-Happy Reading ❤-
***"Demi Tuhan saya akan menghancurkan siapapun yang berani menyakiti adik saya"
~Iky Alexander Elvinoz~Sesampainya di rumah Ana langsung membuka pintu rumahnya. "Bunda Ana pulang" Ucap Ana yang langsung memasuki rumahnya.
"Eh anak bunda sudah pulang" Ucap Tania yang langsung keluar dari arah dapur menemui putrinya. "Loh itu kepala kamu kenapa kok di perban?" Tanya Tania dengan wajah yang sangat khawatir kala melihat perban yang berada di kepala anaknya itu.
"Oh ini gapapa bunda tenang aja jangan khawatir" Ucap Ana menenangkan budaya agar tidak khawatir. "Ini cuman luka kecil kok" Lanjutnya.
"Yasudah kita ke ruang santai aja. Pasti kamu juga cape kan? " Ucap Tania yang mendapat anggukan dari putrinya tersebut.
"Loh dek kok di perban kepalanya?" Tanya Iky dengan raut wajah yang khawatir.
Ana sedikit terkejut saat melihat keberadaan Iky di ruang santai. Tapi sebisa mungkin ia menghilangkan raut wajahnya yang terkejut.
"Sini duduk dulu sayang" Ucap Tania. Kemudian Ana duduk di sofa. "Coba ceritain sama bunda kamu kok bisa di perban?" Lanjut Tania bertanya.
"I-ini karena ga sengaja jatuh tadi" Jawab Ana sedikit gugup karena saat ini Iky menatapnya dengan sangat intens, jika hanya bundanya mungkin ia bisa menyembunyikan kebohongannya namun jika dengan abangnya? Tamat sudahlah riwayatnya ia tidak akan bisa berbohong.
"Kamu serius? Jatoh di mana? Kapan? Kok bisa jatuh kenapa?" Pertanyaan Iky yang bertubi tubu membuat tubuh Ana menegang.
Dengan susah payah Ana menelan salivahnya. "I-itu kebentut me-meja gak sengaja lari terus kesandung bang" Jawab Ana dengan gugup. Kini suhu tubuhnya mulai dingin. Bahkan keringat dingin mulai bercucuran di dahinya.
"Kamu serius?" Tanya Iky sekali lagi dengan menaikkan satu alisnya. Sebenarnya ia tau apa yang terjadi tapi ia tidak berbicara keran ia hanya ingin tau dari mulut adiknya itu.
"I-iya bang" Jawab Ana.
Iky hanya menghembuskan nafas kasarnya. "Lain kali hati hati kalau berjalan. Jangan lari larian, kan abang sudah bilang kalau jatuh nanti kamu terluka." Ucap Iky dengan nadanya yang sangat lemah lembut. "Abang tidak suka kamu terluka, apalagi ada yang melukai kamu sengaja ataupun tidak sengaja." Lanjutnya.
"Iya bang Ana tau Ana ngerti kok" Ucap Ana.
"Kamu ingat dulu waktu kecil kamu minjam mobil kobilan abang dan kamu terluka karena mobil kobilan tersebut?" Tanya Iky yang mendapat Anggukan dari Ana. "Dan kamu ingat apa yang terjadi pada mainan tersebut?" Tanya Iky sekali lagi dan mendapat anggukan dari Ana. "Meskipun itu mainan kesayangan abang tapi karena dia sudah melukai kamu maka abang bakar dan hancurin mobil itu kan? Begitupun dengan orang yang berani melukai kamu abang akan hancurin sama seperti mobil mainan itu" Lanjutnya dengan nada penuh penekanan di setiap kalimatnya.
Sontak perkataan tersebut mampu membuat Ana mengingat semua memori memori di mana Iky seringkali menghancurkan mainan miliknya karean sudah membuat dirinya terluka. Lidah Ana sedikit tercekat sulit untuk mengeluarkan perkataan. Bagaimana jiga Iky tau jika ia terluka karena ketidak sengajaan Ahsyad? Bisa habis Ahsyad dan Malfin di tangan abangnya itu.
"Abangmu itu posesif nya minta ampun kalo menyangkut sama kamu" Ucap Tania dengan terkekeh. "Sensitif lagi" Lanjutnya dengan menggeleng gelengkan kepalanya.
"Biarin yang penting adek Iky gak kenapa kenapa" Jawab Iky.
"Yaudahlah bang terserah kamu" Ucap Tania malas berdebat dengan putranya yang satu ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANA ALEXANDRIA
Fiksi RemajaPantas saja jika bahagia ku sebut sebagai dusta. Tidak ada bahagia yang benar benar tulus dalam hidupku. Yang ada hanyalah kata pura pura bahagia. Semuanya berdusta bahkan orang yang sangat ku sayang pun berdusta. Semuanya akan hancur pada waktunya...