10. Ketidak percayaan diri
Berhenti menyakiti perasaan orang dan berlindung di balik kata "baperan"
Tidak semua orang memiliki mental sekuat kamu.🦋
"Rio dan Bayu dulu sahabatan tapi, hubungan mereka menjadi renggang karenaku. Menjadi wanita yang sangat cantik itu terkadang merepotkan, perasaan seseorang yang tidak kita sukai menjadi beban buat kita. Aku tak menyangka, Bayu masih terobsesi padaku," ujar Tamara menjelaskan setelah berhasil dibuat tenang oleh Diaska sembari meneguk segelas air yang diberikan anak itu. Ia sudah jauh lebih tenang sekarang.
Diaska menatap datar dengan helaan napas panjang. "Tante, tapi aku sama sekali nggak menaruh minat buat mendengar ceritamu."
Tak!
"Kamu anak yang sama sekali tidak punya sopan santun sama orang tua, ya!" geram Tamara.
Diaska mengelus keningnya yang dijitak penuh kasih oleh Tamara.
"Jatuh bangun Rio mengejar ku, setelah berhasil mendapatkanku, dia malah berselingkuh dan kamu lah hasil dari perselingkuhan itu padahal aku adalah wanita yang sangat cantik serta sulit dijangkau, ribuan lelaki mengantri untuk memenangkan hatiku, aku bisa mendapat yang jauh lebih baik dari Rio," lanjut Tamara.
Diaska mengangguk-anggukan kepalanya. "Tante pd banget"
"Kamu mengenal Bayu dari mana?" tanya Tamara mengalihkan pembicaraan.
"Dia ayah dari seseorang yang aku kenal," jawab Diaska lugas.
"Pacarmu?"
"Mantan. Sekarang Anna yang pacarku, Tan," ucap Diaska.
Diaska mengaduh kesakitan saat Tamara tiba-tiba menjewer telinganya.
"Ternyata benar yang dibilang Natta! Kamu suka mempermainkan hati wanita! Kamu jangan seperti ayahmu! Aku tambah membencimu!" omel Tamara.
Diaska melepaskan tangan wanita itu dari telinganya yang memerah.
"Pertama, aku nggak peduli sama kebencian mu padaku," balas Diaska. "Kedua, salahkan wajahku yang terlalu ganteng sampai semua cewek yang melihatku pasti punya keinginan buat jadi pacarku."
Tamara tertawa untuk pertama kalinya di depan Diaska. "Dari mana kamu mendapatkan kepercayaan diri yang tinggi itu? Huh"
"Udahlah, Tante. Aku nggak ingin berdebat, aku ingin keluar, nanti suamimu yang menyebalkan itu pulang dan salah paham melihatku di sini." Diaska bangkit ingin pergi tetapi Tamara menahan pergelangan tangannya.
Diaska menghela napas panjang sembari melepas tangan Tamara. "Tante jangan takut. Aku akan menjaga Tante dari luar."
"Jangan ke mana-mana sampai Ayahmu pulang," pesan Tamara.
Diaska mengangguk kemudian keluar kamar. Tamara berbaring sembari menatap langit-langit kamarnya.
Seandainya Diaska tidak lahir dari rahim Revi, ia pasti tak akan pernah bisa membenci anak itu. Setiap menatap mata anak itu, ada getaran yang tidak bisa ia jelaskan yang ia rasakan di hatinya.
Brakk!
Tamara spontan langsung bangkit dari berbaringnya saat mendengar suara keributan dari lantai bawah.
"Chandra?" panggilnya takut-takut.
Tak ada balasan dari anak nakal itu sementara di lantai bawah terdengar semakin ribut. Tepat saat suara lantang suaminya masuk indra pendengaran, Tamara tidak punya keraguan lagi untuk berlari keluar kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hopeless
Ficção AdolescenteSatu-satunya yang tidak boleh kamu percaya di dunia ini adalah HARAPAN *** 02092022