23. kemana Joshua

9.2K 464 29
                                    

Halooo
Cherly kembali menyapa kalian semuanya, apakabar?

Semoga semuanya dalam keadaan baik dan sehat selalu ya

Jangan lupa untuk vote dan komen bab ini..

Semoga suka

Warning Typo ❗❗

Sudah tiga hari pasca Cherly mengalami, Joshua tak ada kabar sama sekali. Cherly sudah beberapa kali menghubungi tapi tetap tidak mendapatkan jawaban. Teman-temannya juga tidak ada yang tau di mana Joshua saat ini, karena laki-laki itu tidak datang ke tempat mereka latihan dance.

Kini Cherly duduk diam di atas ranjang Vincent, sedangkan si pemilik kamar sibuk bermain game. Setiap pulang sekolah Vincent membawa Cherly ke rumahnya, tentu dengan pemaksaan. Apalagi mereka pulang bersama, dengan kondisi kaki yang masih sakit Cherly hanya bisa menurut.

Bukk

Sebuah bantal mendarat tepat di kepala Vincent dengan keras. Membuat sang empu mendengkus kesal pada si pelaku. Bagaimana tidak kesal, ia sedang mencetak skor pada game itu. Tapi kepalanya di lempar dengan bantal hingga fokusnya buyar.

"Lo kenapa sih? gue dikit lagi memang loh ini." dengkus Vincent

"Ya abisnya, gue bosen duduk nggak ngelakuin apa pun. Sedangkan lo yang bawa gue kesini, malah sibuk main game. Lo kira gue penonton bayaran?" cerca Cherly, memasang wajah kesalnya.

Vincent tersenyum, lalu segera naik ke atas ranjangnya. Wajah cemberut Cherly sangat lucu, ia jadi ingin mencubit kedua pipinya yang cukup berisi.

"Kenapa lo senyum-senyum, gila lo?" ketus Cherly

"Lo lucu kalo lagi ngambek, jadi pengen cubit." ujar Vincent, mendekatkan tangannya pada pipi Cherly.

"Diem, atau gue gigit tangan lo." ancam Cherly sambil melotot.

Lagi-lagi Vincent tersenyum melihat sikap Cherly, gadis itu benar-benar berubah. Jika di ingat-ingat, dulu dia akan senang jika bersama Vincent dan akan selalu bersikap manis. Tapi sekarang dia sangat ketus, bahkan cukup kasar.

"Gue ada film seru, lo mau nonton nggak?" tawar Vincent

"Film apa?"

"Film romance, gue ambil MacBook bentar ya." Vincent segera keluar kamar untuk mengambil MacBook miliknya yang tertinggal di ruang kerja ayahnya.

Beberapa menit kemudian, Vincent kembali dengan membawa MacBook dan juga beberapa camilan beserta minuman soda. Di langsung menutup tirai kamarnya agar tidak terlalu terang, lalu duduk di sebelah Cherly.

"Film apa dulu nih judulnya?" Cherly hanya takut Vincent menunjukkan film yang tidak pantas saja, jadi dia terus bertanya judulnya.

"Fifty shades, lo tau kan? kemaren gue dikasih tau temen gue, katanya itu filmnya seru." jelas Vincent dengan tersenyum lebar.

"Gila lo, masa nonton film itu sama gue. Enggak ah, gue takut lo pengen praktek. Film lain aja." tolak Cherly ini

Vincent tersenyum penuh arti pada gadis di depannya yang terlihat kesal. Tapi ia tetep melanjutkan apa yang ingin di lakukan, yaitu menonton film pilihannya.

"Lo pernah nonton ya?" tanya Vincent, ketika filmnya mulai di putar.

"Enggak." jujur, Cherly belum pernah menonton film itu. Ia hanya tau dari teman-temannya yang saat itu menceritakan bagaimana alur percintaan sang tokoh utama.

"Kalau nggak tau kenapa nolak?" Vincent mode kepo.

"Gue tau ceritanya aja, temen-temen gue waktu itu ceritain pas mereka selesai nonton." penjelasan Cherly membuat Vincent tersenyum lebar, ia senang jika gadis itu mau bicara panjang lebar dengan dirinya.

Vincent benar-benar menonton film itu, dengan Cherly yang duduk di sebelahnya. Ia terlalu fokus dengan film yang di putar, sehingga tidak sadar jika Cherly sudah tertidur dengan menyandarkan kepalanya di kepala ranjang. Baru saat film sudah selesai, Vincent menatap gaket gadis di sebelahnya yang malah tertidur. Padahal ia ingin sekali menggoda Cherly setelah filmnya selesai.

"Ck, dasar." Vincent menjawil ujung hidung Cherly pelan, lalu membenarkan posisi tidur gadis itu.

"Lo cantik, banget malah. Tapi maaf, karena gue nggak punya perasaan apa pun buat lo. Tapi sekarang gue nggak bisa jauh dari lo, gue juga heran sama diri gue sendiri yang terkesan mempermainkan perasaan lo." Vincent mengelus puncak kepala Cherly dengan sangat lembut, menatapnya dengan dalam.

Setelah puas memandangi wajah damai Cherly, akhirnya Vincent memutuskan untuk ikut tidur di sebelah gadis itu. Vincent menggeser tubuhnya agar lebih dekat, lalu ia mulai menutup matanya sambil memeluk Cherly dari samping.

***

"Kak, itu kak Joshua kan?" tunjuk Felicia pada seorang laki-laki yang cukup mereka kenal.

"Eh, iya. Tapi itu siapa? saudara atau temen ya?" kata Yolanda mengernyit heran. Pasalnya mereka tidak pernah melihat Joshua pergi bersama seorang wanita.

"Saudaranya kali, ayo samperin." ajak Alina

Mereka bertiga mendekati Joshua yang tengah asik berbicara dengan seorang gadis berambut pendek di depannya. Keduanya terlihat cukup akrab, karena Joshua tak henti-hentinya menggoda gadis itu dan mengacak-acak poninya pelan.

"Kak Josh?" panggil Alina

Joshua langsung menghentikan tawanya melihat Alina dan kedua temannya ada di sana. Ia menarik pinggang gadis di depannya agar berada di samping, takut jika nanti mereka akan menyerang gadis itu.

Melihat apa yang Joshua lakukan membuat Alina menggeram marah, ia ingin mengeluarkan umpatan tapi di cegah oleh Felicia.

"Lo ke mana aja? cewek lo cidera di depan mata lo, tapi kenapa lo nggak jenguk dia sama sekali?" tanya Yolanda to the poin.

"Gue bilang kan waktu itu ada urusan, Bunda gue minta gue pulang. Jadi nggak bisa antar Cherly ke rumah sakit." jawab Joshua terlihat biasa saja.

"Tapi kenapa selama tiga hari ini lo nggak jenguk dia sama sekali? lo tau, dia setiap hari nanyain lo yang nggak bisa di hubungi. Dia khawatir terjadi sesuatu sama lo, tapi lo malah asik-asikan sama cewek lain." semprot Alina, sambil menunjuk-nunjuk gadis yang ada di sambil Joshua.

"Jaga sikap lo Alina, ini bukan salah dia. Gue emang sibuk selama tiga hari ini, dan dia sahabat gue. Dia lagi ada masalah, jadi gue berusaha ada buat menghibur dia." ujar Joshua ikut terpancing emosi.

"Setidaknya lo kasih kabar ke Cherly, jangan ngilang sesuka hati begini. Di saat Cherly sakit, dia masih mikirin lo. Tapi yang di khawatirkan malah sibuk sama sahabatnya. Kalau sahabat lo lebih penting, tinggalin Cherly." suara dingin Felicia membuat Joshua terdiam, memang ia salah sudah tidak memberikan kabar atau bertanya kepada Cherly saat ini. Padahal sudah jelas dia tau jika Cherly sedang mengalami cidera serius.

"Kita pergi aja, dan minta sama Cherly buat mutusin hubungannya. Gue nggak mau Cherly sakit hati lagi, mending dia kembali sama cinta pertamanya." ketus Alina

Tiga gadis itu pergi meninggalkan Joshua yang masih diam saja. Mereka sangat kecewa dengan Joshua yang tidak menghargai perasaan Cherly. Padahal selama ini Cherly sudah berusaha sebaik mungkin untuk menjadi pacar dan menjadi sandaran untuk Joshua. Tapi kenapa sekarang Joshua tidak bisa menghargai yang Cherly lakukan.

"Kakak punya pacar?" tanya gadis di sampingnya.

"Iya, kita udah jadian beberapa bulan lalu." jawabnya pelan.

Gadis itu menghembuskan nafas kecewa, padahal ia sudah menyimpan perasaan untuk Joshua sejak lama. Tapi laki-laki di sampingnya sudah memiliki seorang kekasih.

"Tapi, aku rasa bisa buat kak Joshua berpaling. Sekarang aja pacarnya sakit, dia lebih memilih untuk nemenin aku." gadis itu membatin.







Jangan lupa vote komen ya


lelah [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang