Bab 42 - Bertemu Informan

42.7K 3.2K 197
                                    

Om Erik udah selesai minum kopi! Mari lanjut ygy🤣

Happy reading. Vommentnya😍

***

Deon berdecak kesal dan menanti Erik yang menyeruput kopinya dengan perlahan. Sambil menunggu Erik, ia membaca apa yang ada di koran.

Deon mengernyit. "Loh, ini bukan dari keluarga Abiyasa, karena nggak ada nama Abiyasa di belakang nama pengusaha cowoknya. Lo yakin ini bokap kandungnya Ivena?"

Erik menyeruput kopinya sampai habis. "Nah, gue tahu lo bakal tanya soal itu. Makanya gue mau ngajak lo ke Jogja," ujarnya lalu berdiri dari duduk.

"Hah?" bingung Deon dengan kening berkerut. "Hari ini?"

"Iya, hari ini juga. Karena informan yang selama ini gue cari ternyata orangnya tinggal di Jogja, baru dapet info kemarin. Kuy, berangkat, gue udah pesen dua tiket pesawat," ajak Erik seperti mengajak Deon main ke mall terdekat.

Deon sontak terbelalak. "Gila lo, Rik! Hari ini banget?!"

"Iya, buruan ikut nggak usah banyak cingcong," kata Erik sambil menarik Deon berdiri. "Besok lo nggak bakal bisa karena udah masuk kerja lagi."

Deon melongo sesaat. Erik memang terkadang tak dapat diprediksi. Sejak dulu berteman, tetapi ia belum bisa menebak jalan pikiran Erik.

"Gue belum ijin ke nyokap sama istri," kata Deon sambil mengulum senyum saat menyebut istri.

"Nggak usah, entar kita langsung balik di penerbangan sore," sahut Erik lalu menarik Deon keluar dari kafe.

"Astaga, lo pikir dari Jakarta ke Jogja kayak dari sini ke Gelora Bung Karno?!" keluh Deon.

Erik tertawa. "Naik pesawat cepet kok."

"Tapi tetep aja gue belum ngabarin nyokap sama istri!" seru Deon.

Erik memutar bola mata. "Bilang aja main seharian sama gue dalam rangka lepas rindu sama temen," ujarnya.

Deon menghela napas, akhirnya pasrah saat Erik terus menariknya. Baiklah, ia akan ke Yogyakarta sekarang tanpa membawa baju ganti, tanpa pamitan, dan hanya modal dompet.

***

Di sinilah Deon sekarang, duduk di dalam pesawat bersebelahan dengan Erik. Saat ini Erik sedang sibuk makan dengan wajah santainya, seperti tak ada beban hidup.

Deon menghela napas. Ia mempunyai teman dekat tidak ada yang benar. Pras dulunya playboy akut. Dimas senangnya bercanda yang berujung bikin kesal. Sedangkan Erik tindakannya tak terduga dan sering bikin kesal juga.

"Ini siapa yang bayar tiketnya?" tanya Deon masih dengan menatap Erik.

"Gue, kan udah beli online buat pulang juga," jawab Erik.

Deon menghembuskan napas lega. Uangnya aman.

"Tapi entar lo harus ganti," imbuh Erik.

Deon berdecak kesal. Batal sudah senyum yang hendak terbit.

Erik tergelak melihat raut wajah Deon, "Hahaha! Ini kan urusan istri lo, jangan pelit dong buat keluarin duit."

"Iya!" sahut Deon dengan tampang keruh.

"Jangan marah ..." kata Erik sambil mencolek Deon.

Deon mendengkus. "Enggak!"

Erik tertawa lagi. Meledek Deon benar-benar membuat moodnya naik, sungguh lucu temannya itu.

Erik terdiam lalu melanjutkan makannya, sesekali ia melirik Deon. Sebenarnya Deon seniornya saat masih di akademi kepolisian, tetapi sekarang seperti teman seumuran.

Seducing The Hot Police (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang