Eilikii (16)

26 3 0
                                    

Elko takkan mungkin lupa, dalam bahasa Indonesia magnet disebut besi berani. Tak jelas maksudnya apa, atau dari mana asal-usulnya, apakah magnet menarik besi di dekatnya maka lantas ia dikatakan berani? Yang jelas baginya, uluran tangan Eilikii adalah daya magnet yang takkan ditolaknya. Perlahan ia menyambut tangan kanan si gadis, menggenggamnya erat dengan tangan kirinya, tak menyana keajaiban menyihir dengan perlahan tetapi pasti.

Helai rumput menghijau yang semula tipis menggemuk, begitu tebal menyerupai sulur-sulur hijau yang memanjang dan subur, berangsur bak iring-iringan semut merapati konblok hitam di pekarangan sekolah Incantadom. Belum cukup ajaib, karpet hijau yang menghampar itu memunculkan pepohonan raksasa, mungkin dari jenis sequoia, karena dua orang Elko pun tak sanggup merangkul batangnya yang gempal.

Sekeliling mereka tak lagi serupa, bebauan udara yang bukan daratan, wewangian aroma pantai, bau khas yang dikatakan Om Roii tak terlupakan itu. Aroma segar udara bergaram, yang nyatanya berasal dari senyawa unik dimetilsulfida yang bercampur dengan udara yang dihirup manusia. Bukan garam yang membawa bau dimetilsulfida, melainkan spesies alga yang banyak hidup di permukaan lautan. Nama alga itu adalah ...

"Emiliania huxleyi. Kita menyangka bau pantai datang dari garam. Padahal alga Emiliania sp yang berjasa menghasilkan senyawa dimetilsulfida, dan dimetilsulfida membantu pembentukan awan, yang otomatis meningkatkan curah hujan. Sayang sekali, bau di sini bukanlah bau laut yang tulen, Elko." Eilikii mengutarakan keprihatinannya sembari menggenggam tangan kiri Elko.

"Kamu bisa membaca pikiranku, Kii? Aku baru saja mau menanyai nama alga itu, kamu sudah menjawab dengan jitu."

Gadis itu betul-betul membaca pikiranku. Elko berpikir dengan kagum. Seperti berkontak telepatis yang diragukan sungguh ada, tetapi hubungan batin antara dirinya dan Eilikii amat nyata, riil, dan sekaligus magis. Siapakah kamu, Eilikii, siapakah kamu yang sebenarnya?

"Kamu salah bertanya, Elko. Seharusnya kamu bukan menanyakan apa aku bisa membaca pikiranmu. Seharusnya kamu bertanya kenapa bau laut sekarang tidak tulen lagi."

"Baiklah, Kii. Mengapa begitu? Bukannya ini laut sungguhan, di kota asalmu?"

Elko menangkap sosok lautan di kejauhan. Baunya begitu pekat, segar dan sekaligus memedihkan matanya yang mengerjap cepat-cepat. Ada sejenis limbah di daratan yang aromanya memerihkan mata dan selaput lendir hidung. Mungkin itu namanya dioksin. Zat "busuk" yang asalnya dari pembakaran sampah untuk membangkitkan tenaga listrik. Listrik yang dihasilkan di daratan bumi untuk dinikmati penghuni lautan secara gratis. Akhirnya kami orang-orang daratan dibebankan tagihan listrik yang tidak manusiawi. Kami diracuni dioksin, tetapi mereka tidak ambil peduli.

"Lautan pun sudah rusak, Elko. Kondisinya tak lebih baik dari daratan bumi."

"Maksudmu, Kii? Memangnya dengan kekayaan dan kecanggihan teknologi, tak ada yang bisa diperbuat manusia lautan?" Elko menanyai Eilikii yang menerawang gugus awan dengan sedih.

"Awan-awan di atas kita bukan awan yang sebenarnya, Elko. Lautan kami diselubungi kubah raksasa dan lautan sudah lama tiada. Maksudku menjelma padang air yang mati."

Atmosfer menegang seketika. Udara yang menciut, seakan kesegaran yang mengisinya dihimpit kepengapan tak terperikan. Lautan juga sekarat? Apa maksudnya padang air yang mati? Elko merasa masih membaui udara laut, mungkin bau purba ini tak banyak berubah sejak asal muasal penciptaan daratan dan lautan, di mana manusia ditakdirkan mencintai samudera sebagai alegori kebebasan yang memabukkan.

Para penjelajah Eropa mengawali misi sucinya dari lautan. Perjalanan mengarungi gelombang pasang dan ombak ganas untuk penaklukan tanah baru. Penduduk asli yang tak lagi menjadi tuan di tanahnya sendiri. Karena manusia yang pintar merasa dapat berbuat apa saja asalkan ia mau. Keangkuhan manusia mulanya dari laut. Kemudian ambisi yang menjulang meyakinkan manusia, angkasa raya pun bukan tandingan baginya. Manusia-manusia pahlawan yang diterbangkan ke Mars, bukankah bukti penaklukan manusia tak sebatas menguasai permata biru bumi?

IncantadomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang