bab 14

26.8K 1K 38
                                    

Sekarang jam olahraga, Cherly dengan semangat berlari menuju lapangan bersama dengan Alina. Kebetulan di lapangan masih sepi karena masih banyak yang belum selesai mengganti seragam. Disana sudah ada Devan dkk, mereka melambaikan tangan pada Cherly dan Alina.

Ciko melempar bola basket ditangannya pada Cherly, ia ingin menantang gadis itu basket. Karena sudah lama tidak pernah main basket bareng, mungkin Cherly sudah lupa caranya bermain dengan baik. Jadi ini kesempatan untuk dirinya mengalahkan gadis itu.

"Lawan gue kalo berani." Ujar Ciko dengan wajah tengil

Dukk

Cherly melempar bola basket yang baru ia tangkap pada Ciko dan mendarat mulus di kepalanya. Melihat hal itu semua teman-temannya tertawa puas.

"Kayaknya gue gak bisa deh, udah lama gak pegang bola basket. Entar gue kalah lagi." Tolak Cherly

"Yah, cemen lo." Ejek Ciko

"Gak peduli gue budek." Kata Cherly cuek

"Ayolah Cher, anggap aja pemanasan. Mau yaaaa." Paksa Ciko

Cherly membuang nafas kasar, " yaudah sini, lempar bolanya." Cherly setuju untuk main.

Ciko kembali melempar bola basketnya pada Cherl agar gadis itu bermain bersamanya, akhirnya keduanya mulai bermain di tengah lapangan. Cherly beberapa kali gagal melempar bola ke dalam ring basket.

"Ah, gak mau main lagi." Cherly melempar bola basketnya ke sembarang arah karena kesal.

Devan yang melihat itu tersenyum, lalu segera mendekati Cherly dengan membawa bola basket lain. Cowok itu berdiri tepat di belakang Cherly, lalu tangannya mengungkung Cherly.

"Eh eh, ngapain?" Tanya Cherly bingung.

"Biar gue ajari." Bisik Devan, Cherly mengangguk lalu mulai mengikuti arahan Devan.

Meskipun bukan kapten basket atau anggota basket, Devan cukup mahir bermain basket. Dulu ia juga sering ikut pertandingan basket saat di tempat latihan. Namun ketika masuk SMA ia malah tidak tertarik untuk bergabung dengan tim basket sekolah.

Selama Cherly belajar basket bersama Devan, banyak sekali mata yang menatap iri pada kedekatan keduanya. Apalagi Devan tertawa hanya karena Cherly tidak bisa memasukkan bola ke ring. Banyak juga yang berbisik takjub dengan senyum ceria Cherly selama belajar.

"Wah, hebat banget ya Cherly bisa buat seorang Devan ketawa lepas gitu." Bisik salah satu murid berambut pendek.

"Iya, beruntung banget deh Cherly bisa sedekat itu sama Devan. Meskipun dia gak bisa deket sama Vincent, seenggaknya dia deket sama cowok-cowok ganteng." Ujar yang lainnya.

Dari kejauhan Vincent juga sedang melihat kedekatan Cherly dengan Devan. Wajahnya tampak datar seperti biasanya, namun kali ini tatapan Vincent sedikit berbeda.

"Devan cocok kan sama Cherly?" Tanya Petter, dengan tersenyum sambil melihat kedekatan Cherly dengan Devan.

"Gak!" Ujar Vincent lalu pergi begitu saja meninggalkan Petter.

Petter tersenyum miring mendengar respon dari sahabatnya, entah kenapa ia merasa jika Vincent tidak suka melihat kedekatan keduanya. Apalagi wajahnya terlihat begitu dingin saat melihat Cherly tertawa dengan Devan.

"Gue yakin, sekarang lo pasti ngerasain betapa kesepiannya saat Cherly berhenti untuk deketin lo." Gumam Petter.

Brukk

Tiba-tiba Petter terdorong kedepan saat ada seseorang yang tidak sengaja menabrak dirinya cukup keras. Bahu kanannya sedikit sakit karena hal itu, ia segera menoleh pada seseorang yang sudah menabraknya. Ternyata teman perempuannya di kelas.

lelah [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang