Bab 15+Visual - Ivena Kenapa?

67.1K 4.7K 242
                                    

Hola! Akhirnya bisa update today. Happy reading⭐✨

***

“Ma-mama jangan bercanda!” ujar Deon, tampak gugup karena masih kaget dengan kedatangan Mamanya yang tiba-tiba.

“Mama nggak bercanda, ini sedang serius! Itu anak orang loh, jangan sampe kamu macem-macemin dia! Nikah secepatnya sama Ivena!” tegas Mama Deon dengan tampang serius.

“Aku nggak mungkin nikah sama bocah! Aku selama ini cuma kasian sama dia!” seru Deon, turut bicara serius karena Mamanya juga begitu.

Ivena yang mendengar ucapan Deon sontak menoleh ke arah pria itu. Jadi, Deon hanya kasihan padanya? Dada Ivena terasa nyeri mendengarnya.

“Halah, nggak usah alasan kamu!”

“Aku serius, Ma! Ivena itu cuma bocah yang lagi aku tampung!”

Ivena merasa sakit hati. Mood-nya anjlok seketika. Apakah Deon tidak bisa bicara yang lebih baik lagi? Kalau memang tidak menyukainya, bisa dibicarakan dengan bahasa yang lebih sopan. Perasaannya yang sensitif membuat kedua matanya berkaca-kaca. Kedua orang tuanya seperti menolaknya, apakah Deon juga sama? Mungkin, ia memang buruk.

“Sa-saya mau pulang aja, Tante,” ucap Ivena dengan suara bergetar sambil memandang Mama Deon. “Ha-hari ini juga saya akan pergi dari sini.”

Setelah mengatakan itu sambil menunduk, Ivena langsung berlari memasuki kamar, kemudian mengambil koper dan mengemas semua barang-barangnya ke dalam sana.

Ivena menahan diri sekuat mungkin agar tidak menangis saat keluar dari kamar sambil menggendong tas dan menyeret kopernya. Ia menatap Deon sekilas, kemudian beralih menatap Mama Deon.

“Maaf merepotkan Om Deon dan Tante, saya pamit pulang. Makasih,” ucap Ivena dengan suara lirih.

Ivena melenggang pergi, menyisakan raut heran di wajah Deon. Mengapa Ivena tiba-tiba begitu?

“Kamu nggak mau ngejar dia?” tanya Mama Deon, memandang kepergian Ivena.

Deon mengerjap. “Kenapa aku harus kejar dia?”

“Ya tanyain gitu loh! Kenapa tiba-tiba mau pergi dari sini? Padahal, Mama pikir dia udah betah.”

Deon mengangkat bahu, kini tampak tak peduli. “Nggak tau, mungkin kangen sama orang tuanya. Udah lah biarin aja. Mama kenapa ke sini?”

“Biasa, masak banyak jadi mau Mama bagi ke kamu. Nih, Mama bawa banyak makanan, tadinya Mama pikir mau makan bareng sama Ivena,” ujar Mama Deon sambil menunjuk rantang yang dibawa.

“Aku bisa habisin itu sendiri,” ujar Deon, kemudian mengambil rantang makanan dari tangan Mamanya dan membawanya ke dapur.

“Duh, dasar anak ini,” gumam Mama Deon, agak kesal dengan tingkah sang anak yang tampak tak peduli pada Ivena.

Deon berlanjut duduk di meja makan, mulai makan malam dengan tenang, sedangkan Sang Mama mengamatinya dengan duduk di hadapannya.

“Ini udah malem loh, kamu nggak mau nganter Ivena ke rumahnya? Kasian anak gadis orang pulang sendirian.”

“Dia udah gede, bisa pulang sendiri,” sahut Deon di sela-sela kunyahannya.

Mama Deon menghela napas. Kalau begini, bagaimana bisa anaknya punya pasangan? Kepada seorang perempuan saja terkesan cuek begitu. Tidak ada sat set-sat setnya sama sekali.

“Kamu tuh harusnya kalau tau ada cecan yang ngejar, dikejar balik dong. Jangan pasif begini. Inget umur, Yon,” ucap Mama Deon.

Deon terdiam sejenak, meneguk segelas air putih. “Halah. Bilang aja Mama udah kepingin punya cucu.”

Seducing The Hot Police (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang