54. hukum tabur tuai
Pada akhirnya semua rasa sakit yang kita berikan sama orang lain akan kembali ke diri kita sendiri.
PLEASEEEEE ..... baca ulang dua part sebelumnya sebelum baca part ini supaya lebih ngefeel
Kedua, putar lagu in the stars. Makasih.🦋🦋🦋
"Apakah waktu ini yang ia nantikan?"
Kanaya tidak berhenti bertanya dalam keterdiamannya. Berada di pemakaman Diaska setelah semua omong kosong yang ia ciptakan membuat anak itu yang menghabiskan sisa hidupnya tersiksa kian menderita hingga berada di puncak rasa sakitnya, rasanya ia tidak pantas berada di sana.
Namun, suasana yang terjadi di sana mengetuk pintu hatinya. Melihat orang-orang yang dikenalnya, Tamara, Anna, guru, dan teman-teman sekolahnya menangis, Kanaya termenung.
Semua orang menyalahkannya. Ia bersikeras membela diri karena pada dasarnya setiap orang di dunia ini benci disalahkan meskipun faktanya mereka benar-benar bersalah. Tapi, hari ini, Kanaya merasa bersalah dan ia benci perasaan itu.
Ketika satu persatu dari mereka pergi meninggalkan Tamara, Kanaya duduk di samping wanita itu yang tergeletak di tanah dekat pusara putranya sembari terus menatap kosong potret anaknya yang tersenyum.
"Aku tahu ini bukan waktu yang tepat, tapi, hari ini aku juga merasa kehilangan Tante... "
Tamara tak menjawab.
"Dan semua yang aku katakan sama Tante tentang Diaska." Kanaya meremas jari-jarinya. "Itu semua kebohongan."
"Dan aku juga yang nyuruh Natta buat fitnah Diaska pelaku yang menikamnya. Hari itu, Diaska yang menyelamatkan Natta, Tante bukan sebaliknya."
Kanaya bangkit berharap kejujurannya membuatnya berhenti dihantui mimpi buruk tentang Diaska dan Cantika. Namun, pertanyaan Tamara membuatnya urung melangkah pergi.
"A-apa dia pernah melakukan sesuatu yang membuat kamu sakit hati?"
Kanaya berbalik menatap Tamara yang sama sekali tidak mengalihkan pandangan dari potret putranya yang ada di depan batu nisan.
"Enggak, Tante... "
"Maafkan dia. Tolong maafkan Dia kalau dia pernah berbuat sesuatu yang mungkin nggak dia sadari bikin kamu sakit hati-"
"Aku yang bersalah, Tante. Aku." Kanaya memberi penekanan pada setiap kata yang ia ucapkan. "Aku yang salah bukan Diaska."
"Kanaya..., " panggil Tamara masih dengan tatapan kosongnya pada poto anaknya. "Apa maafmu sekarang bisa mengembalikannya?"
Kanaya membisu. Tubuhnya bergetar dan wajahnya mulai berkeringat dingin.
"Kamu fitnah dia buat dia dibenci semua orang karena mungkin waktu itu kamu berpikir, " Nggak papa, dia nggak punya siapa-siapa yang akan membelanya"
"Karena suamiku, aku, dan semua orang yang menyakitinya berpikir seperti itu."
Tamara mengulas senyum pada wajahnya yang sepucat mayat. "Dia hidup sebatang kara di tengah-tengah sebuah keluarga yang bahagia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hopeless
Teen FictionSatu-satunya yang tidak boleh kamu percaya di dunia ini adalah HARAPAN *** 02092022