Ch. 07 - Pratama's Family

85.7K 3.9K 158
                                    

Rasa dingin yang menusuk kulit membuat tidur lelap Janu berakhir, dia mengerjap perlahan dengan kondisi setengah sadar. Janu masih membeku saat dia melihat langit-langit kamar yang gelap. Sesaat dia berpikir, apakah ini sedang mati lampu? Namun, Kirana, sang ibu, tidak mungkin membiarkan listrik mati lebih dari satu menit. Janu menoleh ke arah sorotan cahaya berada, di sebelah kanan ada jendela besar dengan gorden tipis berwarna putih. Kening Janu berkerut, mata pria itu menyipit.

Sejak kapan gorden di kamarnya berubah menjadi warna putih?

Janu pun termangu dalam gelungan selimut tebal. Cukup lama dia terdiam, sebelum benaknya memutar kembali apa yang terjadi semalam. Janu sontak tersentak, dia lantas bangkit untuk duduk. Pria itu menoleh ke kanan kiri, wanita yang mengisi benaknya tidak ada di ranjang. Telapak tangan Janu menyusuri leher dan tengkuk, seketika ia merinding saat kembali mengingat bagaimana Lika menggerayangi tubuhnya dengan penuh nafsu.

"Jadi, yang semalam itu ... bukan mimpi?"

Bayang-bayang lari dari tangga darurat menuju parkiran sampai insiden dalam mobil di bawah guyuran hujan deras pun kembali terlintas di kepala Janu. Semua begitu runut dan jelas, bahkan Janu masih ingat bagaimana rasa yang Lika beri dari setiap sentuhan wanita tersebut yang begitu menghangatkan dan terkadang membuat Janu merasa panas dingin sendiri. Dia juga ingat betul bagaimana ia dan Lika saling melucuti pakaian masing-masing di kamar ini.

"Gila." Janu bergumam.

Dia benar-benar telah melepas segalanya bersama Lika.

Janu menghela napas, dia tidak menyesal menghabiskan malam bersama Lika. Hanya saja, Janu tidak tahu bagaimana menghadapi Lika setelah ini. Bagaimana hubungan mereka akan berlangsung esok, lusa, dan seterusnya di kantor? Belum apa-apa, dia sudah bisa membayangkan betapa canggung mereka nanti. Namun, sekilas ada rasa tidak rela jika apa yang terjadi semalam terlewatkan begitu saja. Akan lebih menyakitkan jika Lika melupakan begitu saja.

Setidaknya bagi Janu.

"Argh! Bego!" Janu mengacak rambut dengan kesal. "Makanya jangan terlalu benci sama orang!"

Mata Janu yang tengah frustrasi mengitari kamar Lika, dia bangkit dari ranjang begitu melihat pakaiannya terlipat rapi di sofa. Janu sempat hendak mampir ke kamar mandi, tapi niatnya langsung menguap begitu melihat ponsel yang nyaris low-batt. Janu membelalak saat melihat notifikasi yang ada di layar ponsel.

Mami | 15 missed call
Nando Ardiansyah| 4 missed call
Limeida Anastasya | 5 missed call

"Mati gue!"

Janu buru-buru mengenakan pakaian secepat mungkin. Dilupakan rasa ingin buang air kecil dan mencuci muka. Tidak ada waktu untuk melakukan kegiatan tersebut di rumah Lika. Janu langsung keluar kamar. Dia sempat terdiam sejenak karena lupa dengan denah rumah Lika. Saat melihat tangga, barulah dia melanjutkan langkah. Janu menghirup aroma sedap ketika sampai di anak tangga terakhir.

"Morning!"

Janu menoleh, dia melihat Lika dengan balutan kimono satin berwarna sage green tengah berkutat di dapur. Lika sendiri sedikit terkejut melihat Janu yang sudah berpakaian lengkap dengan kemeja putih yang dikancing asal. Jas hitam yang semalam ia gunakan pun tersampir di lengan pria itu. Lika melupakan botol selai yang ada di tangan dan fokus kepada Janu.

"Kamu mau pulang?" tanya Lika.

Pria itu mengangguk cepat. "Iya."

"Nggak mau breakfast dulu? Masih setengah sembilan." Lika menunjuk jam dinding.

"Saya harus pulang sebelum Mami saya lapor polisi," sahut Janu, membuat Lika bingung seketika. "Maaf, saya nggak bisa lama-lama. Makasih udah ... kasih saya tumpangan tidur. Saya pergi dulu, Lika. See you."

Behind Her Lingerie ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang