4. Diaska ...
Dari dua sisi yang berbedaSeperti apa pun kamu menjalani hidup, pada dasarnya orang lain hanya diberi dua pilihan untuk melihatmu dari dua sisi yaitu, baik dan buruk. Mereka berhak memutuskan untuk melihatmu dari sisi yang mana.
🦋
Sudah larut malam. Diaska membuka pelan pintu rumah Ayahnya. Ia terkejut saat langkah kakinya yang berjalan ke dalam disambut oleh suara gelas yang jatuh, ribut, dan pecah karena membentur lantai.
Diaska berusaha bersikap biasa saja meskipun mungkin sebentar lagi ia akan berada dalam masalah besar.
Ia berjalan santai menuju kamarnya Natta. Namun, menyusul suara gelas pecah, suara seseorang yang jatuh juga ikut terdengar membuat Diaska menghentikan langkah.
Ia lantas berbalik arah dan berjalan cepat ke dapur kemudian menemukan Tamara tergeletak di lantai dengan wajah pucat pasi.
"Tante!" Panggil Diaska berlari menghampiri wanita itu.
"Tante Tamara dengar aku?"
Diaska menepuk-nepuk pipi wanita itu. Namun, tak ada respon.
Diaska kebingungan. Bulan sudah tertidur sementara Natta menginap di rumah Gemintang. Ayahnya sendiri sedang perjalanan bisnis ke luar kota.
Pada akhirnya Diaska memilih mengangkat Tamara lalu membawanya ke kamar wanita itu. Melewati tangga dengan napas ngos-ngosan dan banjir keringat di wajah serta tubuhnya.
Setelah membaringkan Tamara di atas ranjang, Diaska menempelkan punggung tangannya di kening wanita itu. Sangat panas.
Diaska kembali berlari ke dapur kemudian masuk kamar Tamara sembari membawa baskom berisi air dan handuk kecil.
Dia membasahi handuk kecil itu dan menempelkannnya di kening Tamara setelah melipatnya.
Tak lupa dia juga menyelimuti Tamara sampai sebatas dada.
Diaska ingin keluar setelah semuanya selesai karena merasa tidak nyaman berada di sana. Namun, saat berbalik, tangannya dicekal oleh Tamara yang setengah sadar.
"Jangan tinggalin Mama," ucap wanita itu pelan.
Jantung Diaska berdegub kencang mendengarnya. Ia pun tak mengerti kenapa hatinya menjadi hangat setelah mendengar ucapan Tamara itu.
Diaska menarik kursi dan duduk di samping kanan ranjang Tamara. Ia mengurungkan niatnya untuk pergi dan berniat menjaga Tamara di sana.
Dia memandang lama wajah Tamara yang terlelap.
"Natta."
Wanita itu kembali berucap tanpa membuka mata.
Hati Diaska yang tadinya menghangat berubah. Ia seharusnya tidak pernah berharap. Apa yang Diaska harapkan?
"Natta, Mama mohon banget sama kamu buat jangan dekat-dekat sama Diaska," ucap Tamara meraih tangan sosok di sampingnya sembari mengusapnya lembut dengan ibu jari.
"Diaska pembawa sial. Diaska itu malapetaka buat keluarga kita, Sayang," lanjut wanita itu.
"Mama mohon banget sama kamu buat jauhi dia, Ta. Dia pengaruh buruk buat kamu dan adik kamu Bulan." Tamara membuka mata dan berjengit kaget saat melihat sosok di sampingnya.
"Tidak apa-apa," kata Diaska sembari tersenyum kecil. "Tante tidur aja. Tidur bisa membuat keadaan Tante lebih baik."
Anak itu bangkit saat tak mendengar respon dari Tamara yang entah kenapa tumben sekali terdiam. Diaska mengusap peluh yang membanjiri keningnya dengan punggung tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hopeless
Teen FictionSatu-satunya yang tidak boleh kamu percaya di dunia ini adalah HARAPAN *** 02092022