29. Orang tua kandung Diaska

3.7K 486 785
                                    

29. Fakta

"Menjadi alasan seseorang tersenyum adalah hal paling membahagiakan dalam hidupku, Na."

🦋

Tamara terbangun saat mendengar sebuah suara berasal dari lantai bawah. Dia melihat ke arah suaminya yang tertidur pulas di sampingnya kemudian pelan-pelan turun dari ranjang. Wanita itu berjalan keluar kamar dengan ragu, menuruni satu persatu anak tangga dengan perasaan was-was dan saat sudah berada di lantai bawah, suara itu semakin terdengar jelas berasal dari arah dapur.

Tamara masuk ke dapur dan terkejut melihat Diaska memegang sebuah panci di sana menatapnya dengan tatapan bersalah.

"Kamu lapar?" tanya wanita itu menghampiri Diaska. Mengambil sebungkus mie instan yang ada di tangan anak itu kemudian menunjuk ke arah meja makan.

"Tunggu di sana biar Tante masakin sesuatu," katanya.

Diaska bingung harus menjawab apa di sisi lain dia benar-benar merasa bersalah sudah membangunkan wanita itu. Dia mengutuk cacing diperutnya yang terus meronta meminta makan di jam-jam orang lagi terlelap dengan tidurnya.

"Akhir-akhir ini aku sering  bangun karena lapar, Tante. Maaf menyusahkan mu," ucap Diaska merasa tak enak.

Tamara tersenyum keibuan seraya tetap menyuruh Diaska menunggunya di meja makan dan sedikit mengomeli anak itu berkata bahwa makanan instan tak baik untuk kesehatan.

Diaska terus menatap ke arah Tamara yang tengah sibuk memotong bawang, dia bangkit ingin membantu tetapi wanita itu melototinya.

"Diam di sana," titahnya tegas tak mau dibantah.

Diaska menggaruk tengkuknya merasa kikuk.

"Seperti apa rasanya menjadi anakmu? Pasti sangat bahagia. Setiap hari merasakan makanan enak tanpa perlu ke restoran, itu yang selama ini aku pikirkan tentang Tante," kata Diaska membuka suara setelah hening menerpa mereka beberapa saat.

Tamara yang sibuk memotong bawang menatap ke arah Diaska sekilas. "jadi yang kamu pikiran tentang Tante selama ini hanya tentang makanan?"

"Bukan begitu, Tan." Diaska tersenyum kecil. "Tante melakukan semua yang dilakukan seorang ibu untuk anaknya."

"Semua ibu di dunia ini melakukan hal yang sama, Chandra. Kamu terlalu berlebihan dalam memujiku," kata Tamara.

"Ibuku nggak begitu ..."

Hening.

"Jadi setiap hari aku selalu bertanya, bagaimana rasanya dikhawatirkan saat terluka? Bagaimana rasanya dimasakkan makanan kesukaan? Bagaimana rasanya dirawat saat sakit? Bagaimana rasanya ditelpon dengan panik saat terlambat pulang?"

"Tapi ada banyak orang yang merasakan apa yang aku rasakan dan nggak ngeluh sebanyak aku karenanya aku menyalahkan diri sendiri yang kurang bersyukur untuk menghibur diri dari perasaan semacam itu," lanjut Diaska tanpa melunturkan senyum.

Tamara berjalan dengan nampan berisi makanan yang masih hangat ke arah Diaska. Menyajikannya di depan anak itu.

Diaska mengambil piring dan Tamara segera meletakkan sesendok nasi di piring anak itu.

"Ikan mengandung vitamin D yang cukup baik untuk kesehatan," katanya meletakkan steak salmon buatannya di dekat piring Diaska.

"Makasih, Tante," kata anak itu kemudian melahap makanannya. "Dan seperti biasa, semua yang disentuh tangan Tante selalu jadi makanan ter enak yang pernah aku makan."

HopelessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang