19. Percaya pada diri sendiri
Bahkan jika semua orang pergi meninggalkan mu dan tidak ada satu pun yang memihakmu, kamu masih punya diri kamu sendiri. Kamu punya hak buat bangun kekuatan untuk membela dan melindungi diri kamu sendiri.
🦋
Sekarang jam istirahat, kebanyakan para murid berada di kantin dan beberapa juga ada di lapangan untuk bermain seperti halnya dua sejoli itu.
Bermain basket berdua, sesekali mengeluarkan tawa seolah dunia hanya milik mereka berdua.
Diaska mengambil bola, memantulkannya sebentar lalu melemparnya dari jarak jauh tapi, bola berhasil masuk ke dalam ring.
Anna memanyunkan bibir melihatnya.
"Coba rebut sini. Nanti gue kasih hadiah," kata Diaska. Anna berjalan menghampiri cowok itu mencoba merebut bola di tangan Diaska yang pandai berkelit.
"Yak! Ngalah dikit kek sama cewek," protes Anna.
Diaska mengangkat tinggi-tinggi bolanya dan Anna beberapa kali melompat berusaha menjangkau yang percuma karena tubuh Diaska yang jauh lebih tinggi darinya.
Melihat itu Diaska tertawa seraya berjalan mundur membiarkan Anna terus berusaha menggapai bolanya.
"Diaska yak!" Anna kesal, tapi, sebuah ide cemerlang terlintas di kepalanya.
Dia menunduk memegang perutnya lalu mengaduh kesakitan. "Akh."
"Kenapa, sayang?" Diaska yang panik melepaskan bola tanpa sadar hingga bola menggelinding ke segala arah.
Setelah menciptakan peluang, Anna memanfaatkan kelengahan cowok itu yang berjalan cepat menghampirinya dengan khawatir. Cewek itu malah berlari mengambil bola yang dilepaskan Diaska, memantulkannya sebentar lalu melompat untuk memasukkannya ke ring. "Yeyyy!"
Anna melompat-lompat senang kemudian menjulurkan lidahnya mengejek pada Diaska.
"Hadiahnya apa?" tanya cewek itu pada Diaska yang berjalan ke pinggir lapangan untuk meneguk air dalam botol yang di pegang cowok itu.
Setelah membasahi dahaganya, Diaska menatap Anna kemudian tersenyum miring.
"Ciuman," jawabnya.
Anna mengambil satu botol minuman di dekat Diaska yang duduk lalu memalingkan wajah tanpa melihat wajah sang kekasih.
"Seharusnya aku tahu apa yang ada di otak kamu," balasnya jengah berupaya kuat membuka tutup botol minuman tangannya. Tapi, bahkan saat ia mengeluarkan seluruh energinya untuk membuka tutup botol itu, tetap tak terbuka.
Padahal tadi saat Diaska yang membukanya terlihat mudah sekali. Namun, setelah mencoba kenapa sulit sekali?
"Bukain," katanya menyodorkan botol minumannya pada Diaska.
"Minum yang ini aja." Diaska malah menyodorkan botol minuman miliknya.
"Nggak, bekas bibir kamu," ujar Anna yang membuat Diaska tertawa kecil.
"Diaska bukain." Anna kesal karena Diaska mengabaikan permintaanya.
"Cium dulu." Diaska membalas tanpa melihat ke arah Anna membuat Anna semakin kesal.
"Bukain, gak?" tanya Anna.
Diaska mengabaikan.
"Diaska ... Bukain ish!"
Tidak ada respon. Anna merebut kasar botol minuman milik Diaska lalu meminum isinya yang tinggal setengah hingga tandas. "Puas?"
"Nggak, " jawab Diaska lugas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hopeless
Teen FictionSatu-satunya yang tidak boleh kamu percaya di dunia ini adalah HARAPAN *** 02092022