Alfa Kivalii (12)

21 3 0
                                    

Tepat sesudah Eilikii menyentuh tangan kirinya, Elko seperti terlontar ke dimensi dunia yang tak dikenalnya. Mulanya ia merasa mabuk laut, terhirup olehnya bau lumut hati yang membingungkan. Ia tidak tahu mengapa bisa mengenali lumut hati dari baunya, karena di daratan bumi 2222 tidak ada lagi lumut-lumutan jenis apa pun. Tumbuhan kecil yang banyak ditemui menempel di bebatuan, tanah, atau dinding tua lembap sudah punah lebih dari satu abad lalu. Namun, ini bau lumut, tegas Elko dalam hatinya.

Panorama tandus halaman sekolahnya seolah menguncup, bak payung kuno yang terlipat, lalu memuai lagi dalam wujud bertolak belakang. Dilihatnya langit cerah biru tua, warna langit bumi kuno pada musim panas tak berhujan, namun tanah yang dipijaknya berselimut hamparan salju sepadat es beku. Tidak ada Eilikii di sisinya, hanya nampak figur bersayap transparan, seperti peri kupu-kupu bersayap kaca patri, warna-warninya bening bak air yang dilukisi cat paling transparan di dunia. Peri itu punya ekor pita yang memelesat terliuk-liuk.

Ekor pita itu mungkin kira-kira 3,2 meter panjangnya, lebarnya 4,2 cm, karena wujudnya mirip tali pita senam ritmik, twirling ribbon klasik yang dulunya dipakai dalam cabang olahraga gimnastik dan tari balet. Si peri dan ekor cantiknya yang sepanjang pelangi tipis melesat pesat, Elko yang mengejar jauh terbelakang. Tak peduli sederas apa pun ia lari, selagi mukanya tertampar ranting-ranting pohon botak kelabu abu-abu muda, si peri rambut merah tak lagi bisa terkejar.

Selagi ia mengejar sang peri, raga Elko terbawa ke bagian taman hutan yang makin berseri. Pohon-pohon tidak botak, dedaunannya hijau mengilap, agak transparan namun juga padat dan tegas, pohon yang tinggi menyentuh pucuk langit, tetapi ranting-rantingnya runduk nyaris menyentuh tanah. Ingin memetik sehelai daun yang terjangkau tingginya, batin Elko melarang. Jangan-jangan ini hutan larangan dan tak sehelai daun pun boleh dijamah manusia asing seperti diriku?

Bahkan Elko tak berani menyentuh batang pohon berdaun lebat. Batang kayu yang kayu sungguhan, bukan polimer atau kayu plastik seperti ada di bangunan sekolah Incanta, warnanya cokelat keabu-abuan, batangnya lembap dan seperti spons busa mengandung air di dalamnya. Seolah bila seandainya diusap, jari Elko akan basah oleh embun, yang hanya ia ketahui namanya - embun - dari sebuah buku bekas dan majalah tua.

"Eilikii? Kii?" Elko menyapa cekikik tawa yang menggema. Seperti tawa perempuan yang renyah. Disadari Elko suaranya sendiri bergema, menyerupai suara dalam ruangan besar yang kosong, sementara seharusnya gema suara dalam alam terbuka agak sedikit berlainan.

"Barok El Rococo?" Kekeh suara tawa itu menggemakan nama lengkap Elko.

Mulanya Elko tak sadar namanya yang disebut. Ia jarang sekali menggunakan nama itu. Nama Elko lebih membumi dan hangat, ketimbang Barok El Rococo yang asalnya dari musik klasik Baroc Rococo yang gaung keemasannya sudah sirna dari bumi ini. Sampai-sampai Griffin sia-sia menahan tawa tadi, waktu nama lengkap Elko dibacakan dalam absensi sekolah.

Mungkin ini astral projection, pikir Elko. Om Roii pernah cerita soal itu, bahwa astral projection dialami ketika seseorang melakukan perjalanan keluar tubuh, di mana roh atau tubuh halus meninggalkan jasad atau tubuh kasar dan memasuki dimensi astral. Fenomena ini bisa dijelaskan secara keilmuan psikologi dan bahkan seseorang bisa melatih dirinya melakukan proyeksi astral dengan membuat intensi, atau dengan kata lain diniatkan untuk tujuan tertentu.

Namun, Elko menyaksikan tubuhnya sendiri padat, bukan berupa roh yang berkualitas transparan. Bahkan ia bisa mencubit lengannya sendiri, yang masih mengenakan piyama lengan panjang bergaris dengan celana panjang motif serupa, merupakan busana tidur wajib di Incantadom School seperti yang dikenakan pula oleh Eilikii yang sekonyong-konyong menghilang.

Bau lumut hati kembali mencuat tajam. Si peri bersayap kaca dan berekor pelangi tipis meliuk-liuk menghampiri Elko yang terpukau. Raganya terpaku di tempat, karena paras si peri kini jelas tampak dari sisi muka. Luar biasa indahnya.

IncantadomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang