Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ciuman pertama Jaemin di usia 17 tahun di miliki Mark. Sejak itu, ia berjanji akan menjaga, merawat dan menutup rapat - rapat untuk siapa pun kelak, sekali pun di masa depan mereka tidak bertemu.
Aneh, tapi inilah yang mereka sepakati bahwa hubungan mereka tidak bisa di pertahankan. Jaeminlah yang memulai keputusan itu dan Mark hanya seperti mengikuti arah jalan yang di tunjuk Jaemin tanpa protes. Yang justru seperti menjilat ludahnya sendiri, menyesal tapi ada sisi rasa ragu akan perasaan Mark padanya. Kenapa tidak menolak?
"Cinta monyet... tidak buruk sebagai awal mengenal cinta meski pada seorang pria..."
Tok... tok... tok...
"Jaemin..."
"Iya, bu. Aku turun."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Suasana Jaemin berubah - ubah. Sebentar senang sebentar merasakan sedih. Ia bahagia mengingat kenangan semalam bersama Mark lalu berubah sedih dalam penyesalan, kata perpisahan.
Bisakah Jaemin mengubah kesepatakan mereka, mengatakan ulang bahwa ia ingin melewati kebersamaan mereka sampai dewasa tanpa melalui perpisahan.
"Ehh..." Jaemin memekik, kerah kemeja seragamnya nyaris mencekek leher, tubuhnya terhuyung ke belakang oleh tarikan seseorang.
Jaemin hampir menabrak siswa lain yang sedang membawa tumpukan buku, jika tidak diselamatkan oleh Sungchan.
"Bukankah terlalu pagi untuk berpikir rumit?" kata Sungchan sambil menarik kembali tangannya dari seragam Jaemin. "Apa yang sedang kau pikirkan, hah?"
"Tidak ada." balasnya cepat.
"Kau hampir menabrak oranglain, apa kalau bukan isi kepalamu sedang kemana - kemana."