10.11.22
Semua bekerja keras. Bukan hanya menantikan festival berjalan lancar tapi mengejar target dari modal yang sudah di keluarkan. Pilar papan Festival sudah di pasang dari beberapa hari lalu di depan gerbang utama sekolahan. Stand kendai sudah didirikan di titik area. Beberapa Ruang kelas yang berpartisipasi pun sudah di isi hiasan/dekorasi seperti Caffe atau restoran. Begitu juga dengan Aula yang sudah di bangun panggung untuk dua pertunjukan Drama.
Tiga hari sebelumnya. Ada sedikit perubahan dalam pentas seni drama, bahwa mereka perlu menjadi serius. Maka anggota awal telah di tambahkan untuk peran - peran pendukung yang cukup di perlukan. Beberapa akan ikut di atas panggung sementara sisanya berada di belakang.
Besok acara akan di mulai dari pukul 3 sore hingga jam 7 malam. Semua benar - benar memilik kepercayaan untuk menjalankan tugas tetapi sesuatu datang mendadak menimbulkan kecemasan. Salah satu dari anggota teater mengalami diare kepanjangan.
Entah apa yang telah dia makan hingga membuatnya sakit perut dan terus bolak - balik ke toilet sepanjang waktu.
Awalnya rasa mulas itu seperti alami tapi kemudian Lucas menyadari bahwa itu berbeda.
"Jadi bagaimana? Apa kau bisa melanjutkan?"
"Iya. Aku sudah meminum obat seharusnya akan baik - baik saja besok."
"Tapi untuk berjaga - jaga kita perlu mencari peran peganti, bagaimana jika Lucas masih sakit?" Ketua kelompok berbicara. Dia merasa keraguan begitu besar dan khawatir hari esok tidak berjalan sesuai yang di harapakan. Maka itu dia perlu mengambil langkah cermat jika sakit Lucas tidak kunjung membaik.
Ucapan Ketua ada benarnya. Semua anggota setuju pemikiran itu. Tapi satupun tidak berniat mengajukan diri.
Ketua resah. Jadi dia mengusulkan kembali pada peran yang sebelumnya di sarankan.
"Aku? Kenapa aku?" Mark protes.
"Kau cukup bagus dalam hal mengingat sesuatu. Mempelajari Dialog sedikit terlambat aku yakin kau bisa mengejarnya, Mark."
Mark di desak semua anggota. Semua memohon padanya membuat Mark tidak bisa lari pada penolakan.
Hari itu Naskah akhirnya jatuh di tangan Mark dan terpaksa menempuh latihan bersama dengan Haechan. Sebelum mengetahui bagaimana Lucas dan Haechan berlatih, Mark berpikir mereka melakukan pelatihan sederhana, namun begitu Haechan membawanya kesuatu tempat usai jam sekolah selesai, Mark sedikit terkejut. Haechan benar - benar serius menjadikan teater itu sebagai ajang pementasan sampai merekrut seorang pembimbing.
"Huh? Orang yang berbeda?"
"Iya, Coach. Lucas mengalami hal buruk. Jadi dia menjadi peganti di pementasan besok. Apa akan menjadi sulit mengulang dari awal?"
"Ohh, begitu. Siapa namamu?" Pelatih bernama Song kang bertanya.
"Mark." Jawabnya.
"Ok, Mark." Song kang lalu menanggapi pertanyaan Haechan, "tentu tidak akan sulit jika kau mudah menghafal dialognya. Lagi pula ini sangat sederhana, yang di perlukan bagaimana kau menujukan ekspresimu dalam setiap dialog yang di ucapkan."
Mark mengangguk tenang. Tugas yang dilimpahan adalah sebuah tanggung jawab yang harus di kerjakan. Bukan tidak bisa memilih tapi memang tidak ada pilihan untuk pergi. Seperti berada di dalam kotak yang tak memiliki pintu untuk keluar. Situasi ini seperti cloningan kecil di kehidupan keluarga Lee sebagai Tuan muda. Dia tidak akan bisa benar - benar pergi.
"Oke, mari kita mulai."