20. Kado terindah

5.9K 735 438
                                    

20. Kado terindah dari Ika

Terkadang, luka terhebat datang dari orang paling dekat

🦋

Malam sebelum kejadian ...

Kanaya menyentuh perban di kepalanya kemudian menatap bergantian Bu Dwi dan kedua orang tua angkatnya.

"Beberapa anak di sekolah bilang, kamu adalah dalang dari perundungan yang dialami Veronika hingga dia yang selama ini diam melampiaskan emosinya," buka Bu Dwi menatap sangsi ke arah Kanaya.

Kanaya menghela napas panjang. "Setiap orang yang melakukan kesalahan kadang nggak mau dianggap salah dan melempar kesalahannya pada orang lain untuk di kambing hitamkan. Ibu bisa tanya Natta, selama ini saya yang mencoba membantu Ika dari becandaan teman-teman yang keterlaluan."

"Saya tidak ma--"

Ucapan Bu Dwi terpotong saat Anna berlari masuk kemudian tanpa ba-bi-bu menjambak rambut Kanaya membuat empunya berteriak kesakitan.

"Anna!" teriak Pandu melihat aksi brutal putrinya.

"Gue bersumpah, setiap detik dari helaan napas gue, gue nggak akan pernah biarin lo hidup tenang, Sialan!" teriak Anna meneteskan air mata untuk pertama kalinya di depan orang tuanya.

Ratih dan Bu Dwi berusaha menarik Anna sementara Kanaya yang tak melawan berusaha melepaskan cengkraman Anna sembari berucap lirih, "kalau aku ada salah aku minta maaf, Anna jangan gini, aku sakit."

"BERHENTI MASANG MUKA SOK POLOS LO! GUE TAU APA YANG ADA DI OTAK KOTOR LO ITU!"

"Anna ..." Ratih berusaha menarik putrinya. "Kamu tahu kan kita ada di mana sekarang."

Anna mendorong ibunya. Tapi, ayahnya yang tak bisa menahan emosi mengangkat tangannya tinggi-tinggi kemudian melayangkan tamparannya ke pipi Anna hingga gadis itu terjatuh ke lantai.

Bu Dwi menatap terkejut sementara Kanaya langsung memeluk lengan Ratih. "Mi ... Naya takut."

Ratih melepaskan tangan Kanaya dan berjalan mendekati suaminya berusaha menenangkan pria itu tapi, Pandu yang sudah terlampau dikuasai emosi menatap tajam istrinya. "Kamu diam!"

"Selama ini aku berusaha diam melihat anak sialan ini selalu jadi biang masalah tapi sekarang tidak lagi," katanya dingin kemudian, menyeret tangan Anna keluar dari kamar rawat Kanaya.

"Pak, kita bisa menyelesaikan semua ini dengan kepala dingin," saran dari Bu Dwi yang merasa khawatir pada muridnya.

"Ini masalah keluarga saya dan anda tidak berhak me-"

"Papi selalu emosi bahkan nggak segan mukul aku kalau aku ganggu Kanaya, tapi, apa pernah Papi bersikap seperti ini saat Kanaya ganggu aku?" potong Anna berupaya kuat melepaskan cengkraman ayahnya namun, percuma. Pegangan pria itu pada tangannya terlampau kuat.

"Emangnya aku pernah ganggu kamu, Na?" timpal Kanaya menatap Anna dengan mata berkaca-kaca. "Selama ini aku berusaha keras buat dekat sama kamu tapi kamu nggak hanya nolak aku tapi menganggap aku hama yang nggak layak diterima. Kamu bahkan menjelekkan aku ke teman-teman di sekolah dan buat aku selalu sendiri di mana pun. Apa yang udah aku buat sampai aku sehina itu di mata kamu, Na?"

Anna merasakan cengkraman ayahnya di tangan semakin kuat saat mendengar penjelasan panjang Kanaya. Ia pun hanya bisa memohon pada ayahnya saat pria itu dengan kasar menyeretnya keluar.

##

Malam itu hujan begitu deras turun ke bumi, Anna dikurung di kamarnya dan semua fasilitas termasuk mobil serta handphone bahkan laptop disita ayahnya.

HopelessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang