41. menghindar

7.8K 296 5
                                    

Selama kedua orang tuanya ada di rumah, Cherly benar-benar menghindar. Ia berusaha untuk tidak menemui mereka, bahkan ia juga enggan bertemu dengan sang kakak. Semua itu ia lakukan agar tidak terlalu berat saat ditinggal pergi kembali. Seperti sekarang ini, ia lebih memilih untuk menginap di apartemen milik Vincent.

Dering ponsel membuat Cherly mengalihkan pandangannya, ia kembali melanjutkan acara memasak saat melihat nama seseorang yang menelponnya. Menurutnya yang tidak terlalu penting harus disingkirkan, agar harinya menjadi menyenangkan dan berjalan dengan baik tanpa gangguan sedikit pun.

"Sebelum pindah emang lebih baik gue latihan untuk tinggal sendiri seperti ini, lagian apartemen Vincent nggak terlalu buruk. Dekat minimarket dan juga cafe, nggak akan terlalu membosankan kalau ada di sini." Gumamnya setelah masak, Cherly segera membawa makanan yang tadi ia masak ke meja makan.

Ia makan sendiri karena berada di apartemen itu sendirian, vincent semalam rencananya juga akan menginap bersamanya. Namun ayahnya menelpon dan meminta Vincent untuk datang ke kantor. Ternyata Vincent diminta untuk mulai belajar memegang perusahaan, jadi dia harus lebih sering datang ke perusahaan agar nantinya sang ayah bisa langsung melepaskan perusahaannya pada Vincent.

"Setelah ini ke mana ya," gumam Cherly sambil memainkan ponselnya.

Setelah sarapan dan membersihkan dapur Cherly pergi keluar untuk menemui Alina. Karena ia masih belum bisa menyetir mobil jadi ia harus memesan taksi untuk pergi ke luar rumah. Mengingat hari ini adalah akhir pekan jadi jalanan cukup macet, iya terjebak di tengah-tengah macet sehingga tidak bisa cepat sampai menemui sahabatnya.

Ketika sedang melihat keluar kaca mobil ia tidak sengaja menangkap sosok Devan ada di sebelahnya dengan menaiki motor. Ia tidak tahu sebelumnya jika Devan bisa memakai motor karena sebelumnya Devan hanya memakai mobil atau dia akan diantar oleh saudaranya saat ke sekolah.

"Devan!" Panggilnya, membuat sosok pemuda yang sedang memainkan ponselnya di tengah kemacetan itu mencari orang yang memanggilnya.

Saat melihat sosok Cherly di dalam taksi Devan segera melambaikan tangan untuk menyapa gadis itu. Ia juga membuka helm, sebelum berkata.

"Mau ke mana? mau bareng nggak?" Tanyanya sambil sedikit berteriak karena jarak mereka agak jauh dan terhalang pemotor lainnya.

Mendapat tawaran bagus tentu saja Cherly langsung mengganggu setuju, ya segera mengeluarkan beberapa lembar uang untuk diberikan pada sopir taksi. Ia tidak bisa menunggu kemacetan di dalam mobil karena itu sangat panas dan membuatnya pengap. Setelah membayar taksi Charly segera turun dari taksi itu dan menghampiri Devan.

"Ayo naik, nih helmnya." Devan menyodorkan helm perempuan yang ia bawa pada Cherly.

Gadis itu langsung menerimanya dan memakai helm dari Devan, lalu ia segera naik ke atas motor Devan. Sudah lama ia tidak menaiki motor semenjak tidak lagi berhubungan dengan Joshua. Ketika bersama Vincent tentu ia tidak pernah naik motor karena Vincent selalu mengatakan udara luar sangat tidak baik apalagi paparan sinar matahari yang tidak bagus untuk kulit. Ada begitu banyak alasan yang Vincent berikan saat Cherly mengatakan ingin naik motor.

"Lo pasti udah tahu ya kalau mau ketemu sama gue di jalan? makanya bawa dua helm." Canda Cherly.

"Jangan ge'e! Gue abis nganter kakak sepupu gue." Balas Devan sambil terkekeh geli.

"Ck, nggak asik lo. Gue kira lu punya ikatan batin mau ketemu sama gue makanya bawa dua helm." Cherly masih berusaha mengeluarkan candaan pada Devan, karena pemuda itu sifatnya hampir sama dengan Vincent yang dingin dan terkesan cuek.

"Tapi ngomong-ngomong kok lu bisa sampai sekitar sini sih? Rumah lu kan jauh dari area sini?" Tanya Devan penasaran.

"Oh, gue nginep di apartemen Vincent. Sampai sudah wisuda nanti gue bakal tinggal di sana, buat latihan hidup sendiri tanpa bantuan asisten ataupun sopir. Karena gue mau pindah tempat tinggal yang lebih dekat sama tempat kuliah gue nantinya." Jawabnya Cherly jujur, ia tidak akan memberitahu pada siapapun ke mana nantinya pindah. Cukup mengatakan jika dirinya tidak akan lagi tinggal di sekitar Jakarta dan memulai kehidupan baru, itu akan membuat Charly merasa lebih nyaman nantinya.

***

Di kediaman kedua orang tua Vincent, Mama Cherly datang dan mencari keberadaan Putri bungsunya. Wanita itu tampak kesal dan cemas karena Cherly tidak bisa dihubungi dan gadis itu tak pulang ke rumah. Vincent sudah menjelaskan jika Charly berada di apartemennya untuk beberapa hari sampai mereka akan melaksanakan wisuda. Dia tidak memberitahukan alasan yang sebenarnya karena takut mama Cherly akan kecewa, karena garis itu menghindari keluarganya.

"Ya sudah kalau begitu, kami titip Charly tolong jaga dia dengan baik." Ujar Indi, ia terlihat masih ingin mengetahui alasan kenapa putrinya tidak pulang ke rumah. Namun Vincent yang tidak mau menjelaskan alasan pastinya membuat Indi mengalah.

"Kami memang selalu menjaga Charly dengan baik kok tante, jadi jangan khawatir akan terjadi sesuatu sama dia. Karena kami sangat tahu bagaimana cara menjaga Cherly agar tetap baik dan aman." Jawab Vincent dengan tegas namun dari kata-katanya dia tentu saja menyindir orang tuanya Cherly yang jelas-jelas sering meninggalkan gadis itu sendirian sejak kecil. Jujur saja Vincent ingin sekali marah pada kedua orang tua tunangannya, karena mereka sangat tega meninggalkan Cherly dan membuat garis itu merasa tidak diharapkan oleh keluarganya sendiri.

"Iya saya tahu jika selama ini kalian bisa dipercaya untuk menjaga putri kami, kalau begitu saya pamit dulu." Kata Indi pada akhirnya.

Setelah kepergian Indi, Vincent langsung pergi ke apartemennya untuk menemui Cherly. Semalam ia tidak jadi menginap karena harus membantu sang ayah di perusahaan. Dan sekarang Cherly malah tidak bisa dihubungi.

"Vincent pergi dulu ma." Pamitnya, setelah memakai Hoodie.

"Mau ke mana?" Tanya Risa, wanita itu asik menata kue kering pada toples yang baru saja selesai ia buat bersama asisten rumah tangga.

"Mau ke apartemen, Cherly nggak bisa di hubungi." Jawabnya jujur, lalu segera keluar dari rumah sebelum sang ibu akan mengeluarkan pertanyaan lagi, yang akan membuatnya semakin lama keluar dari rumah.

Selama di perjalanan Vincent terus berusaha menghubungi Cherly, namun tetap tidak ada hasilnya. Ia jadi khawatir pada gadis itu, karena sejak semalam tidak saling bertukar kabar. Sesampainya di apartemen, Vincent langsun mencari Cherly ke semua sudut ruangan. Karena saat ia masuk ke dalam apartemennya tadi sangat sepi, dan saat dirinya memanggil Cherly tidak ada jawaban.

"Cherly, lo ke mana sih?" Gumamnya frustasi.

Karena tidak menemukan Cherly di mana pun, akhirnya Vincent mencari gadis itu ke luar. Ia tidak bisa tenang jika belum bisa menemukan keberadaan Cherly hingga nanti siang, karena sore nanti ia harus kembali datang ke kantor ayahnya.

Di sisi lain Charly sedang bersenang-senang dengan Devan, ia tidak jadi menemui Alina karena sahabatnya itu sedang pergi bersama mamanya. Alhasil dirinya lebih memilih untuk pergi bersama dan mencari kesenangan selama seharian penuh di taman lalu entah ke mana pagi, Devan akan membawa Cherly. Gadis itu hanya menurut saja.

Seperti sekarang ini mereka pergi ke panti asuhan yang sering didatangi oleh mendiang ibu Devan. Sejak Devan kehilangan ibunya 5 tahun lalu pemuda itu menggantikan sang ibu untuk berkunjung ke panti asuhan secara rutin. Karena ibunya berasal dari panti asuhan tersebut.

"Lo deket banget sama mereka?" Tanya Cherly, ia cukup kagum dengan kedekatan Devan pada anak-anak panti asuhan ini. Sikapnya berubah lembut dan perhatian saat bersama anak-anak itu.

"Ya, karena sejak kecil mama sering ajak gue ke sini. Dan sejak mama meninggal, gue yang rutin datang seminggu sekali ke sini." Jelas Devan, membuat Cherly mengangguk paham.

"Ternyata lo bisa lembut dan perhatian juga ya." Komentar Cherly, saat Devan membantu seorang anak perempuan membuka bungkus permen.

"Bukannya gue emang perhatian ya? Cuma, lo aja yang kurang peka sama perhatian gue selama ini." Balas Devan, ya, Cherly tau jika Devan sangat perhatian pada dirinya. Tapi perhatikan itu bukan hanya perhatian sebagai teman, ia hanya berusaha untuk tidak terlalu merespon perhatian Devan. Karena ia hanya menganggap Devan sebagai teman baik.






SORRY for the annoying typo
Sampai jumpa di bab berikutnya ❤️

lelah [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang