36. Devan berusaha mendekati Cherly lagi

6.4K 288 6
                                    

Hai guyys
Selamat datang di bab ini dan semoga kalian suka..


25/05/23
Tiga hari berlalu, kini Charly kembali sibuk dengan kegiatannya seperti biasa. Iya juga sudah mulai kembali seperti dulu yang penuh dengan keceriaan di manapun dia berada. Sama seperti sekarang ini ia tengah tertawa lepas dengan teman-temannya di lapangan, karena melihat Ciko yang terkena lemparan bola voli oleh Devan.

"Sialan bukannya ditolongin malah diketawain," Tengku Ciko dengan wajah kesal.

Cherly dan Aina semakin tertawa melihat wajah Chiko yang begitu lucu saat marah. Wajah keduanya sampai memerah karena terlalu banyak tertawa.

Bukan hanya Cherly dan Alina saja yang tertawa, tapi teman-temannya yang lain pun juga tertawa melihat Ciko yang terkenal lemparan bola oleh Devan. Karena tidak ada yang membantu akhirnya Ciko beranjak dan melempar bola voli kepada teman-temannya.

"Wei, dong bro emosian banget lu," ujar Galih yang menangkap bola voli itu.

"Heh, cewek-cewek malah ketawa ayo lanjut main, bahagia banget lu berdua kalau lihat teman lagi susah." Dengkus ciko.

Alina dan Cherly pun mendekat lalu mereka melanjutkan bermain voli. Di pinggiran lapangan dua cowok sedang memperhatikan mereka dengan tatapan yang berbeda. Yang satu menatap kesal karena sejak tadi Devan berusaha untuk mendekati Cherly, sedangkan yang satu menatap kesal pada Alina yang mau saja dipegang pegang oleh Aldo ketika bermain voli. Sebenarnya Alina tidak terlalu pandai bermain voli jadi kali itu selalu dibantu untuk melakukan lemparan voli dengan benar.

"Devan sengaja banget satu kelompok sama Cherly, gue tahu sebenarnya dia masih suka sama Cherly. Makanya sampai sekarang dia masih aja berusaha deketin Charlie." Gumam vincen dengan kesal, dia tahu jika Devan memang menyukai Charly sejak lama. Namun Charly hanya menganggap Devan sebagai teman baik saja, tidak lebih dari itu.

"Devan kan emang suka sama Charlie dari dulu, lagian emangnya kenapa kalau Devan berusaha deketin Cherly?" Peter sengaja bertanya seperti itu untuk mendengar jawaban dari sahabatnya. Ya tahu jika Vincent sekarang sudah mulai memiliki perasaan lebih dari sekedar teman pada Cherly, melihat sikap Vincent yang banyak berubah ketika sedang bersama Cherly. Namun vincen masih belum bisa mengungkapkan perasaannya dan belum yakin dengan perasaan yang dia miliki pada gadis yang sudah menjadi tunangannya itu.

"Sekarang Cherl tunangan gue, jadi nggak seharusnya Devan masih berusaha untuk mendekati Cherly." Vincen menjawab dengan kesal, iya tidak sadar jika Pete tersenyum mengejek di belakangnya.

"Tapi kan lu nggak suka sama Cherly, dan pertunangan kalian dilakukan juga karena perjodohan. Jadi apa salahnya kalau Devan tetap ngejar Cherly, siapa tahu aja dapat," kode Peter sambil terkekeh kecil melihat tingkah sahabat baiknya itu.

"Ck, sana lu pergi, buat gue tamba bad mood aja." Usir Vincent sambil mendorong punggung sahabatnya untuk segera pergi dari sana.

Peter hanya tertawa lalu tetap berdiri di sana namun agak menjauh dari Vincent, iya masih ingin memperhatikan Alina yang begitu betah bermain voli dengan Cherly dan yang lainnya. Padahal cuaca hari ini cukup panas tapi gadis itu masih begitu lincah melompat dan belajar bermain voli.

Vincent melirik pada temannya yang terlihat diam dan fokus menatap ke arah lapangan. Tepatnya tatapan itu lebih fokus pada seorang gadis yang sedang asyik belajar bermain voli dengan Aldo. Menyadari itu, vincenther kekeh kecil melihat sahabatnya menahan diri untuk tetap diam di tempatnya tanpa berminat untuk mendekati gadis yang sejak tadi ditatapnya dengan serius.

"Cuaca udah panas, lihat pemandangan di depan makin panas." Sindirnya sambil melirik pada Peter yang terus melihat ke arah Alina.

Peter hanya berdeci, lalu kembali menatap ke depan untuk melihat sosok gadis yang sudah mencuri hatinya entah sejak kapan. Beberapa menit kemudian mereka terlihat menyelesaikan permainan voli dan meninggalkan lapangan. Peter yang tadi sudah menitipkan untuk dibelikan air mineral pada salah satu teman kelasnya, segera mengambil botol air mineral itu dari kursi yang tak jauh dari mereka berdiri. Iya langsung menyodorkan minuman itu pada Alina dengan tersenyum.

lelah [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang