pinggang! Bagaimana bisa Tasya tidak iri?

Behind Her Lingerie ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang