Ending

13.9K 394 17
                                    

Setelah mengatakan keputusannya kepada kedua orang Vincent, dan setelah perdebatannya dengan Vincent. Akhirnya Cherly mendapatkan izin untuk tetap mempertahankan keputusannya yang akan pindah. Melihat bagaimana Vincent yang begitu kecewa kepada dirinya tentu saja ada rasa bersalah di hati Cherly. Jika saja keluarganya bisa datang saat ia wisuda kali ini, mungkin saja keputusannya masih bisa ia ubah. Namun sepertinya semua itu tidak akan pernah ia ubah lagi karena mereka benar-benar tidak datang di saat ia ingin mendapatkan dampingan dari kedua orang tuanya.

Malam ini Cherly dan teman-temannya yang lain menghabiskan waktu bersama di kediaman keluarga Vincent. Mereka berkumpul bersama dan melakukan barbeque untuk merayakan kelulusan. Sebenarnya dengan sangat berat hati Vincent menyetujui permintaan Cherly untuk mengundang teman-teman gadis itu yang di dalamnya juga termasuk ada Devan. Tentu saja tidak mudah bagi Cherly untuk mengundang Devan karena sikap posesif dari Vincent dan cemburu buta yang selalu ditunjukkan.

"Yang di kipasin bukan gue tapi dagingnya," ujar Vincent saat Cherly malah mengisi dirinya bukan daging yang sedang dipanggang.

"Dagingnya kan dipanggang biar kepanasan ya udah sih biarin aja ngapain di kipasin, mending gue kipasin lo biar nggak kepanasan." Ujar Cherly yang masih tetap mengipasi Vincent.

"Sebenarnya yang buat gue panas bukan karena lagi manggang daging, tapi karena lihat lo sama Devan tadi yang asik ketawa-ketiwi tanpa peduli gue yang ada di sini kepanasan liat kalian berdua. Jadi nyesel gue setuju buat ngundang Devan." Ketus Vincent.

Cherly terkekeh pelan mendengar apa yang Vincent katakan, setelah perdebatannya tadi dan berusaha meyakinkan Vincent. Jika dirinya tidak akan pernah berpaling pada laki-laki lain, Vincent malah terang-terangan menunjukkan kecemburuannya.

"Ck, gitu aja marah. Lo kan tau sendiri, kalau gue sama Devan udah berteman baik sejak lama." Cherly berjalan ke belakang Vincent, dan memeluk pemuda itu dari belakang.

"Jangan cemburu sama sekali orang yang cuma gue anggap sebagai teman." Bisik Cherly, sambil mengelus perut Vincent yang tertutup Hoodie.

Vincen langsung tersenyum lebar saat Cherly memeluk dirinya seperti itu. Matanya mencari sosok Devan untuk menunjukkan jika Cherly hanya miliknya. Ia langsung menemukan Devan yang tengah duduk bersama dengan teman-temannya yang lain. Melihat wajahnya yang tampak biasa saja Vincent langsung memamerkan senyum kemenangan. Ia sangat tahu dibalik wajah tenang Devan tentu saja pemuda itu merasa sangat kesal karena melihat Cherly tengah memeluk dirinya.

"Liat tuh, Devan kayaknya cemburu." Kata Vincent, menunjuk sosok pemuda yang terus menatap dirinya dengan Cherly.

"Jangan di ejek, lo tega banget sih." Tegur Cherly, saat melihat Vincent tersenyum mengejek ke arah Devan.

Cherly melepaskan pelukannya dari Vincent saat pemuda itu terus saja mengejek Devan. Ia memilih untuk duduk bersama dengan Risa dan mengobrol. Kebetulan kedua orang tua Vincent juga bergabung dengan mereka sekaligus untuk melakukan perpisahan dengan Cherly, karena gadis itu akan segera berangkat besok siang.

***

Siang ini, Cherly terlambat pergi ke bandara karena ketiduran. Hingga paspornya ketinggalan dan ia pun harus kembali ke rumah. Sedangkan Vincent dan kedua orang tuanya bersama dengan teman-teman Cherly yang lain sudah menunggu di bandara. Gadis itu tidak mengizinkan orang-orang untuk menjemputnya di rumah karena masih banyak hal yang harus ia bereskan.

Dalam perjalanan Cherly terus berdoa agar tidak sampai ketinggalan pesawat. Ia terus-menerus meminta pada sang sopir untuk lebih cepat dalam melanjutkan mobil. Padahal kecepatan mobil yang mereka kendarai berada di atas rata-rata.

Ciiiiitt

Brakk

"Vincent!"

Setelah bunyi benturan keras, dan Cherly meneriakkan nama Vincent. Gadis itu tak disadarkan diri, banyak orang mulai berdatangan mengemudi mobil yang bertabrakan dengan truk kontainer. Mereka segera memanggil ambulans saat melihat kondisi sopir dan penumpang di dalam mobil milik Cherly cukup mengenaskan.

lelah [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang