29.01.24
Hari libur berakhir. Gedung kosong yang telah di tinggalkan selama dua hari kian kembali beraktifitas. Puluhan murid berjalan santai menuju gedung, ada Jaemin di antaranya yang tidak lagi mengejar waktu. Hari ini pun mentari seperti menyambut kedatangan mereka begitu cerah, pagi ini cukup terang menyinari, hingga udara dingin yang biasanya terasa menusuk tulang sedikit menghangat karenanya.
Selain itu bukan hanya itu saja yang terjadi, ketika waktu semakin mendekati jam kelas. Pemadangan tak asing setiap pagi kebisingan para pemuja terdengar sedikit lebih bertambah.
Dari sekian murid yang jalan searah perlahan beberapa anak mulai memperlambat langkahnya dan berhenti sambil menatap arah suara motor dari kejauhan.
Jaemin ikut berhenti sejenak, menoleh sekilas tak peduli saat mengetahui siapa orang pengendara itu. Siapa lagi kalau bukan Lucas, motor sport warna merah kebangganya yang membuatnya terlihat keren dimata para gadis - gadis yang memujanya. Setiap motor itu mengaung di halaman sekolahan bahkan melintas melewati pintu utama gedung, suara pengagum menyabutnya tidak kalah ribut.
Lucas termasuk siswa populer di kalangan pelajar, bukan karena dia menjadi salah satu siswa terpandai, dalam akademis dia biasa aja, bahkan di keanggotaan basket dia terbilang payah, tetapi karena memiliki wajah yang tampan dengan postur besar dan tinggi. Sebenarnya kunci yang membuat orang mengangguni Lucas adalah sikapnya, dia terkenal baik pada semua orang dan gentle tanpa label playboy, itulah yang menjadi dia lebih unggul di banding siswa cerdas atau yang memiliki kesentaraan tampan di wajahnya dengan branding yang sama. Jadi motor itu bukan lah satu - satu yang membuat menjadi pusat perhatian, mesin berkuda itu hanya pelengkap ketampanannya saja.
"Cih." Jaemin melenggang pergi di lorong koridor tak peduli. Inilah juga yang membuat Jaemin enggan datang di jam - jam Lucas tiba.
Meski tak ingin ikut menyalurkan kedua bola matanya sebagai penonton, Jaemin sedikit menyadari ada suara keributan lebih dari biasanya. Namun Jaemin tetap pada pendiriannya, tidak cukup penasaran untuk membalikan punggung, dia terus berjalan di lorong ke arah ruang kelas sampai melewati dan menemukan para gadis berlarian lawan arah.
"Sepertinya penggemarnya bertambah? Hanya karena motor?! Hah?! Yang benar saja?"
Jaemin masuk kelas. Dan pemadangan di depan matanya jauh lebih membuatnya menggeleng tak habis pikir. Bangku - bangku kosong itu menyisakan Sungchan yang duduk di tempat, sisanya berdiri di balkon seperti wartawan yang sedang mencari berita untuk bergosip.
Siapa yang peduli. Jaemin duduk lalu mengeluarkan buku dari tas. Melihat raut Jaemin yang dapat Sungchan tebak, dia bertanya.
"Kau tidak penasaran apa yang terjadi di luar sana?"
"Aku sudah melihatnya."
"Oh, benarkah? Menurutmu bagaimana? Apa lebih keren dari Lucas?"
"Hah?!"
Sungchan tersenyum mendengus mendapati reaksi kesal Jaemin.
Suara riuk berisik seperti pasar kian terdengar membicarakan Lucas yang tentu pendengaran Jaemin tidak lepas dari bincangan para gadis - gadis itu, termasuk nama lain di sebutkan.
Sungchan kira, Jaemin tahu apa yang sedang terjadi di luar sana, dan dia dapat menyimpulkan dari raut Jaemin yang bingung penasaran. Dengusan senyum itu berubah tawaan kecil.
"Kenapa dia jadi lebih keren setelah dua hari kita tidak melihatnya."
Barisan di balkon perlahan membubarkan diri, masing - masing mulai menemati mejanya.