Happy reading✨
Hampir setara dua bab, gantiin janji yang harusnya update kemarin ya🥰
***
Apakah Ivena bisa tidur? Oh, tentu saja tidak. Jantungnya berdegup tak keruan, karena Deon masih memeluk pinggangnya dengan erat dari belakang. Ditambah lagi napas hangat pria itu yang berhembus di lehernya. Merinding geli!
Ivena melirik sekilas ke belakang. Rupanya Deon sudah terpejam. Deru napas pria itu pun teratur. Padahal, tadinya ia takut kalau akan terjadi aksi penerkaman. Untung saja tidak.
Pandangan Ivena turun ke bawah, menatap tangan besar Deon yang melingkar di pinggangnya. Ia menyentuh tangan itu, terasa hangat.
Diam-diam, Ivena mengulas senyum. Aksi Deon hari ini entah mengapa membuatnya berharap pada pria itu. Apakah Deon menyukainya? Memikirkannya membuat Ivena ingin teriak!
“Kamu belum tidur?”
“Eh, kaget!”
Ivena terkesiap kaget saat mendengar suara berat Deon di telinganya.
“Tidur, ini udah malam,” kata Deon. Ternyata ia belum benar-benar tertidur.
“Siapa juga yang bilang ini masih pagi?” sahut Ivena. Ingin bercanda agar suasana tidak canggung-canggung amat.
Deon terkekeh. Oh, God! Jantung Ivena rasanya berhenti berdetak. Suara tawa yang terdengar berat dan serak, benar-benar seksi!
“Uhm ... Om Deon bisa lepas nggak? Saya mau pindah ke kamar,” ujar Ivena. Ia memang pernah menggoda Deon, tetapi saat Deon tingkah Deon seperti ini malah membuat jantungnya tak aman.
Deon mendekatkan mulut ke telinga Ivena. “Kamu nggak suka saya peluk? Padahal, saya nyaman peluk kamu.”
“O-om Deon salah makan apa sih hari ini? Aneh,” gugup Ivena.
“Termakan rindumu,” gombal Deon hingga Ivena terbelalak. “Maaf, bercanda.”
Ivena memberengut. Padahal, ia sudah berharap. Definisi sudah terbang ke langit, tetapi dijatuhkan ke dasar bumi.
“Kalau gitu, saya bisa balik badan nggak? Nggak nyaman sama posisi ini,” tutur Ivena, berusaha mengalihkan gugupnya.
“Oke.”
Deon melepaskan belitan tangannya pada pinggang Ivena, kemudian Ivena memutar tubuh. Kini keduanya tidur dengan berhadapan.
Netra hitam keduanya saling bertemu. Tangan Ivena terulur lalu menyentuh alis hitam milik Deon.
“Alis Om Deon tebal, lebih tebal dari alis saya,” ujar Ivena.
Deon tersenyum simpul. “Kamu orang kesekian yang bilang begitu. Saya tahu kalau alis saya tebal, menambah kegantengan di muka saya.”
Please! Ivena ingin menabok mulut Deon sekarang. Apakah ia salah memberikan Deon obat? Hari ini pria itu seperti melantur, tindakannya juga cukup aneh.
“Iv,” panggil Deon dengan menatap Ivena lekat.
“Ya?”
“Nginep di rumah saya lagi mau nggak? Aneh banget, saya nggak bisa tidur karena nggak ada kamu.”
Ivena mengulum senyum. “Masa sih?”
“Iya,” angguk Deon.
“Kenapa gitu?”
Deon menggeleng. “Nggak tahu.”
“Om Deon suka sama saya, ya?”
“Suka,” ceplos Deon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seducing The Hot Police (TAMAT)
Roman d'amour"Pak Polisi! Jomblo nggak?" Deon mengangkat alisnya, raut wajahnya menunjukkan kebingungan. "Kalau jomblo sama saya aja, yuk!" Deon terbelalak. Ia langsung berbalik dan meninggalkan Ivena. Dasar bocah sinting! "Pak Polisi! Kok kabur?! Tungguin saya...