Happy reading❤️
***
Deon masih kaget, ia juga melotot kesal ke arah Ivena yang hanya dibalas cengiran oleh gadis itu. Ivena dengan santainya menyalami Mama Deon lalu beranjak duduk di samping Deon, berhadapan dengan Mama Deon.
Alis Mama Deon bertaut, mengamati Ivena dari atas sampai bawah. “Kamu ... siapa?”
“Saya pacarnya Om—eh, Mas Deon,” jawab Ivena dengan cepat.
“Pacar?! Jangan ngawur kamu! Dia bohong, Ma!” sahut Deon, tak mau Mamanya percaya begitu saja dengan omong kosong Ivena.
“Mas Deon tega banget! Waktu itu katanya cinta sama saya sampai mohon-mohon untuk jadi pacar saya!” pekik Ivena dengan wajah dramatis.
Mama Deon menatap Ivena dengan iba, kemudian melempar tatapan tajam kepada sang anak. Sedangkan Deon menggeram kesal. Bagi Deon, Ivena sungguh tak terduga! Benar-benar menyebalkan!
Mama Deon mulai tertarik. “Nama kamu siapa? Cantik sekali, imut.”
“Saya Ivena, Ma,” jawab Ivena, tanpa malu memanggil Mama Deon dengan sebutan “Ma”, urat malunya sudah putus.
“Nama yang cantik, seperti orangnya,” puji Mama Deon.
Mama Deon sungguh senang mengetahui fakta kalau anaknya yang dikhawatirkan menjadi bujang lapuk ternyata sudah tak jomblo lagi. Ia tidak tahu saja kalau itu hanya akal-akalan Ivena.
“Kamu kerja di mana? Tapi, terlihat masih muda. Atau masih kuliah, ya? Semester berapa?” tanya Mama Deon dengan senyum cerah.
“Saya masih sekolah, Ma.”
"SE-SEKOLAH?!" pekik Mama Deon.
Tatapan Mama Deon menajam ke arau Deon, seolah hendak menusuk sang anak. Sedangkan Deon yang tak tahu apa pun dan tak menyangka juga kalau Mamanya ternyata percaya dengan omongan Ivena pun hanya diam. Ketika Mamanya berdiri dan beranjak duduk di sebelahnya lalu memukulnya, barulah Deon sadar kalau Mamanya mengira Ivena serius.
"Dasar pedofil!" geram Mama Deon.
Satu tinju melayang ke tubuh Deon.
Bugh!
“Enggak, Ma! Aw!”
Bugh!
“Ivena bohong, Ma! Tadi cuma bercanda!” ujar Deon.
“Nggak usah mengelak kamu!”
Deon berlanjut mendapatkan omelan dan tinjuan ganas dari Mamanya. Ivena yang melihat hal itu hanya duduk santai sambil lanjut memakan martabak telur. Tontonan yang cukup menghibur, baru kali ini melihat Deon diomel seperti anak kecil.
Puas mengomeli Deon, Mama Deon lantas beralih menatap Ivena. “Kamu kelas berapa, Sayang? Bukan ... anak di bawah umur kan?” tanyanya, tampak ragu dengan kalimat terakhir. Parah sekali kalau anaknya mengencani anak di bawah umur!
“Saya kelas dua belas, Ma, sebentar lagi lulus. Umur saya sudah delapan belas tahun plus-plus sekian bulan, hehe,” jawab Ivena lalu kembali mencomot martabak telur.
Mama Deon yang mendengarnya langsung mengelus dada, tampak lega. “Syukurlah.”
Ivena diam-diam melirik ke arah Deon, dan tepat saat itulah Deon juga menatapnya. Terlihat jelas sekali kalau Deon marah padanya, tetapi ia hanya menanggapi hal itu dengan senyum santai ala-ala anak remaja yang baru saja bercanda dengan temannya.
“Kamu sedang apa di sini?”
Ivena kembali menatap Mama Deon. “Saya menginap, tinggal di sini.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Seducing The Hot Police (TAMAT)
Dragoste"Pak Polisi! Jomblo nggak?" Deon mengangkat alisnya, raut wajahnya menunjukkan kebingungan. "Kalau jomblo sama saya aja, yuk!" Deon terbelalak. Ia langsung berbalik dan meninggalkan Ivena. Dasar bocah sinting! "Pak Polisi! Kok kabur?! Tungguin saya...