Dipta update malam nanti yow. Kita ke lapaknya Mamas Deon dulu, kecian dianggurin terlalu lama, ntar berdebu😩
Fansnya Pena mana suaranya? Gue baca komen ada yang manggil Ivena pake sebutan Pena. Hm. Menariq😌
Ayo dukung Dek Pena mendapatkan hati Mas Yon❤️
***
Deon menghentikan laju mobilnya saat tiba di depan rumah mewah bertingkat yang besarnya berkali-kali lipat dari rumahnya. Selama beberapa detik, ia terpaku, memandang takjub secara bergantian antara rumah mewah itu dengan Ivena.
“Terima kasih tumpangannya, Pak Deon,” ujar Ivena dengan senyum lebar.
Deon mengangguk singkat sebagai respon.
Setelahnya, Ivena keluar dari dalam mobil Deon. Sebelum benar-benar memasuki rumahnya, Ivena menatap Deon dengan senyum lebih lebar. Gadis itu lantas melambaikan tangannya. Namun, Deon memilih untuk tak merespon, segera melajukan mobilnya menjauh dari sana.
Benar-benar hari yang aneh, lebih tepatnya karena bertemu dengan orang aneh. Tadi Deon baru menyelesaikan urusan dengan salah satu informan dari kasus yang tengah ditanganinya, mereka sengaja bertemu di gang sepi. Namun, tiba-tiba saja ia mendengar seseorang meneriaki copet. Secara refleks, ia keluar dari dalam mobil dan menendang seorang pria yang diduga sang pencopet. Niat awal hendak menolong, malah berakhir didekati bocah absurd semacam Ivena.
Mobil yang Deon kemudikan berbelok ke salah suatu perumahan yang tidak terlalu jauh dari perumahan elit tadi. Hanya perumahan sederhana, tempat tinggal orang tuanya. Di jam makan siang ini, Mamanya memintanya untuk datang dan makan siang di rumah. Padahal, ia lebih suka makan siang di luar. Mengapa? Tentu saja karena jika makan siang di rumah, pasti tidak hanya sekadar makan siang, Mamanya itu akan menyerbunya dengan pertanyaan.
Memarkirkan mobil di garasi, Deon lantas beranjak keluar dari dalam mobil. Ia mengetuk pintu rumah beberapa kali. Muncullah Mamanya yang menyambutnya dengan pelukan singkat dan senyum lebar.
“Anak Mama yang paling ganteng sedunia. Ayo, masuk, Mama udah masak makanan kesukaan kamu,” ajak Mama Deon.
Deon mengulas senyum lalu merangkul Mamanya, keduanya berjalan bersama menuju meja makan. Sampai di sana, Deon menarikkan kursi untuk diduduki Mamanya, kemudian ia berjalan memutar dan duduk di kursi yang berada di seberang Mamanya.
“Sejak kapan aku punya makanan kesukaan?”
“Ah, iya, Mama baru ingat kalau kamu suka semua makanan.” Mama Deon tertawa setelahnya.
Deon turut tertawa. Ia lantas mengambil piring dan mulai menyendok nasi serta lauk-pauk. Baru saja ia hendak menyuapkan nasi ke dalam mulut, ponselnya bergetar, pertanda ada pesan masuk.
+6282223334455:
Pak Deon, ini nomornya Ivena.
Jangan lupa di-save:)
Terima kasih, thank you, arigatou, gomawo, xie xie.
Alis Deon terangkat singkat. Abai, ia memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celana tanpa membalas pesan Ivena. Ia berasumsi kalau Ivena hanya iseng padanya, jadi untuk apa menyimpan nomor gadis itu? Lagi pula, ia yakin kalau mereka tidak akan bertemu kembali.
“Pesan dari siapa? Kenapa nggak dibales?” tanya Mama Deon dengan raut penasaran.
“Cuma orang iseng.”
Mama Deon mengangguk-angguk. Ia terdiam sejenak, memperhatikan sang anak yang mulai menyuapkan nasi ke dalam mulut.
“Yon, kapan kamu akan menikah?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Seducing The Hot Police (TAMAT)
Romansa"Pak Polisi! Jomblo nggak?" Deon mengangkat alisnya, raut wajahnya menunjukkan kebingungan. "Kalau jomblo sama saya aja, yuk!" Deon terbelalak. Ia langsung berbalik dan meninggalkan Ivena. Dasar bocah sinting! "Pak Polisi! Kok kabur?! Tungguin saya...