31. keputusan Vincent

7.4K 348 13
                                    

Cherly pergi ke rumah Vincent dengan wajah kesal, pasalnya mereka janjikan akan pergi ke toko buku. Tapi Vincent tak kunjung datang ke rumahnya, dan sekarang cowok berkulit putih itu menghilang entah apa ke mana. Bahkan nomor teleponnya tidak bisa di hubungi.

"Sayang, duduk dulu sini. Mungkin sebentar lagi Vincent dateng," ajak mama Vincent dengan lembut.

Cherly yang sejak tadi mondar-mandir dengan sesekali menggerutu, akhir duduk bersama wanita cantik yang begitu ia sayangi itu. Sudah lama ia tidak duduk berdua sambil meminum teh, semenjak Cherly kembali ke rumahnya.

"Vincent nggak pamit sama Tante?" Tanya Cherly, masih dengan wajah kesal.

"Tante kan baru aja datang, dan kalau di rumah nggak ada orang, biasanya dia langsung pergi tanpa repot-repot kasih tau orang tuanya." Jawab mama Vincent, sembari tersenyum hangat.

Ia sangat bersyukur dengan kemajuan hubungan keduanya, meskipun Cherly selalu mengatakan kalau dia sudah tidak mungkin lagi bersama Vincent, bamun ia sangat berharap suatu saat nanti keduanya bisa saling membuka hati.

"Dia ini, awas aja ya, nanti Cherly tendang, biar tau rasa!"

Tak lama kemudian, mereka mendengar pintu utama di buka. Dan di sana menampilkan sosok laki-laki yang Cherly tunggu sejak tadi. Wajahnya terlihat datar seperti biasanya, tidak ada senyum atau sedikit saja ekspresi yang lebih baik.

"Dari mana? Cherly dari tau nunggu kamu loh." Tanya sang Mama.

"Ketemu sama Sofia," jawab Vincent santai, membuat raut wajah ibunya menjadi horor.

"Semalam kamu bilang mau fokus sama pertunangan, kenapa masih ketemu sama pacar kamu itu?" Dengkus sang ibu kesal.

"Aku harus mengakhiri hubungan sama Sofia sebelum tunangan sama Cherly, Ma. Aku nggak mau jadi cowok brengsek dengan tetap menjalin hubungan sama Sofia, tapi juga berstatus jadi tunangan Cherly." Jelas Vincent, membuat ibunya kini tersenyum lebar.

Sedangkan Cherly hanya diam mendengarkan apa yang Vincent katakan. Ia masih terlalu bingung dengan keadaan saat ini. Ia tau jika dulu Vincent sangat mencintai kekasihnya, bahkan Vincent akan menuruti apa pun yang gadis itu inginkan. Dan tanpa pikir Cherly panjang akan langsung mentransfer sejumlah uang dengan nominal besar, jika tidak bisa menemani pacarnya pergi berbelanja. Tapi kenapa sekarang dengan gampangnya Vincent memutuskan hubungan, hanya karena mereka akan bertunangan karena perjodohan? Pikir Cherly.

"Wah, bagus deh. Jadi, mama sama Papa nggak perlu memikirkan cara agar kamu dan Cherly selalu lancar menjalankan hubungan. Tanpa ada gangguin." Sorak mama Vincent dengan senang.

Mama Vincent dan Mama Cherly memang sama-sama ingin memiliki ikatan di antara kedua anak mereka. Jika ada kalian bertanya kenapa bukan Chandra yang di jodoh, karena gadis itu satu tahun lebih tua dari Vincent dan dia sudah memilki pacar.

Vincent beralih menatap gadis yang sejak tadi hanya diam, ia berjualan mendekati Cherly lalu merebahkan tubuhnya di atas sofa. Tanpa meminta izin terlebih dulu, Vincent menidurkan kepalanya di pangkuan Cherly. Membuat sang empu hanya mendengkus kesal dengan tingkah Vincent yang semakin seenaknya sendiri.

"Udah nggak janji nggak di tempati, sekarang tidur di pangkuan gue, seenaknya sendiri. Dasar nggak punya malu," decih Cherly, ia sungguh jengkel dengan Vincent saat ini.

"Nanti gue anterin ke toko buku, sekarang gue mau tidur sepuluh menit aja buat nenangin diri." Ujar Vincent dengan suara lelah.

Akhirnya Cherly membiarkan cowo berkulit putih itu tidur di pangkuannya, sesekali ia mengelus kepala Vincent agar tidurnya nyenyak. Ia menatap wajah Vincent yang sudah lelap, setiap kali melihat Vincent yang memperlakukan dirinya lembut, membuat hati Cherly berdebar hebat.

lelah [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang