Elko (2)

73 6 0
                                    

Tembok buat Elko tak sekadar benda pasif. Di dunia kami, setidaknya, tembok penuh dengan cerita tak biasa. Bagaikan pencerita paling hebat, setiap retakannya menuturkan kisah paling menakjubkan. Sebagaimana lazimnya rumah miskin di daratan, tembok kepunyaan Elko merupakan batako-batako bersusun dari sampah plastik yang dipadatkan. Atapnya sendiri berupa lembaran PVC dan sampah kering yang dipampatkan.

Tidak ada warna putih pada tembok. Semua muka tembok penuh aneka warna-warni. Batako dari sampah itu lumayan kukuh, tidak berbau, tentu saja, karena pengolahan batako sudah memperhitungkan kebersihan bahan bangunan kami. Kami tidak mampu mengecatnya, karena memang permukaan batako tidak bisa dipulas zat pewarna apa pun.

Sejak lebih dari dua abad lampau, manusia di bumi sudah memanfaatkan sampah plastik sebagai material bangunan. Mula-mula, potongan sampah plastik dicampur dengan pasir, semen, dan kapur, sebelum dituang dalam cetakan bata hingga mengering. Namun cara ini tidak signifikan mengurangi sampah, karena rasio penggunaan sampah plastik hanya 30 berbanding 70 persen saja.

Sebuah inovasi baru dikemukakan, potongan sampah plastik dilelehkan dan dibaurkan dengan oli bekas dengan perbandingan satu banding satu, kemudian dituang dalam cetakan bata hingga mengering. Sayang, asap pembakarannya mencemari udara dan segera ditinggalkan karena membahayakan bagi kesehatan.

Akhirnya sejenis polimer sintetik ditemukan untuk memadatkan sampah plastik tanpa perlu dibakar atau dihancurkan. Selain jauh lebih murah, proses pembuatannya lebih cepat, efisien, dan produksinya memuaskan. Hasilnya kami bisa mengamati aneka merek yang tak lagi terdengar. Dinky Donuts, misalnya, menyelinap di salah satu petak batako. Donat-donat mungil yang cocok untuk sarapan manis. Mungil sekali hingga sesendok makan saja memuat lima donat sekaligus. Plastik kemasan tahun 1980-an itu tak bisa terurai sampai hampir dua setengah abad kemudian. Ransum kami pasti kalah enak dibandingkan si donat-donat kecil.

Apakah Twinkies, bolu kuning emas dengan filling aneka jenis itu masih ada di kota laut tetangga kami? Bungkus plastiknya tercetak di salah satu sudut batako, dan Elko kerap menimpukinya dengan lilin mainan yang merupakan jarahan dari pembuangan sampah. Kira-kira di posko penelitian Planet Mars - kami menyebutnya Koloni Mars - apakah tersedia makanan senormal makanan planet kami sebelum kiamat 2022?

Elko tak pernah bersantap lebih baik dari ransum lembek hambar bonyok berlabel bubur nanofood dan dibuat tanpa selera itu. Ibunya tak mungkin memanggang kue atau meracik puding seperti cerita buyut dari nenek dari nenek mereka. Dua ratus tahun lalu, makanan berlimpah ruah, bahkan raskin atau beras bantuan pemerintah surplus besar, sampai-sampai sebagian jatahnya ditimbuni tanah merah, entah tujuannya untuk apa disembunyikan sedemikian rupa.

Tanah merah asli juga sesuatu yang belum dilihat Elko di daratan kami. Jalan-jalan dipadatkan dengan konblok dari sampah plastik, tak ada warna tanah yang terlihat, dan warna tanah yang merah atau cokelat tulen tinggal cerita yang sulit dibayangkan wujudnya seperti apa. Lebih-lebih pohon berdahan rimbun, semak berdaun kecil, bahkan kaktus tanpa daun tak lebih gambaran buku dongeng yang semu. Toh manusia hidup tanpa itu semua, karena manusia pasrah berkompromi demi kelangsungan nyawanya.

Lebih-lebih Elko tak paham soal bunga dan apakah kegunaan benda yang konon berbau sedap itu. Parfum di daratan kami lebih tinggi dari harga setengah kilogram emas, mungkin hanya penghuni kota laut yang mampu meneteskan minyak wangi di tengkuk mereka, pikir Elko suatu ketika.

Si remaja Elko cuma tahu sedikit perihal parfum, yang biasa diusapkan di belakang telinga dan urat nadi pergelangan tangan. Namun ia sudah terbiasa oleh bebauan sampah. Timbunan kotor yang dibuang penghuni lautan, mereka masih memproduksi plastik (meski dikatakan lebih ramah bumi) dan elektronik, berikut sampah basah yang merupakan makanan awetan, alamiah ataupun sintetik, karena lingkungan kaya itu tak mungkin lagi memuat sampah yang lalu kami kelola, tanpa betul-betul menikmati faedahnya.

IncantadomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang