*30.08.22
‼️VOTE & KOMENT SETELAH BACA ‼️
Hari itu rencana gagal. Maka Jaemin mengatur ulang. Tidak— lebih pantas dalang semua rencana adalah Haechan yang mengaturnya.
"Huaaaahhh... bagusnya tempat ini, sudah banyak mendapatkan perbaikan!" Jaemin terpesona.
Taman hiburan, wahana bermain. Disinilah mereka berempat. Mark, Haechan, Lucas, Jaemin.
"Lucas ayo kita kesana!" Ajak Jaemin sambil menyeret lengan besar Lucas.
"Lihat... lihat itu... lihat... manisan,'kan?" Jaemin sangat antusias. Dia benar - benar ingin menfaatkan hari liburnya dengan baik dan juga tiket gratis dari Haechan. Dia tidak akan membuat ini menjadi sia -sia.
"Iya, benar. Ayo kita beli Jaemin."
"Ayo Lucas!"
Selain itu, untuk mendekatkan hubungan Haechan dan Mark.
"Mark, ayo kita kesana..." Haechan sigap mencengah gerakan Mark yang berniat menyusul Jaemin dan Lucas. Dia di seret paksa oleh Haechan pada arah berlawan dari kepergian mereka berdua.
"Mark kita naik itu, oke?"
Mark mengangguk tanpa ekspresi. Mengikuti arah Haechan tuju, bianglala. Tidak begitu ada antrian. Mereka datang langsung mendapatkan tempat.
Mereka naik, di dalam mereka saling diam, Mark yang melihat Jaemin bersenang - senang bersama Lucas di bawah sana dengan wajah tenang. Tidak menyimpan rasa cemburu atau pun iri hanya sedikit penasaran.
Sedangkan Haechan gugup setengah mati menahan perasaan gelisah atas rasa sukanya terhadap Mark.
"Mark."
"Mh?" Mark tidak menoleh, satu tangannya mengakup dugu, arah matanya masih pada objek yang sama, meski dibawah sama semakin menjauh dari pandangannya.
Jaemin sangat gembira bersama Lucas.
Haechan bingung dan juga penasaran apa yang Mark sedang lihat. "Kau sedang lihat apa? Apa dibawah sana ada yang membuatmu tertarik?"
Barulah Mark menoleh pelan menatap Haechan, tenang namun datar. Tanpa mengubah posisi satu tangan yang bertumpuh pada pembatas ruang bianglala.
"Iya, mereka terlihat seperti semut di lihat dari sini..."Haechan ikut melihat. "Ahh, iya kau benar. Orang - orang itu terlihat sangat kecil, hehehehe..."
Dan Mark kembali menatap ke arah bawah lagi. Haechan jadi bingung harus berbicara apa untuk bisa mendapatkan percakapan yang panjang dengan Mark.
Lalu...
"Mark, apa kau menyukai Jaemin?" Haechan tiba - tiba. Dia asal bicara, hanya sedikit berpikir bila Jaemin menjadi topik pembicaraan mungkin bisa jadi awal obrolan ringan. Seperti seorang pemacing jika ingin mendapatkan ikan perlu ada umpan.
Dan otak kosong itu hanya terbesitkan Jaemin."Tidak." jawab Mark tanpa ragu.
"Ahh.. syukurlah."
Mark mengernyit, memalingkan wajah, kali ini menatap lurus dan lebih lama memadangi wajah Haechan. "Kenapa kau bertanya soal itu padaku?"
"Ahh... tidak... tidak... tidak ada maksud apa - apa. Aku hanya asal bicara saja."
"Apa Jaemin mengatakan kalau dia menyukaiku?"
"Heh? Jaemin menyukaimu?" Haechan berpikir, benar - benar berpikir sampai kedua matanya menatap langit - langit bianglala untuk mengingat dan sedikit berspekulasi menimang ucapan Mark.