Happy reading. Muah💋
***
Deon terdiam selama dalam perjalanan, karena Ivena juga hanya diam sejak tadi. Melirik ke samping sekilas, Deon melihat Ivena yang sedang melamun sambil menatap jalanan dari balik jendela mobil.
Sungguh, Deon heran. Mengapa Mama Ivena bicara begitu kepada anak sendiri? Deon mencium bau-bau mencurigakan, apakah mungkin Ivena bukan anak kandung Mamanya?
Baiklah, Deon sepertinya akan mencari tahu sendiri. Lagi pula, ini salah satu pekerjaannya untuk mengorek informasi orang lain, anggap saja suatu penyelidikan diam-diam. Ataukah lebih baik ia meminta izin dulu kepada Ivena?
"Iv," panggil Deon saat mobil berhenti karena lampu lalu lintas berubah merah.
"Hm?" sahut Ivena, melirik Deon sekilas.
Melihat raut wajah Ivena yang tampak keruh, Deon pun mengurungkan niat untuk membicarakan sesuatu yang hendak ia bicarakan.
"Nggak jadi," kata Deon.
"Mas Deon nggak nyaman sama Mama saya, ya? Sorry," tutur Ivena, mengira kalau Deon akan membicarakan itu.
"Kalau saya jujur aja nggak masalah, yang penting bisa nikahin kamu," ujar Deon. Namun, ia akan tetap mencari tahu sesuatu tentang orang tua Ivena, biasanya ada sesuatu yang tidak beres dari orang seperti itu, apalagi jika diingat dari perkataan Mama Ivena kepada Ivena.
Mobil yang Deon kemudikan tiba di rumahnya, ia keluar dari mobil sejenak untuk membuka pintu gerbang, kemudian kembali masuk ke dalam mobil dan mengemudikannya ke garasi.
Setelahnya, Ivena beranjak keluar dari mobil dan hendak mengambil koper berisi pakaian yang dibawanya dari rumah. Ia kembali menginap di rumah Deon.
Mama Ivena tahu itu. Responnya? Tentu wanita itu biasa saja atau lebih tepatnya tampak tak peduli. Yang penting saat dibutuhkan, Ivena bisa muncul. Misalnya jika ada wawancara keluarga, foto bersama, makan malam dengan keluarga pebisnis atau politikus lain, dan sejenisnya.
"Biar saya aja yang ngambil," ujar Deon saat melihat Ivena hendak menurunkan koper.
Ivena mengulas senyum. "Makasih."
Ivena lantas mengikuti Deon yang menarik koper menuju ke rumah. Ia menanti Deon membuka kunci pintu rumah, berdiri di sebelah pria itu.
Ivena mendongak, menatap Deon dari samping yang begitu tinggi sampai pandangannya turun ke otot lengan Deon yang tercetak dari balik kaus. Hm ... mengundang untuk disentuh.
"Masuk, Iv. Kok diam aja?" heran Deon saat mendapati Ivena malah terus menatapnya, padahal pintu sudah dibuka.
"E-eh, iya," gugup Ivena. Ia pun buru-buru masuk ke dalam.
Deon mengulum senyum. Tentu saja ia sadar kalau Ivena sejak tadi memperhatikannya, lebih tepatnya memperhatikan tubuhnya. Siapa yang tidak tergoda dengan tubuh hotnya yang berotot? Ia paham para wanita akan sulit melepaskan pandangan darinya.
Membuyarkan pikirannya, Deon lantas masuk ke dalam rumahnya sambil menarik koper Ivena. Tiba di dalam ia tertegun melihat Ivena sedang menyapu.
"Kamu ngapain?" tanya Deon.
"Bersihin rumahnya Mas Deon," jawab Ivena.
"Buat apa?" heran Deon.
"Loh, kan sesuai perjanjian. Kalau saya tinggal di sini harus bersih-bersih. Itu perjanjian nomor satu kalau lupa," kata Ivena.
"Lupain aja perjanjian itu, udah banyak yang dilanggar. Lagian itu saya yang bikin, jadi saya bisa buat keputusan untuk batalin perjanjiannya," ujar Deon. Menyesal pernah membuat perjanjian aneh semacam itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seducing The Hot Police (TAMAT)
Romance"Pak Polisi! Jomblo nggak?" Deon mengangkat alisnya, raut wajahnya menunjukkan kebingungan. "Kalau jomblo sama saya aja, yuk!" Deon terbelalak. Ia langsung berbalik dan meninggalkan Ivena. Dasar bocah sinting! "Pak Polisi! Kok kabur?! Tungguin saya...