14. Sakit yang tak terlihat
Karena terkadang, dia yang terlihat begitu tangguh sebenarnya adalah sosok yang sangat rapuh, dia yang paling banyak tertawa adalah sosok yang paling pintar menyembunyikan sakitnya, dan dia yang selalu berkata bahwa dia bahagia adalah sosok yang penuh luka.
🦋
Sudah larut malam saat Rio kehausan dan turun ke lantai bawah untuk minum, pria itu terkejut luar biasa melihat sosok anak kecil berdiri menatap keluar jendela dengan tatapan putus asa.
"Bulan," panggil Rio berjalan tergesa menghampiri putri kecilnya.
"Kenapa di sini, Sayang? Kenapa belum tidur hm?" Rio berjongkok, menyamakan tingginya dengan Bulan yang langsung memeluknya dengan tangis.
"Kak Chandra nggak pulang lagi," kata Bulan sesenggukan. "Kak Chandra nggak pulang, Papa, Kak Chandra nggak pulang, Bulan nggak suka."
Rio meneguk ludah kasar, kehilangan kata-kata. Hatinya merasa sakit mendengar tangis putrinya yang terus menyebut nama anak itu.
"Dengerin, Papa." Rio melepas pelukannya dengan lembut lalu menghapus air mata yang mengalir ke pipi Bulan dengan kedua ibu jarinya.
"Bulan sekarang tidur, besok kita ketemu dia sama Papa," ujar Rio berupaya memberi pengertian.
Bulan menatap ayahnya dengan tatapan polos. "Dia siapa?"
"Kak Chandra," ucap Rio terpaksa. Sebenarnya ia benci sekali menyebut nama anak itu dengan bibirnya.
"Papa janji?" Bulan menjulurkan jari kelingkingnya yang langsung dibalas jari kelingking Rio yang tersenyum.
"Sekarang ... ayo tidur," seru Rio membawa tubuh kecil Bulan dalam gendongannya.
Keesokan harinya di rumah sakit, tepatnya di tempat Diaska di rawat. Ada banyak orang berkumpul menunggu cowok itu siuman.
"Lo pasti lagi mimpi ketemu cewek super seksi, bohay, gede kan makanya lo nggak mau bangun? Lo kan demen banget liat yang begituan, ngaku nggak lo, Ka?"
Plak
Satu geplakan sayang mendarat ke punggung Gemintang dari Anna yang menatap garang.
Gemintang mengabaikan. Ia kembali fokus ke arah sang sahabat yang masih setia terpejam.
"Anna selingkuh sama Kafka, kemarin geu liat mereka ciuman di belakang sekolah da--"
"Gemintang!" bentak Anna murka.
Gemintang menghela napas panjang, segala macam upaya ia lakukan tetapi tiada perkembangan dari kondisi Diaska. Anak itu tampak damai dalam tidur panjangnya.
"Lo pikir dengan lo bicara yang jelek-jelek, dia akan bangun, gitu?" tanya Anna kesal.
"Seseorang akan lebih terpancing sama ucapan buruk tentangnya dari pada pujian," katanya sok bijak membuat Aksa memasang ekspresi ingin muntah.
"Terus kalau dia percaya gue selingkuh dan ninggalin gue kayak Bella gimana?" tanya Anna panik
"Diaska itu memiliki kepercayaan diri setinggi gunung Rinjani jadi, dia nggak mungkin percaya ada cewek yang bakal bisa berpaling dari dia," timpal Natta sok tahu.
Loren yang sedari tadi diam dengan wajah kusut mendekati ranjang Diaska kemudian berkata, "gue janji motor yang sering gue pakai balapan buat lo dan gue akan ganti nama anjing gue asal lo bangun."
Semua menatap Loren dengan pandangan yang berbeda-beda. Dia antara mereka semua, cowok itu yang paling terlihat terpukul karena kondisi Diaska.
"Gue akan nyalin semua pelajaran dan ngasih lo contekan selama sebulan tapi lo harus bangun."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hopeless
Teen FictionSatu-satunya yang tidak boleh kamu percaya di dunia ini adalah HARAPAN *** 02092022