Lagu di atas (reff-nya) sesuai dengan Ivena. Baca dulu bab ini sampai habis, hehe😁
(Kalau nggak muncul bisa ke bab sebelumnya lalu scroll ke bab ini).
***
Deon menatap pesan balasan dari Ivena dengan kening berkerut. Setelahnya, ia mendengkus.
"Pd banget ini bocah, padahal gue nggak save nomornya," gumam Deon agar tidak didengar oleh Pras. Ya, ia sedang berada di rumah Pras saat ini.
Penasaran tentang sesuatu, Deon pun mengklik profil WhatsApp Ivena. Kerutan di kening Deon semakin dalam saat melihat nama yang tertulis di sana.
"Ivena Pena Cangtip Membahana. Maksudnya apa?" heran Deon.
"Lo lagi ngomongin apa?" tanya Pras yang mendengar Deon bergumam-gumam sendiri.
"Hm? Bukan apa-apa, nggak penting." Ketika teringat dengan nama di profil WhatsApp Ivena, Deon menoleh ke arah Pras lalu bertanya, "Pras, arti dari 'cangtip' itu apa?"
Pras mengangkat bahu. "Mana gue tahu, coba tanya Naila."
Deon mengangguk setuju, ia akan bertanya pada Naila saja, generasi tua macam dia dan Pras mana update tentang istilah begitu. Baru saja ia akan beranjak dari duduk untuk memanggil Naila, namun istri Pras itu datang lebih dulu.
"Alva udah tidur?" tanya Pras saat Naila sudah duduk di sebelahnya.
Dengan santainya Naila menyandarkan kepala di pundak sang suami, kemudian melingkarkan tangan di pinggang Pras, memeluk manja.
"Udah, barusan," jawab Naila.
"Itu Deon katanya mau tanya sesuatu."
Naila beralih menatap Deon. "Tanya apa, Mas?"
"Maksud dari 'cangtip' itu apa?"
"Oh, itu bahasa gaul jaman now, plesetan dari kata cantik."
Kedua pria berkepala tiga itu ber "oh" ria. Begitu rupanya.
Naila yang awalnya santai kini tempak penasaran, mendapatkan satu asumsi, ia menyeringai jahil. "Kenapa Mas Deon tanya begitu? Hayo, jangan-jangan lagi pacaran sama anak jaman now, ya?"
"Uhuk!" Deon tersedak ludahnya sendiri. Dapat ia lihat sorot penasaran di mata Naila dan Pras. "Enggaklah! Saya nggak level sama bocah!"
Naila yang mendengarnya tertawa. "Haha. Bercanda. Nggak mungkin lah Mas Deon mau sama cewek yang masih bocah, pasti maunya sama yang udah dewasa, kalau bisa yang seksi bohay. Mas Deon jelas beda sama Mas Pras yang sukanya sama daun muda, udah kayak pedofil," ledeknya.
"Nai ..." tegur Pras, raut wajahnya berubah keruh.
"Bercanda, Sayang," kata Naila, kemudian mengangkat kepalanya untuk mengecup pipi sang suami. Berhasil, raut wajah Pras langsung berubah cerah.
Deon terdiam, hanya berdehem singkat melihat kemesraan di depannya. Ketika mendapati tanda-tanda kalau Pras dan Naila sudah akan sosor-menyosor bibir, Deon pun beranjak dari duduknya.
"Gue balik dulu, ya," ujar Deon.
"Oke, Mas. Hati-hati di jalan," ujar Naila lalu melambai, sedangkan Pras hanya bergumam singkat.
Deon menyengir lebar, ia berjalan keluar dari rumah Pras lalu memasuki mobilnya, mengemudikan ke arah rumahnya. Deon menatap jam tangannya yang menunjukkan pukul sebelas malam, ternyata sudah begitu larut, ia terlalu lama berkunjung ke rumah Pras, jadi tidak enak, karena Pras pasti akan segera olahraga malam dengan Naila.
Merasakan kantuk sekaligus sudah benar-benar lelah, Deon mempercepat dalam mengemudi mobilnya hingga sampai di depan rumahnya, kemudian memasukkan mobil ke dalam garasi. Deon melangkah keluar dari mobil lalu menuju ke teras rumahnya. Sampai di sana, ia melotot kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seducing The Hot Police (TAMAT)
Romance"Pak Polisi! Jomblo nggak?" Deon mengangkat alisnya, raut wajahnya menunjukkan kebingungan. "Kalau jomblo sama saya aja, yuk!" Deon terbelalak. Ia langsung berbalik dan meninggalkan Ivena. Dasar bocah sinting! "Pak Polisi! Kok kabur?! Tungguin saya...