*26.09.22"Paman Kim! Aku mau!"
Mark menoleh terkejut ke arah Jaemin yang berteriak pada pemilik kedai. Bukan hal mengherankan jika memang ada orang - orang seperti ini, Mark pernah menemuinya di suatu tempat saat dia masih tinggal di kanada.
"Halo, Jaemin! Ok! Ok!" Tuan Kim tersenyum sumringah menyambut kedatangan Jaemin. Pelanggan anak muda yang setia.
"Aku seperti biasa, ya..."
"Baiklah. Tunggu sebentar, ya..."
Hanya saja Mark tidak menyangka Jaemin menjadi bagian dari salah satu orang seperti ini. Dulu saat ia tahu untuk kali pertama melihat bagaimana orang memesan dengan cara berteriak, Mark menatapnya dengan pandangan hina dan merendahkan.
Dia tidak akan pernah lupa pengalaman buruk yang terjadi di hari itu, saudara laki - lakinya yang di benci namum sangat ia hormati keberadaanya.Siapa yang menduga, bawah orang yang menjadi kekasihnya masuk dalam rutukan itu.
Orang - orang bawah yang begitu sembrono akan sopan santun.Mark berpaling cepat ketika Jaemin menyadari sedang di tatapi dengan penilaian.
Mark melegakan tenggorokan, tidak kering disana hanya ingatan soal Jaemin yang sama berisiknya seperti Lucas, dia sadar Jaemin memanglah seperti itu. Tapi apa itu perlu berteriak pada orang yang jauh lebih tua?
Jaemin mencibik bibir, mengarahkan Mark pada meja yang mereka tempati. "Ayo duduk."
"Kau ingin makan apa? Disini semua menu ku rasa ada... eh tunggu... yang aneh - aneh tidak ada, ya..."
Mark membalas, "kau bisa pesankan untukku?"
Jaemin tidak mau pusing, maka dia setuju. "Paman Kim—"
"Jaemin."
Jaemin menoleh cepat.
"Ya? Kenapa?""Bisa kau datang saja menemuinya, suaramu bisa habis jika berteriak seperti itu."
Jaemin menangkap penilaian mata Mark untuknya. Dia tidak ingin ribut, jadi memilih menurut.
"Paman Kim, tolong buatkan ramen, super pedas satu..." Jaemin menujuk Mark,— Tuan Kim mengikuti arah wajah Jaemin.
"untuk temanku yang disana."
Untuk sesaat Tuan Kim terkesima melihat cara duduk Mark yang bisa di bilang. "Huh? Apa akan baik - baik saja makan di tempat murah?"
Usaha Tuan Kim berdiri sudah sangat lama disana, banyak pelanggan yang datang berbagai kalangan. Memang tidak banyak orang kaya terkadang datang mampir, tetapi karena kelangkahan itu membuat Tuan Kim hafal tata cara duduk atau sikap dari kalangan atas dan bawah. Jadi mudah bagi Tuan Kim dapat menilai dari mana Mark berasal.
Tuan Kim kembali menatap Jaemin. "Itu temanmu?"
Di tanya seperti itu dengan ekspresi meragukan dirinya, Jaemin merasa aneh. "Iya! Ada apa?"
"Ahhh, tidak, tidak... tidak ada apa -apa. Sudah kembali pada mejamu, serahkan padaku. Aku akan membuatkannya."
"Ok! Terima kasih Paman."
Setelah Jaemin pergi. Tuan Kim segara memanggil 3 pegawai dan istrinya untuk berkumpul.
"Ada satu kalangan atas makan di tempat kita, jadi kalian harus menjaga sikap."Tuan Kim lalu menujuk meja yang di tempati Jaemin. Orang yang di tunjuk adalah Mark.
"Dan pastikan masakan kau buat sebersih mungkin, jangan sampai membuatnya sakit perut, ok?" Tuan Kim beri arahan pada sang koki.