32. Mimpi

2.9K 518 341
                                    

32. Mimpi

Ada banyak wanita yang diberikan kesempatan mendapat gelar "ibu" tapi tidak semua yang benar-benar bisa "berperan" menjadi seorang ibu

🦋

Diaska hanya menatap Anna meski tubuhnya sudah terkapar di lantai akibat dari pukulan keras dan bertubi-tubi Pandu ayahnya cewek itu.

Diaska hanya terus memandang ke arah Anna bahkan saat sebuah kursi diangkat tinggi kemudian dilayangkan Pandu ke tubuhnya.

Tatapan Diaska hanya tertuju pada Anna.

Namun, Anna justru memeluk ibunya sambil menatap takut ke arahnya seolah ia adalah penjahatnya di sini.

"Hentikan! Kalian sadar kalian di mana sekarang hah?"

Seorang pria berseragam cokelat berlari memasuki ruangan mencoba menghentikan keributan yang terjadi.

Namun, Pandu yang berada di angkara murka mengabaikannya dan malah menarik kerah baju yang dikenakan Diaska kemudian meludahi wajah anak itu.

Diaska bukannya tidak bisa melawan. Semua orang tahu kemampuan bela diri cowok itu seperti apa. Namun, jika ia melawan, apa ia akan terlihat semakin mengerikan dan jahat di mata Anna?

"Bedebah menjijikkan!" bentak Pandu berulang kali melayangkan kepalan tangannya ke perut Diaska hingga cowok itu terbatuk-batuk. "Enyah dari dunia ini, sialan!"

"Pak Pandu, jika bapak tidak berhenti sekarang, saya tidak akan segan memanggil polisi!" ancam Pak satpam seketika membuat semua hening.

Diaska kembali melihat ke arah Anna berharap cewek itu mengenalinya. Dia memanggil lirih, penuh keraguan. "Na ..."

"Berhenti memanggil nama putriku dengan mulut kotormu itu!" teriak Pandu menerjang tubuh Diaska dengan kaki kanannya membuat anak itu terpental hingga punggungnya membentur tembok dengan keras menyebabkan rasa sakit sampai ke dadanya.

"Sudah, Pi. Anak kita ketakutan," kata Ratih berupaya menenangkan suaminya.

Anna hanya terus memeluk ibunya membuat Diaska memahami satu hal bahwa Anna yang sekarang duduk memandanginya yang kesakitan dengan tatapan asing bukanlah Anna yang Diaska kenal.

Pak satpam menghampirinya, membantunya bangkit kemudian memohon supaya ia ingin pergi dari sana untuk meredam amarah Pandu.

Diaska hanya diam saja dengan tatapan tak lepas dari Anna dan membiarkan tubuhnya ditarik oleh satpam keluar dari sana.

Sementara Pandu yang emosinya masih menggebu ingin mengejar hingga berlari keluar tetapi Ratih yang berjalan cepat di belakangnya menahan tangannya saat pria itu sudah berada di luar ruangan.

Kanaya sendiri menghampiri Anna dengan tatapan khawatirnya. "Kamu nggak papa kan, Na?"

"Dia itu Diaska, cowok yang sering aku ceritain sama kamu," katanya. "Cowok brengsek dan jahat yang udah lecehkan kamu dan buat kamu celaka sampai keadaan kamu kayak sekarang ini."

Anna tak menjawab dan memilih berbaring karena kepalanya yang mendadak pening.

Dalam gumaman nya yang nyaris seperti bisikan, dia berucap ragu, "dia nggak terlihat seperti itu."

Di sisi lain, Diaska duduk di lantai lorong rumah sakit sambil bersandar di tembok. Tatapannya hampa dan penampilannya benar-benar memperihatinkan. Baju dan rambut yang acak-acakan tak lupa wajah tampannya yang dipenuhi lebam.

HopelessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang