10. Rasa khawatir

208 30 5
                                    

*12.09.22




Kelas kedua berakhir. Semua berkemas hendak pulang. Lucas membiarkan Mark pergi begitu saja, karena dia tahu pemuda itu sedang tidak memiliki waktu luang yang cukup untuk bersenang-senang.

Jaemin melipirkan pandangannya menatap kepergian Mark. Kemudian ia menoleh ke Lucas. "Tumben kau tidak berisik padanya?"

Lucas menanggapi dengan hendikam bahu lalu beranjak pergi.

"Jaemin, ayo pulang."

"AKU TIDAK MAU PULANG BERSAMU! PERGI SANA!"

"Kau tidak perlu berteriak... hahahah." Sungchan pergi membawa tawa yang terdengar menyebalkan di telinga Jaemin.

"Sungchan sialan! Sejak kapan dia mulai  banyak ekspresif  padaku."

"Jaemin aku duluan."

"Oh, silakan tuan putra yang terhormat."

"Tsk..." Haechan pergi.

"Bagus sekarang aku tenang tanpa di ributkan. "Sepertinya Haechan berkata jujur."

Jaemin terakhir pergi dari kelas yang sudah kosong. Berjalan santai akan pulang.

"Bagus! Saatnya bersantai membaca Novel Sungchan.. kkkkkk~"

"Oh! Hari ini Ibu lembur lagi tidak, ya?" Jaemin segara menghubungi Ny.Na. Panggilam itu cukup cepat di tanggapi.

"Ada apa?"

"Halo... Ibu? Apa hari ini akan lembur?"

"Ohh... aku lupa memberi tahumu, hari ini dapur sangat sibuk... ... tiba - tiba  mendapatakan pesanan banyak."

"Oh, itu sangat bagus, bisa aku membantumu disana?"

"Tidak perlu. Kau hanya akan merepotkan pekerja yang lain."

"Ibu berlebihan."

"Kau sudah pulang?"

"Iya, ini masih di jalan."

"Hey! Berhenti ketika berbicara di telpon, jangan—"

"Iya, ya. Aku tahu. Aku tahu—"

Pip!

"Hah?! Halo! Halo, Bu?" Jaemin berhenti berjalan," ... ish. Dia langsung mematikannya?"

Tiiiiiiiiiiiinnnnnnn~

Jaemin terkejut, ia menoleh cepat, kesadarannya terguncang sampai otaknya tidak dapat merespon pada sesuatu apa yang di lihat.

Tiiiiiinnnnnnnn.... tiiiiiiiiiiiiiinnn

Brugh~

Suara - suara itu begitu  terasa memengangkan telinga.

Tiiiiinnntt.... tiiinnnttt....

Jaemin yakin. Sangat yakin bahwa dia tidak beranjak sedetikpun ketika sebuah mobil itu melesat ke arahnya dengan kecepatan tinggi.

"Apa kau bodoh?!"

Jaemin tersentak kaget, napasnya memburu sama seperti suara bentakan seseorang di atas wajahnya yang begitu marah dan khawatir.

"Mark?"

"Jika kau ingin bunuh diri lakukan dengan cara yang tidak merugikan oranglain!"

Napas Mark tersengkal hebat.

"Aku? Bunuh diri?" Jaemin mendorong kasar dada Mark hingga pemuda itu terjungkal duduk.

"Siapa yang akan bunuh diri! Aku hanya tidak tahu ada mobil lewat begitu cepat seperti itu!"

Wrong But True | MarkMinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang