Nubo Espello (33)

25 3 0
                                    

Eilikii yang meminjam tubuh Elko mengingat kiamat sebagai taruhannya bersama Turin, lebih-lebih sosok si pria menantinya angkuh di ujung lorong lantai atas yang hawanya amis. Meskipun sudah meninggalkan kota laut enam tahun silam saat ia sempat meninggal dunia, Eilikii mengingat jelas bau laut yang asin bercampur amis, tetapi tidak sama dengan bau yang satu ini. Ini amis dari darah dan kematian, pikir Eilikii yang merasakan benda di lehernya menggandul kian erat. Seakan menyatu dengan urat dan dagingnya, bandul omega keperakan dan laknat itu mengirimkan sayatan-sayatan tajam di kepalanya, atau pada kepala Elko lebih persisnya.

Begitu sosok Turin tertangkap dari dekat, timbul sekilas antipati di benak Eilikii. Namun, tersadarlah ia, ini bukan Turin, tetapi Mim yang menyatu dalam tubuh Turin. Ekspresi wajahnya menunjukkan Mim tersenyum simpul, karena Turin rasanya tak mungkin tersenyum pada siapa pun, kecuali mungkin pada pantulannya sendiri di cermin. Mengingat cermin, memberatlah hati Eilikii, yang seakan menghadapi ujian hidup dan mati dunia seorang diri saja. Cermin perak rahasia dan kepingan terakhir cermin di lehernya, tak ubahnya harapan terakhir bagi umat di bumi ini.

"Mim." Eilikii menyapa sosok Turin yang diketahuinya bukan Turin sesungguhnya. "Elko pasti lebih berani dari aku. Entah kenapa belum-belum hatiku sudah cemas begini. Kamu merasa takut juga kah?"

Turin yang berjiwakan Mim menggeleng. Kalem dan berserah diri. Seakan perkara kiamat sudah sehari-hari menjadi santapan rohaninya. "Apa yang terjadi terjadilah. Buku yang kubaca menyadarkanku, takdir itu ada yang bergerak dan tidak bergerak. Takdir yang tidak bergerak tak dapat diapa-apakan, kita hanya bisa memperbaiki bagian yang bergerak saja. Seperti peranku di sini, misalnya."

"Maksudmu, Mim? Kamu bukan cuma bertugas mengawalku untuk masuk?" Eilikii dalam tubuh Elko bertanya, sementara bola mata Turin menatapnya dengan kesenduan seorang Mim.

Berkilas balik sedikit, Mim sepertinya kurang jujur soal tindakannya menyelamatkan Eilikii dari keracunan air. Si gadis juga diracun oleh Ketua Hati Singa, dengan cakar mematikan yang beroles darah burung Hooded Pitohui, dan Mim hendak dimatikannya sesuai takdir yang berlaku. Tubuh si gadis dicampakkan di gudang bawah tanah bersama jasad Eilikii, yang disangka sudah tak bernyawa saat itu. Sedianya, Nolan yang harus memusnahkan tubuh mereka, tetapi sesuai suratan takdir, si gadis rambut pendek segan-segan melakukannya.

Dalam keadaan sekarat dan muntah darah, Mim mendapatkan bisikan halus untuk menggeledah tubuh Eilikii yang juga di ambang sakratul maut. Botol mungil dalam pakaian dalam Eilikii bak keajaiban air mata feniks, karena Mim dipulihkannya dalam hitungan detik. Maka sebagai balas budi, Mim meminumkan air laut purba - yakni isi botol mungil itu - pada Eilikii yang segera akan mati. Takdir mereka pun tak lagi berjalan sama semenjak itu.

"Takdirku dan takdirmu dapat bergerak, Eilikii. Maka itu kita berdua selamat walau sudah seharusnya mati malam itu. Namun, sebentar lagi ada takdir tak bergerak yang harus kujemput." Mim dalam raga Turin bertutur lembut pada Eilikii, yang menumpang dalam tubuh Elko, dan mata Elko menatap Mim tak mengerjap sekali pun.

"Mim. Kamu ... kamu ... tak perlu melakukannya, kan?"

Pertanyaan Eilikii dijawab dengan pintu yang membuka tiba-tiba. Pintu ini semestinya terkunci rapat. Namun, sesuai takdir yang ditentukan, kepingan terakhir cermin itu menemukan tempat yang semestinya. Turin yang diisi arwah Mim memberi isyarat agar mereka masuk berbarengan, dan Eilikii tak sadar mencengkeram bandul di lehernya erat-erat.

"Sesuai takdir, rekatkan bandul omega itu di lantai. Urutkan sesuai abjad Yunani. Berarti posisikan di urutan terakhir, pada posisi ke-24 dari 24 keping yang tersedia. Kamu bisa membacanya, kan, Eilikii?"

"Mim, bagaimana kamu bisa tahu? Apakah Master yang ..." Eilikii kembali bertanya, merasakan suaranya dan suara Elko seolah bersenyawa dengan karib.

Ma'am Selma tidak salah kira, Mim adalah seorang indigo tanpa disadarinya. Indigo spesial di bawah sadar yang dipersiapkan takdir baru untuk menyelamatkan kiamat bumi, ini poin penting yang tak disinggung Ma'am Selma sebelumnya. Nyawa di tubuh Mim cuma pinjaman sementara, dan ia harus menyerahkannya dengan rela, saat ini juga. Takdir lama seharusnya tidak menyertakan Mim di sini, yang tadinya disuratkan lebih dulu menemui maut di tangan sang Ketua Hati Singa.

IncantadomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang