32. penjelasan

6.6K 307 8
                                    

Vincent membawa Cherly ke apartemen miliknya setelah mereka membeli beberapa novel yang Cherly inginkan. Namun, sebelum mulai menjelaskan semuanya, Vincent memilih untuk mengajak Cherly makan siang terlebih dulu. Di sinilah mereka, meja makan apartemen Vincent.

"Hah, kenyang-nya,"

Vincent menggelengkan kepalanya pelan melihat Cherly, gadis itu tidak pernah jaim dan selalu memperlihatkan dirinya dengan apa adanya.

"Jadi, apa penjelasannya?" Todong Cherly, ia sudah tidak sabar ingin mengetahui alasan Vincent memutuskan pacarnya, yang ia tau dia sangat mencintai gadis itu.

"Gue putusin Sofia karena kita mau tunangan," Vincent menjawab santai.

Cherly menghela nafas kesal mendengar jawaban yang Vincent berikan. Lalu berkata "itu bukan jawaban yang cocok, apalagi lo dulu kan selalu mengutamakan pacar lo itu. Dan sering nggak dengerin apa yang mama lo katakan, tapi kenapa sekarang tiba-tiba?"

"Bukan tiba-tiba, sebenarnya udah lama semenjak kita mulai deket. Gue jadi jarang ketemu sama dia, dan kalau pun ketemu paling dia ngajak belanja. Setelah itu pulang dan nggak ketemu lagi, jadi dari pada hubungan kita tetap terjalin kaya gitu. Lebih baik berhenti aja, dan gue mau fokus sama perjodohan kita." Jelas Vincent sembari menyuapkan sepotong nanas yang tadi Cherly beli di pinggir jalan.

Gadis itu tampak berpikir, ia juga merasa apa yang Vincent rasakan. Sejak mereka berdua dekat dan pacarnya sering hilang kabar, membuat Cherly merasa jauh dengan Joshua. Bahkan setelah kejadian di pasar malam beberapa hari lalu, cowok yang berstatus sebagai pacarnya itu tidak ada kabar. Nomor ponselnya pun tidak bisa Cherly hubungi, padahal ia sangat ingin mendengar penjelasan Joshua.

"Gue nggak akan minta lo buat putus juga kok, jadi jangan tegang gitu," canda Vincent, membuat Cherly langsung menatap ke arahnya.

"Kalau pun lo nyuruh gue putusin pacar gue, gue nggak akan pernah mau. Lagian kita kan cuma di jodohkan, dan k mungkin nanti nggak akan berlanjut." Dengkus Cherly.

Vincent tersenyum kecut mendengarnya, entah kenapa rasanya ada rasa kesal saat Cherly mengatakan hubungan mereka tidak akan berlanjut. Tapi, mau bagaimana lagi, mereka baru akan memulai pertunangan. Bisa jadi nanti mereka tidak berjodoh dan akhirnya berakhir.

Setelah pembicaraan dirasa selesai, Cherly memilih untuk membereskan wadah bekas mereka makan. Sedangkan Vincent pergi ke kamarnya, kepalanya terasa pusing karena memikirkan jika nanti ia dan Cherly tidak berjodoh. Padahal selama ini ia sudah meyakinkan dirinya jika hatinya sudah terisi penuh dengan nama gadis yang akan menjadi tunangannya beberapa hari lagi.

"Apa bisa gue masuk lagi ke dalam hati lo? Apa mungkin lo mau membuka hati untuk gue, yang sudah sangat jahat sama lo?" Gumam Vincent, ia menatap dirinya di depan cermin yang ada di dalam kamar mandi kamarnya.

Di sisi lain, Joshua tengah duduk dengan kepala tertunduk karena permintaan kedua orang tuanya. Ia sangat menyesal karena sudah menuruti permintaan ayahnya untuk membantu menjaga anak sahabat baiknya. Dan sekarang ia terjebak hal yang sangat tidak ingin ia alami.

"Josh, kamu harus bantu Papa untuk membalas budi pada keluarga Afifah. Jika dulu mereka tidak membantu perusahaan Papa, pasti kita sekarang akan hidup dengan serba kekurangan." Pinta sang Ayah, laki-laki paruh baya itu sangat berharap, putranya mau menuruti permintaannya.

"Tapi Pa, aku udah bilang berkali-kali kalau aku udah punya pacar. Dan aku cuma menganggap Afifah sebagai adik yang harus aku jaga. Aku nggak bisa menikah sama dia, Pa." Joshua menatap ayahnya dengan memohon. Ia sungguh tidak bisa menjadikan gadis itu istrinya, apalagi hatinya hanya untuk Cherly seorang. Gadis yang selama beberapa tahun ia awasi dari jauh, dan sekarang gadis itu sudah menjadi kekasihnya.

"Kamu bisa putus sama pacar kamu, dan menikahi Afifah. Sesimpel itu untuk mengambil keputusan." Ujar sang Ayah, mulai emosi karena Joshua masih tidak mau mengakhiri hubungannya dengan Cherly.

"Mendapatkan Cherly nggak sesimpel itu Pa, banyak pengorbanan yang aku lakukan untuk mendapatkan dia. Selama bertahun-tahun aku menyimpan perasaan ini, dan melihat dia menyukai cowok lain membuat aku sangat merasakan sakit. Banyak waktu yang aku luangkan hanya untuk memperhatikan dia dari jauh. Dan setelah semua yang aku lewati dengan berat, Papa dengan gampangnya bilang simpel mengakhiri semuanya?" Ujar Joshua, ia menatap ayahnya dengan penuh rasa sakit yang ia rasakan.

"Lihat, gadis itu buat kamu berani membantah Papa? Wah, dia benar-benar membawa pengaruh buruk untuk kamu? Ini alasan kenapa Papa melarang kamu untuk tetap menjalin hubungan sama pacar kamu itu. Sekarang kamu berani membantah Papa, bahkan menaikkan suara kamu, cuma karena gadis sialan itu." Marah sang ayah.

"Pa, sabar dulu. Jangan marah-marah sama Joshua, dia ngelakuin itu karena selama ini Cherly Yuliana bisa kasih dia kenyamanan." Ujar sang istri, sembari mengelus lengan suaminya.

"Bunda jangan selalu membela anak itu, dia jadi suka membangkang kalau terus-terusan diberi pembelaan."

Mendengar ayahnya membentak sang Bunda, membuat Joshua semakin emosi dan kesal pada laki-laki yang di panggil dengan sebutan Papa itu.

"Papa kenapa sih, nggak bisa jadi ayah yang seutuhnya untuk aku? Jadi ayah yang bisa mengerti aku! Sekali aja Pa, Papa ngertiin aku!" Teriak Joshua, selama ini ia selalu diam saat ayahnya memerintahkan ini dan itu pada dirinya.

"Papa melakukan semua ini demi kebaikan kamu!" Setelah mengatakan itu, laki-laki paruh baya itu pergi dari ruang tamu. Meninggalkan istri dan anaknya yang masih duduk di sana.

***

"Cher, lo nggak mau pulang?" Tanya Vincent, bukannya ia mengusir gadis itu. Tapi karena sudah malam, ia harus segera mengantarkan Cherly pulang. Karena terakhir kali ia membawa Cherly m nginap, ia di omeli habis-habisan oleh ayah Cherly.

"Lo ngusir gue?" Dengkus Cherly kesal, ia yang tadinya asik membaca novel, langsung berdiri dan mengemas semua novelnya.

"Bukan ngusir, tapi gue nggak mau di marahin lagi sama Papa lo." Ujarnya santai, lalu membantu membawa novel dan segera berjalan keluar apartemen.

"Ck, menjengkelkan. Padahal gue lagi asik baca novel, lo bener-bener mengganggu waktu santai gue." Kesalnya.

"Ya udah besok-besok lo bisa datang lagi, tinggal bilang aja. Kapan mau ke apartemen gue, nanti gue jemput." Kata Vincent santai.

"Iya kalau gue mau lo jemput lagi, kalau enggak?"

"Gue tunggu sampai lo mau," santai Vincent.

Cherly hanya mencibir sebagai balasan, selama perjalanan menuju rumahnya. Gadis itu tampak diam saja, dia hanya fokus pada jalanan. Entah kenapa perasaan tidak enak, tiba-tiba saja hatinya terasa gelisah dan itu membuatnya sangat tidak nyaman. Saat Vincent bertanya ada apa, dia hanyalah menjawab tidak apa-apa. Jadi Vincent hanya diam saja, karena tidak ingin membuat gadis itu tidak nyaman jika ia terlalu banyak bertanya.










lelah [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang