9. Salah paham

229 21 4
                                    


*9.09.22


Jaemin sangat ribut di keramaian. Akhirnya Mark menyerah. Membiarkan tangan itu tak lagi ada di genggaman. Namun tidak melepaskan Jaemin untuk pulang melainkan memaksa Jaemin ke apertement untuk membawakan barang yang Mark beli, perlengkapan ranjang tidurnya.

Energi yang di maksud Mark adalah ini.

Brug!

Benda tebal itu Jaemin jatuhnya bersama tubuhnya yang membungkuk seperti kodok. Sementara Mark hanya membawa karpet bulu.

"Ini sudah selesai, kan!?" Racau Jaemin kelelahan. "Aku ingin pulang!" Tidak untuk satu ini, dia tidak lelah ribut minta pulang.

Mark masih berdiri di depan Jaemin,  batas antara ruang flat dan area dapur.

"Kau tidak berniat menginap lagi disini? bukankah tempat tidurku hangat kau tempati?"

"Berhenti berbicara kosong!" Dengus Jaemin, mendongkak kan wajah penuh. Jarak pandang seperti seekor kucing tengah menatapi mengasuhnya.

"Kosong?" ulang Mark meniru. Dia menarik senyum tipis lalu merendahkan posisinya, melipatkan kedua lutut,  bercangkung sejajar  dengan posisi Jaemin.

"Bagian mana yang kosong. Aku bisa mengisinya untukmu."

"Cih! Kau seperti om - om yang sedang berusaha menggodaku."

"Apa terlihat seperti itu?" kedua alis Mark naik.

"Mark!"

"Hahahha... ya..ya..."

Jaemin diam terkesima untuk satu hal yang tidak biasa melihat Mark sekarang.

"Dia tertawa? Dia bisa melakukan itu ... dia terlihat jauh lebih tampan karena bibir dan matanya  tersenyum"

Tawa Mark perlahan memudar mendapati Jaemin menatapi begitu dalam.

"Apa yang kau lamunkan? Apa aku setampan itu di matamu?" Tangan Mark terangkat dari atas lutut yang menekuk. Terulur mendekati wajah Jaemin.

"Yah!" Reaksi kaget Jaemin berlebihan. Dia mendorong diri ke belakang.



"Kenapa kau..."



"Sangat menggelikan itu keluar dari mulutmu."



"... menghindariku, Jaemin? Kenapa itu tidak berlaku pada Sungchan saat dia terlihat ingin menciummu..."



"Apa itu aslimu dari topeng yang selama ini kau pakai.. uh! Mengejutkan sekali."


Mark terdiam, kaku.



"Apa? Hah? — kenapa dia menujukan wajah seperti biasanya? Apa aku keterlaluan berbicara?"




"Mark?" Panggil Jaemin.

"Mh... Kau lapar?" balas Mark. Mengetahui bahwa Jaemin mengerti perubahannya yang membuat suasana jadi canggung. Mark sedikit mengalihkan pembicaran,— lebih tepatnya lontaran Jaemin sedikit merobek sesuatu darinya.

"Tidak. Tapi jika aku lapar akan lebih memilih pulang kerumahku."

"Mh... itu benar. Kau harus makan malam bersama Ibumu."

"Ya. Kalau begitu sebaiknya aku pulang sekarang."

"Tunggu—" Mark diam sesaat, Jaemin menunggu. "Bisa kau lebih lama disini... sampai waktu makan malammu tiba."


"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Wrong But True | MarkMinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang