17. Hari paling menyebalkan

4.6K 607 201
                                    

17. Semua hari terasa menyakitkan

"Tuhan tidak selalu memberikan apa yang kita inginkan. Tapi, percaya lah,  Tuhan pasti memberikan apa yang kita butuhkan."

🦋

Anna menunggu sekitaran lima belas menit sampai pintu berwarna hijau di depannya terbuka. Pemilik rumah tampak terkejut akan kedatangannya yang tiba-tiba.

Saat dipersilahkan masuk, Anna duduk di ruang tengah sembari menatap ke segala arah. Sekarang, ia tahu alasan kenapa tak ada satu pun foto Diaska terpajang di rumah kecil yang ditinggali Revina ini.

"Kenapa nggak bilang mau datang? Kan Bunda bisa masak dulu biar sekalian kita makan bersama soalnya udah lama kamu nggak datang jengukin Bunda. Sibuk, ya sekarang?" tanya wanita berwajah pucat itu panjang lebar. Tak lupa seulas senyum ramah ia ukir di bibirnya yang tak lagi berwarna.

"Maafin Anna Bunda soalnya baru bisa jenguk Bunda," balas Anna pelan seraya mengulas senyum manisnya.

Revina duduk di sampingnya lalu tak berhenti tersenyum. "Tambah cantik aja kamu, ya, sekarang."

"Ah Bunda bisa aja, aku kan jadi malu," kata Anna berupaya kuat mengusir rasa canggung yang benar-benar terasa di antara mereka.

Ucapan malu-malunya disertai pipinya yang bersemu membuat Revi tertawa.

"Mau makan apa? Nanti Bunda siapin," kata Revina setelah berhasil meredakan tawa.

Anna menggeleng. "Nggak usah repot-repot, Bun serius."

"Ngapain repot? Justru Bunda seneng loh," ujar Revi serius.

Anna tetap menggelengkan kepalanya kuat-kuat. "Aku udah kenyang banget, Bun tadi makan di restoran sama Diaska."

"Aku awalnya mau diet tapi dia malah maksa aku. Nggak bisa aku diet kalau sama dia, Bun pasti kalau nggak dipaksa makan, akunya dimarahin," adu Anna memanyunkan bibirnya membuat Revi tertawa kecil.

"Oh iya, maaf sebelumnya lancang, Bunda. Aku boleh nanya sesuatu, nggak?" Anna menatap ragu ke arah Revi. Ia sebenarnya merasa takut menyinggung atau melukai perasaan wanita itu tetapi di sisi lain, ia penasaran.

"Tanya aja," Jawab Revi terlihat tak menaruh rasa penasaran yang tinggi untuk pertanyaan Anna. Wanita itu pun masih mengulas senyum manis di bibirnya.

"Orang tua kandung Diaska, siapa Bunda?" Anna memberanikan diri menatap mata Revi meski nada suaranya terdengar pelan karena ragu.

Pertanyaan yang ia ajukan langsung membuat senyum Revi luntur.

"Kamu kenapa nanya begitu? Diaska anak Bunda, anak Bunda yang hidup di rahim Bun--"

"Aku dengar semua omongan Bunda di rumah sakit waktu Bunda datang jenguk Diaska," potong Anna dengan sekali tarikan napas.

Raut wajah Revi langsung berubah. Wanita itu seperti menahan sesuatu. Antara rasa marah, kesal, dan benci melebur menjadi satu.

"Diaska bukan anak kandung Bunda." Anna memberi tekanan pada setiap kata yang ia ucapkan membuktikan bahwa fakta yang ia ketahui tak bisa dibantah kebenarannya.

"Apa Diaska tahu semuanya?" Revina menatap Anna dengan mata memerah menahan amarah.

Melihat wanita itu yang tak seramah beberapa menit yang lalu membuat Anna merasa takut hingga ia menundukkan kepala.

"ANNA JAWAB! APA DIASKA TAHU SEMUANYA?"

Suara tinggi Revi membuat Anna terlonjak. Cewek itu menggelengkan kepalanya pelan-pelan.

HopelessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang