Happy reading😍
***
"I-iv ..." gugup Deon.
Deon langsung mematikan sambungan teleponnya dengan Erik. Ia tampak kaget melihat Ivena ternyata berdiri di belakangnya.
"Jawab pertanyaan saya, Mas!" seru Ivena dengan sorot tajam dan raut seriusnya.
"I-itu benar," ujar Deon. "Yang tadi kamu tanyain, itu benar."
Ivena mematung di tempat. Beberapa detik setelahnya, gadis itu merosot jatuh ke lantai. "K-kok bisa? Mas Deon bohong kan?" tanyanya.
Deon menelan ludah, pria itu lantas menunduk dan cepat-cepat meraih Ivena agar berdiri. "S-saya nggak bohong," ujarnya, masih tetap gugup, karena tak tahu akan seperti apa respon Ivena nanti.
"T-terus Mama kandung saya gimana? Mas Deon tadi bohong kan? Masa meninggal? Nggak lucu!" seru Ivena dengan napas memburu.
Deon memegang bahu Ivena. "Pertama, saya mau kamu tenang dulu. Kedua, semua ini belum pasti, jadi biar saya cari tahu dulu. Oke?" ujarnya dengan lembut sambil menatap tepat ke mata Ivena.
Ivena terdiam selama beberapa detik, kemudian ia mengangguk perlahan. "Jadi ... semuanya belum pasti?"
"Yang pasti cuma satu, Mama kamu yang sekarang itu bukan Mama kandung kamu, dan saya udah nyari tahu soal itu. Untuk kebenaran tentang Papa kamu yang sekarang dan Mama kandung kamu, baru mau saya cari tahu," jelas Deon.
Ivena menghela napas, raut wajahnya berubah keruh. Semua itu tak luput dari penglihatan Deon. Setelahnya, Deon menarik Ivena lalu membawa gadis itu duduk di tepi kasur.
"Saya akan kasih tahu ke kamu kalau udah menemukan kebenarannya," ujar Deon.
Ivena tak merespon, gadis itu terlihat melamun. Sekitar satu menit terjadi keheningan, kemudian Ivena beranjak rebahan di atas kasur Deon dengan memunggungi Deon.
"Kamu ... mau ngapain?" tanya Deon.
"Tidur," jawab Ivena dengan singkat.
Deon tak lagi bertanya, pria itu terdiam mengamati Ivena yang kini berwajah murung. Ia tak tahu apa yang dipikirkan oleh Ivena, tetapi yang jelas, gadis itu pasti merasa kaget. Mungkin Ivena juga merasa sedih mendengar Mamanya yang sekarang bukanlah Mama kandungnya.
Deon memutuskan untuk turut rebahan di sebelah Ivena, kemudian memeluk pinggang gadis itu dari belakang.
"Iv, kamu sayang sama Mamamu yang sekarang?" tanya Deon.
"Walaupun nyebelin, tapi saya tetep sayang. Kan selama ini Mama yang beliin saya baju, bolehin saya tinggal di rumah itu, dan masukin saya ke sekolah," jawab Ivena. "Ternyata saya bukan anak kandungnya, pantes aja dia kayak nggak suka sama saya."
Ivena terdengar mengatakan semua itu dengan santai, tetapi Deon penasaran seperti apa raut wajah Ivena sekarang, karena ia tak bisa melihatnya dari belakang.
Benar-benar penasaran, Deon nekat membalik tubuh Ivena agar menghadapnya. Tepat saat itulah ia langsung terbelalak kaget melihat wajah Ivena yang basah, terutama mata gadis itu berair.
"Iv ... jangan nangis. Udah, nggak apa-apa," hibur Deon lalu memeluk Ivena.
Dibilang jangan menangis, malah tangis Ivena berubah kencang. Gadis itu menangis tergugu sambil merapat ke arah Deon hingga kaus Deon berakhir basah.
Deon tidak tahu bagaimana cara menghibur orang yang sedang menangis, karena ia tak pernah melakukan itu sebelumnya. Ia pun hanya menepuk-nepuk punggung Ivena.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seducing The Hot Police (TAMAT)
Roman d'amour"Pak Polisi! Jomblo nggak?" Deon mengangkat alisnya, raut wajahnya menunjukkan kebingungan. "Kalau jomblo sama saya aja, yuk!" Deon terbelalak. Ia langsung berbalik dan meninggalkan Ivena. Dasar bocah sinting! "Pak Polisi! Kok kabur?! Tungguin saya...