"Hanya mengikuti takdir, selebihnya biarlah berjalan dengan sendirinya"
~Ana Lexandria Elzarizkia~Ana mengerjap ngerjapkan matanya ia merentang kedua tangannya dan menguap. Ia mengambil handphone nya yang ada di meja dan menghidupkan nya. Betapa terkejutnya dia saat melihat jam sudah menunjukkan pukul tujuh kurang lima belas menit.
Ana langsung loncat dari kasurnya dan pergi ke kamar mandi. Kali ini ia tidak mandi melainkan langsung cuci muka dan berganti pakaian. Ia memoleskan sedikit make up di wajahnya. Ana tidak suka make up yang terlalu mencorong ia lebih suka make up yang terlihat natural.
Setelah itu Ana mengambil tasnya dan menurunu tangga dengan terburu buru. "Bunda kenapa tadi ngak bangunin Ana" Ucap Ana dengan kesal.
"Bunda udah bangunin kamu tapi kamu nya aja yang molor" Jawab Tania.
"Bunda Ana berangkat ya" Ujar Ana yang langsung mengalami tangan Tania dan langsung pergi begitu saja.
"Eh ngak makan dulu Ana!" Ucap Tania."Enggak usah bun!! Nanti Ana beli di kantin! " Jawab Ana dengan berteriak. Ia langsung memasuki mobil dan menyuruh mang Septo melakukan mobilnya dengan cepat.
Sekitar lima belas menit Ana sudah sampai di sekolahan dan benar saja gerbangnya sudah di tutup. Ana langsung turun dari mobil. "Ngak ada pilihan lain, gue harus manjat tembok" Ujar Ana yang langsung berlari.
Ia menatap tembok yang tidak terlalu tinggi. "Ngak ada pilihan lagi" Ucap Ana dengan menghembuskan nafas pelan. Setelah itu ia mulai memanjat tembok untung saja ada beberapa barang di dekatnya dan itu memudahkan Ana untuk memanjat tembok.
"Huft akhirnya" Ucap Ana dengan bernafas lega. Ia sudah berada di atas tembok tinggal turun saja. Namun sebelum itu Ana mau menikmati terlebih dahulu.
"Ngapain kamu di situ?" Tanya Gara dengan suara beratnya.
"Ya ampun!" Kaget Ana saat melihat keberadaan Gara.
"Turun" Pinta Gara dengan wajah dinginnya.
"Iya bentar" Jawab Ana setelah itu ia berusaha turun dari atas tembok.
Dan hap Ana meloncat dari atas tembok. Gara melotot saat melihat Ana meloncat dari atas tembok yang cukup tinggi namun tidak tinggi tinggi amat."Kenapa?" Tanya Ana.
"Ngapain manjat tembok?" Bukannya menjawab Gara malah balik bertanya.
"Telat, gerbangnya udah di tutup" Jawab Ana dengan jujur.
Gara hanya mengangguk singkat. "Masuk kelas sana" Ucapnya dengan wajah tatapan yang datar dan jangan lupakan kedua tangan yang berada di saku celana. Menambah kesan dingin di dirinya.
"Males mending bolos aja" Jawab Ana.
Gara menaikkan satu alisnya. "Kenapa?""Soalnya sekarang jamnya b. Inggris gue benci pelajaran itu" Jawab jujur Ana. Memang ia sangat tidak menyukai pelajaran tersebut karena baginya b. Inggris itu sangat sulit dan susah untuk di mengerti.
"Yaudah ayok" Gara menarik tangan Ana.
"Kemana?" Tanya Ana.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANA ALEXANDRIA
Teen FictionPantas saja jika bahagia ku sebut sebagai dusta. Tidak ada bahagia yang benar benar tulus dalam hidupku. Yang ada hanyalah kata pura pura bahagia. Semuanya berdusta bahkan orang yang sangat ku sayang pun berdusta. Semuanya akan hancur pada waktunya...