Happy reading✨
(Notif update nggak masuk, ya? Wattpad gue mungkin eror. Jadi jangan heran kalau views dan vote bab ini masih dikit, pasti notifnya nggak masuk di hp kalian😢😩)
***
Setelah mengobrol cukup lama dengan Mama Deon, Ivena dan Deon pun diminta tidur di sana sekalian karena malam semakin larut. Ivena sendiri tak masalah, karena itulah Deon juga mengiakan ajakan Mamanya untuk tidur di sana.
“Mama bobo sama Ivena, kamu di kamar lain,” ujar Mama Deon.
“Iya, Ma,” angguk Deon dengan patuh. Tidak mungkin ia meminta untuk tidur bersama Ivena, nanti bisa digorok sama Mamanya.
Awalnya Ivena merasa kurang nyaman karena harus satu kasur bersama calon mertua, tetapi melihat Mama Deon yang ramah dan cerewet membuatnya nyaman. Mama Deon benar-benar tipe Mama idaman Ivena.
“Rencananya kamu mau kuliah di mana?” tanya Mama Deon setelah banyak mengobrol tentang dirinya dan Deon.
“Saya mau kuliah di kota ini aja, Tan,” jawab Ivena. “Sebenernya saya mau ke luar kota, ke PTN idaman saya di sana, tapi karena Mas Deon katanya mau serius sama saya, jadi saya di sini aja.”
Mama Deon mengangguk-angguk. “Tapi kamu beneran nggak masalah sama anak saya yang udah tua?”
Ivena menahan tawa. Kalau Deon mendengar Mamanya mengatai dirinya tua, bisa dipastikan pria itu akan kesal.
“Nggak masalah, Tan. Mas Deon orangnya baik, saya suka. Dia keliatannya emang agak cuek, tapi sebenernya diem-diem peduli,” ujar Ivena sambil mengingat Deon yang diam-diam mendatangi psikiater untuknya.
“Syukurlah kalau begitu. Tapi orang tua kamu sendiri bagaimana? Nggak masalah anaknya nikah sama cowok yang jauh lebih tua? Apalagi saya dengar kan Papamu orang penting, ya. Keluarga saya nggak ada apa-apanya sama keluargamu loh,” ungkap Mama Deon.
“Yang orang kaya dan penting kan Papa saya, bukan saya. Kalau saya jujur aja nggak peduli pendapat mereka, walaupun emang butuh restu mereka. Tapi ... uhm ... saya nggak terlalu dekat juga sama orang tua, jadi nggak tahu entar gimana. Saya sama Mas Deon rencananya mau ke rumah saya besok,” jawab Ivena. Ia cukup bingung hendak menjawab bagaimana.
Percakapan mereka berakhir saat Mama Deon mengungkapkan mulai mengantuk, mereka akhirnya tertidur bersamaan.
Tepat saat tengah malam, Ivena mengerjap. Ia terbangun karena merasa haus. Ia melirik singkat ke arah Mama Deon yang masih terpejam, kemudian ia beranjak turun dari atas kasur dengan perlahan agar tidak membangunkan Mama Deon.
Ivena berjalan keluar kamar, kemudian menuju ke dapur. Ia mengambil segelas air minum lalu menegaknya. Usai minum, ia hendak memutar tubuh untuk kembali berjalan ke kamar, namun tiba-tiba saja ada yang memeluknya dari belakang. Sontak, ia memekik,
“Eh!” kaget Ivena.
“Sssttt! Jangan keras-keras,” bisik sang pelaku yang memeluk Ivena.
“M-mas Deon?” tanya Ivena dengan gugup saat menyadari sang pelaku.
Deon memutar tubuh Ivena agar menghadapnya. Keduanya bertatapan sambil tersenyum. Tangan Deon lantas terulur dan mengelus pipi Ivena hingga membuat sang empunya terkesiap kaget.
“Saya boleh cium kamu nggak?”
Pertanyaan tak terduga dari Deon membuat Ivena terbelalak. “Uhm ... kalau saya bilang nggak boleh?”
“Saya bakal tetep cium kamu.”
“Ya udah,” kata Ivena sembari mengulas senyum.
Deon turut mengulas senyum sesaat, kemudian menunduk untuk mempertemukan bibirnya dengan bibir Ivena. Awalnya hanya menempel, tetapi rasanya mampu mendebarkan dadanya dengan hebat, karena di ciuman kali ini ia sudah menyadari perasaannya kepada Ivena.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seducing The Hot Police (TAMAT)
Romansa"Pak Polisi! Jomblo nggak?" Deon mengangkat alisnya, raut wajahnya menunjukkan kebingungan. "Kalau jomblo sama saya aja, yuk!" Deon terbelalak. Ia langsung berbalik dan meninggalkan Ivena. Dasar bocah sinting! "Pak Polisi! Kok kabur?! Tungguin saya...