Incantadom (10)

24 2 0
                                    

Hari ini Elko terus mengangkat alisnya sehari penuh, semenjak flash news diberitakan televisi dan siaran radio, berikut sepucuk email kilat yang mengabarkan perihal yang sama. Sebentar lagi, setelah musim liburan panjang usai, ia akan meninggalkan rumah untuk pertama kalinya, karena jalan menuju impiannya mulai terlihat jelas. Pengorbanannya, ia wajib menempati asrama sesuai peraturan sekolah Incantadom.

"Nak, Elko, di asrama kamu harus patuh, karena aturan di sana tidak seperti di rumah. Kamu tak boleh seenaknya, ya. Anggap kamu sedang ada di sekolah walaupun jam pelajaran sudah selesai, ya." Seraya berkaca-kaca dan mengusap matanya, ibu Elko memberi wejangan secukupnya.

"Baik, Bu. Aku akan patuh. Kelak bisa jadi pahlawan Mars yang membanggakan bumi ini, juga Ayah dan Ibu." Elko mengangguk mantap, percaya diri di antara kegamangan meninggalkan rumahnya.

Rumah Elko mungkin bukan istana sungguhan, tetapi di hati si remaja 15 tahun, tak ada tempat yang sehangat rumahnya sendiri. Rumah sederhana pemulung yang miskin, meski bukan milik mereka sendiri, ada kenangan belasan tahun yang menggurat di sudut-sudutnya. Rumah ini sudah bersenyawa dengan Elko dan orangtuanya. Bahkan ia hafal setiap petak batako yang menyusun rumah ini.

Setiap batako wujudnya tidak sama satu sama lainnya, kemasan plastik yang menyelinap dalam batako berlainan wujudnya. Ada kemasan makanan antik, seperti permen karet Qui Gicle Golden Gum, Karamel Apel Wrapples, Silly Potsy, pudding pops Jelko, Butterscotch Hunts, Tini Tangy Crunchy Candy, Pop Rocks, Dinky Donuts dan masih banyak lagi nama-nama yang sudah mendiang di dunia. Sepertinya Elko juga melihat bungkus detergen bernama lucu, seperti Alien Attack dan nama-nama galaksi yang berbau luar angkasa. Milky Way Bleach salah satu yang populer.

Elko tak pernah melihat laut, tetapi dari arsip sejarah bumi, ia tahu tsunami adalah bencana alam yang berkekuatan mematikan. Sebuah bungkus detergen di ruang tengah, merupakan ruang televisi dan tempat favorit Elko bermain ketapel, terdapat merek Tide with Bleach, merupakan detergen favorit akhir 1980-an, yang mengingatkan Elko pada tide, pasang surut air laut. Laut merupakan asal tempat tinggal Eilikii, yang diumumkan juga lulus ujian saringan beasiswa.

Akankah nanti ia menanyakan soal tsunami dan ombak laut pada teman sekelasnya kelak? Ia sudah ditetapkan berada di kelas 1A melalui flash mail resmi dari pihak Incanta School. Sepertinya Eilikii berada di kelas yang sama. Lalu si "kembar" yang juga lulus saringan bagaimana? Akankah mereka dikumpulkan pada kelas yang sama pula? Namun, kalaupun berada di kelas sebelah, mereka tetap satu sekolah dan satu asrama, dan Elko merasa kedua calon teman barunya cukup lucu meskipun mereka berprasangka jelek terhadap Eilikii.

Malam itu, Elko duduk di muka pintu rumahnya yang terbuka, menikmati hari-hari kebebasannya selagi ia bisa. Sekolah berasrama punya aturan yang tegas. Bahkan selepas jam 10 malam lampu sudah dimatikan dan pintu harus tertutup rapat selepas pukul 9 malam. Di rumah, Elko punya kebiasaan membuka pintu depan, karena tak ada nyamuk di daratan bumi sejak seratus tahun lalu, tepatnya sejak waduk terakhir kami susut tanpa curahan air hujan, dan semilir angin malam mungkin mirip angin laut yang membawa masin sedikit sedikit. Aroma kebebasan itu berbau seperti laut, kata Om Roii.

Berkat Om Roii, Elko tahu rasa asin seperti apa. Ransum mereka, makanan teknologi nano itu tidak ada rasanya. Suatu kali, sekian tahun lalu, Om Roii seakan bermain sulap, menyelundupkan sebungkus kecil garam, mungkin hanya satu gram berat bersihnya, kabarnya nilainya jutaan kabitsa. Elko meletakkannya di ujung lidahnya, padahal reseptor pengecap asin berada di tepi depan lidah.

"Ujung lidahmu peka rasa manis, Elko. Kamu salah tempat." Om Roii terbahak, menjanjikan akan membawa pulang honeydew, embun madu yang diproduksi di kota laut, sementara lebah-lebah sudah punah di alam liar sembilan puluh tahun silam.

IncantadomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang