Happy reading!✨
***
"Anda mau nyuruh Ivena megang perusahaan Papanya? Bukannya sudah diambang kebangkrutan?" tanya Dimas yang sejak tadi hanya diam, namun kini mulai geram.
Hartanti bungkam, kini tampak gelagapan karena omongan Dimas benar adanya.
"Kalau anda butuh duit, saya bisa beli perusahaan yang nyaris bangkrut itu dengan harga tinggi," ujar Dimas. "Tapi sebagai gantinya, biarkan Ivena tetap di Indonesia bersama Deon."
Mendengar ucapan Dimas, Hartanti sontak terbelalak dan tampak tergiur, apalagi ia sedang butuh uang, dan rencananya nanti saat di luar negeri akan menyuruh Ivena bekerja.
"Ucapan kamu nggak bohong?" tanya Hartanti.
"Enggak, hari ini juga bisa saya urus," ujar Dimas lalu melirik bodyguardnya.
Hartanti tampak diam berpikir, ia menatap Dimas yang sedang menelepon sekretarisnya dan menyuruh untuk datang ke bandara.
Deon yang mendengar percakapan Dimas tampak kaget, ia tak terlalu paham dengan dunia bisnis. Kalau Dimas berhasil membantunya, ia akan sangat berterima kasih.
"Oke," angguk Mama Ivena akhirnya.
Dimas mengulas senyum, ia lantas mengode kepada bodyguardnya untuk menarik Ivena dan membawa ke sebelah Deon.
Tak berselang lama, sekretaris Dimas datang dan mulai mengurus apa yang baru saja Dimas bicarakan dengan Hartanti.
"Untung bawa Dimas," ujar Pras sambil menatap kakak iparnya itu.
"Iya dong. Dimas gitu loh, duit gue banyak," ujar Dimas lalu berbisik pada Deon, "Cepet nikahin Ivena sekarang, Mas! Jangan ditunda atau Mamanya bisa bawa kabur Ivena lagi. Kalau lo udah nikahin dia dan jadi walinya, Mamanya nggak akan bisa bawa Ivena pergi."
Deon mengangguk setuju, ia menarik Ivena pergi dari sana selagi Mamanya sibuk bicara dengan sekretaris Dimas.
Pras dan Dimas pun mengikuti Deon dan mereka masuk ke mobil yang sama. Pras menyetir, Dimas duduk di sebelahnya, sedangkan Deon dan Ivena duduk di bagian belakang.
"Dimas, makasih banyak," ujar Deon dengan tulus.
"Makasih, Om," lirih Ivena lalu memeluk Deon, namun sambil menatap Dimas.
"Ya, sama-sama," angguk Dimas. "Gue seneng kalau bisa bantu kalian."
Ivena mengulas senyum lalu memeluk Deon semakin erat seolah tak mau melepaskannya.
"Sekarang kamu aman sama saya," bisik Deon lalu mengecup puncak kepala Ivena.
Ivena mengangguk-angguk. "Kita mau ke mana?" tanyanya.
"KUA, ijab kabul. Kita nikah hari ini," ujar Deon.
"H-hah?!" pekik Ivena dengan tampang kaget. "T-tapi--"
"Saya mau nikahin kamu secepetnya biar Mamamu nggak bisa ikut campur lagi. Urusan resepsi bisa sesuai tanggal yang udah ditetapin sama Mamaku," ujar Deon.
Ivena menelan ludah. Menikah? Sekarang? Hari ini juga? Ke KUA? Oh, astaga! Ia tak pernah membayangkan akan secepat ini.
Namun, Ivena merasa pilihan Deon pasti yang terbaik, ia akan menurut. Tidak ada salahnya menikah lebih dulu, Deon benar kalau resepsi bisa bulan depan sesuai tanggal.
"Tapi gimana sama Mamanya Mas Deon? Nggak dikabarin dulu?" tanya Ivena.
"Gampang kalau soal itu," ujar Deon. Mendadak terpikirkan soal Mamanya yang kemungkinan besar akan mengamuk kalau tahu soal ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seducing The Hot Police (TAMAT)
Romance"Pak Polisi! Jomblo nggak?" Deon mengangkat alisnya, raut wajahnya menunjukkan kebingungan. "Kalau jomblo sama saya aja, yuk!" Deon terbelalak. Ia langsung berbalik dan meninggalkan Ivena. Dasar bocah sinting! "Pak Polisi! Kok kabur?! Tungguin saya...