Elko (7)

42 4 0
                                    

Elko memikirkan apa yang tak seharusnya ia pikirkan. Sisa hari-harinya di rumah akan tak banyak bila ujian beasiswa menyatakan ia lulus. Kalaupun tak lulus, ia akan sibuk memulung dan takkan sempat termenung, seperti keseharian ibunya, yang dihabiskan dengan bekerja, bekerja, dan bekerja lagi. Termenung itu kemewahan di daratan bumi, asal kamu tahu saja.

Wejangan Master Nostrudalle tidak diingatnya sama sekali. Ketajaman sorot matanya, bahasa tubuh yang agaknya meremehkan Elko, itulah yang jadi bahan renungannya, selain sikap Eilikii yang menghindarinya, dan omongan si "kembar" Quintin dan Griffin yang meresahkan Elko. Mereka terang-terangan mencurigai Eilikii.

Hati-hati dengan anak kota laut. Umumnya mereka kurang beres perilakunya. Untuk apa mereka membaur dengan kita-kita ini?

Eilikii tidak seperti berbahaya, Elko membatin. Mungkin keadaannya memang mendesak, maka dia ikutan melamar beasiswa?

Peserta ujian beasiswa dibubarkan siang menjelang sore itu. Mereka diminta pulang ke rumah masing-masing dan menunggu hasil ujian yang akan diumumkan di televisi, radio, dan diberitahukan melalui flash mail ke tablet masing-masing. Tidak ada ponsel di daratan bumi. Semua orang memiliki tablet tipis setebal lima helai HVS dijadikan satu. Komunikasi mereka di daratan terjalin dalam tablet pintar itu. Selain menjadi buku tulis, tablet pintar memungkinkan sesama penghuni daratan mengobrol maya dalam bentuk chatting ataupun flash mail.

Dulu, telepon seluler pintar memudahkan panggilan suara, panggilan video, chatting, SMS, dan mengirimkan surat elektronik. Sayang sekali, tablet pintar tak mungkin mengakses panggilan suara dan panggilan video, sebagai gantinya mereka hanya berbalas chatting dan mengirimkan kabar melalui email pendek yang disebut sebagai flash mail. Semuanya digerakkan dengan pikiran menggantikan jempol ataupun jari-jari lainnya.

Ayah Elko pun terbiasa bertukar pikiran dengan sahabatnya, yang disapa Om Roii oleh Elko. Seluruh orang di daratan aktif berbahasa Indonesia dan Inggris, sebagian pasif berbahasa Prancis, Spanyol, dan Portugis. Om Roii malah menguasai tujuh bahasa sekaligus! Bahkan ia menguasai sejenis bahasa yang nyaris punah, bahasa Kivalii yang konon dipahami para peri penyihir sakti. Berkat Om Roii, mereka mendapatkan suplai suku cadang televisi tabung, yang diselundupkannya dari bandar pelabuhan kota laut.

Om Roii tahu sesuatu soal kota laut, tetapi memilih tutup mulut. Malam itu, selagi Elko merasa ayahnya sudah terlelap di kamar, diraihnya tablet pintar sang ayah, letaknya di ruang kerja dan dengan chip di pelipis kirinya, Elko mengetikkan pikirannya.

Om Roii apa kabar? Saya Elko, Om. Saya pakai tablet ayah kontak sama Om. Soalnya saya lupa nomor tablet Om.

Sembari menunggu balasan dari Om Roii, Elko senyum-senyum mengingat gaya Om Roii yang semau aku, khas anak muda masa kini, meski si om sedikit lebih tua dari ayah Elko. Dengan Om Roii, Elko tak sungkan berbahasa kasual seperti dengan teman sendiri. Sang om pun selalu menekankan, bahwa bukan usia yang menentukan kemudaan seseorang, melainkan hati dan jiwa yang takkan menua selama-lamanya.

Hoii, Elko, apa kabar, Sunny? Ya ampun, kamu masih ingat sama Om, toh. Ada yang perlu Om bantu, Sunny?

Senyum Elko tersungging lebar. Sunny artinya cerah bermatahari, tetapi kata itu dipelesetkan dari kata Sonny untuk menyapa anak lelaki. Buyung atau ujang, padanannya dalam bahasa Indonesia, dan bagi Elko, panggilan Sunny cocok juga untuk Om Roii yang kekanakan dan pembawaannya seceria surya di pagi hari.

Om, ceritakan soal kota laut, dong. Om kan biasa membawa barang dari sana. Jangan pelit-pelit sama Elko, Om. Kita CS-an kan, Om?

Bahasa aneh ini, CS-an, dipelajarinya dari Om Roii. Katanya ini bahasa gaul arkais, maksudnya dahulu jadi ragam gaul trendi di Indonesia, lalu dilupakan karena bahasa Indonesia berkembang ke arah bahasa kaku yang dipraktikkan secara formal dan baku.

IncantadomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang