34.Kenyataan yang menyakitkan

8.9K 361 8
                                    

Cherly menatap ke arah Vincent dengan tatapan yang tidak bisa di artikan. Melihat Charly yang terus sedih vincen memutuskan untuk membawa gadis itu untuk pergi dari acara pertunangan yang masih berlangsung. Mereka berhenti di salah satu gereja di mana pernikahan Joshua akan dilangsungkan.

Menatap gedung itu dengan mata berkaca-kaca, setelah menghembuskan nafas dengan kasar dan terus menggenggam tangan Vincent, ia memutuskan untuk berjalan memasuki gereja tersebut. Saat sudah berada di dalam gereja, Cherly hanya melihat acara pernikahan yang dilaksanakan dari kejauhan. Ia memutuskan untuk diam tidak berniat untuk mendekat dan menunjukkan dirinya pada. Karena takut akan membuat acara penting itu berantakan.

"Mau menemani mereka?" Tawar Vincent pelan.

"Saat acara akan selesai, gue baru akan menemui Joshua. Sekarang gue hanya ingin melihat dia dari kejauhan supaya acaranya berjalan dengan lancar dan nggak menimbulkan kegaduhan." Jawab Cherly dengan suara bergetar.

Setelah cukup lama menunggu, akhirnya acara selesai. Cherly memutuskan untuk menemui Joshua sendiri tanpa mengajak Vincent. Ia meminta laki-laki yang sudah menjadi tunangannya itu untuk menunggu di luar gereja.

Dengan langkah pelan dan degupan di dadanya yang semakin kencang Cherly terus berjalan dengan pelan menuju ke arah Joshua dan istrinya. Ia menampilkan senyum manisnya, sedangkan Joshua menatap kaget dengan keberadaan Cherly. Berbeda dengan wanita yang kini menjadi istri dari Joshua, dia tampak tersenyum menang ke arah Cherly.

"Selamat atas pernikahan kalian, semoga selalu bahagia dan segera diberikan momongan." Ucap Cherly pelan, dengan suara yang sedikit bergetar karena menahan tangis, ia mengulurkan tangannya untuk memberikan selamat pada laki-laki yang masih berstatus sebagai pacarnya.

"Sayang, aku bisa jelasin semua ini-"

"Aku udah lihat dengan jelas semua ini, nggak perlu di jelaskan lagi. Hari ini tepat bulan ke lima kita jadian, sesuai yang kamu katakan dan janjikan. Kamu akan menikah, tapi ternyata bukan sama aku. Melainkan sama wanita lain, apa ini alasan kamu  menghindari aku? Ini yang selama ini kamu sembunyikan? Menjalin hubungan sama orang lain, sedangkan aku selalu berusaha menghubungi kami dan menunggu kabar dari kamu. Kamu jahat Jo!" Akhirnya setelah cukup lama menahan air matanya, sekarang pipi putih Cherly dibanjiri oleh air mata.

Ia menatap Joshua dengan tatapan terluka, sesaat Cherly diam dan menatap pada wanita yang berdiri di samping Joshua. Melihat tatapan wanita itu padanya membuat ceri yakin jika wanita itu sangat puas dengan pernikahannya dengan Joshua dan dirinya yang tersakiti.

"Cher, aku bisa kasih penjelasan buat semua ini. Please, kasih aku kesempatan-"

"Kamu sudah menikah, nggak perlu kasih penjelasan apa pun itu pada wanita lain. Kamu hanya perlu fokus sama istri kamu!" Seorang laki-laki paruh baya memotong ucapan Joshua yang ingin berusaha m yakin Cherly.

Laki-laki berbalik menatap pada Cherly, lalu berkata "jangan ganggu Joshua lagi, dia sudah menikah dengan wanita pilihannya. Jadi tolong jangan mengusik rumah tangga mereka."

Cherly yang mendengar itu semakin merasa sesak dan air matanya semakin deras membasahi pipinya. Sakit yang dirasakannya sungguh membuat dadanya sesak, perlahan ia menutup matanya lalu melangkah pergi.

Tidak ada lagi yang harus dijelaskan, perkataan dari laki-laki yang tak lain adalah ayah Joshua, sudah menjelaskan semuanya. Cherly berlari keluar dengan air mata yang terus mengalir dengan deras.

"Cherl-"

Bruk

Tiba-tiba terdengar suara seseorang jatuh, membuat Joshua menghentikan langkahnya yang akan mengejar sang gadis. Ia menoleh pada wanita yang baru saja resmi menjadi istrinya, kini terbaring di lantai dengan mata tertutup. Ia langsung berjalan ke arah istrinya dan mengangkatnya.  Sebenarnya ia ingin sekali meninggalkan wanita itu dan mengejar Cherly, tapi kondisi saat ini membuatnya tidak bisa melanjutkan untuk mengejar Cherly.

Di luar, Cherly terus berlari, lalu menubruk punggung Vincent dan memeluknya erat. Ia menangis kencang di punggung tegap itu, menumpahkan air matanya di sana.

Vincent yang awalnya terkejut, karena tiba-tiba ada yang memeluknya dari belakang kini diam. Membiarkan Cherly menangis, agar kesedihannya keluar dan tidak membuat gadis itu terus merasa sesak.

Dari kejauhan, Joshua melihat gadis yang sangat ia cintai tengah menangis sambil memeluk punggung seorang laki-laki. Ia tau gadis itu pasti sangat kecewa padanya, ingin sekali, ia menghampiri Cherly dan memeluknya erat. Namun tidak sekarang, ia harus pergi ke rumah sakit untuk memeriksa keadaan wanita yang sudah dinikahinya.

Cukup lama dan Vincent menunggu, akhirnya ia berbalik. Membawa Cherly kedalam pelukannya, ia memeluk serta mengelus kepala gadis itu pelan. Melihat gadis yang kini menjadi tunangannya menangis seperti ini, membuat Vincent juga merasa sakit. Walaupun ia sendiri belum tau apa yang sebenarnya terjadi pada perasaannya untuk Cherly.

***

Tepat jam 12 malam, Cherly terbangun dari tidurnya karena tenggorokannya terasa begitu kering. Ia melihat sekeliling kamar yang ia tempati saat ini dengan pandangan bingung.

"Ini, kamar Vincent." Gumamnya dalam hati.

Dengan tubuh lemas, Cherly bangkit, menuangkan air putih yang ada di nakas samping tempat tidur. Lalu berjalan menuju jendela, ia berdiri dengan tatapan kosong menghadap pada langit malam yang terlihat mendung. Tak ada satu pun bintang di sana, seakan mengikuti perasaan Cherly yang tengah bersedih.

"Huh, apa takdir hidup seorang Cherly akan terus begini? Kenapa selalu gagal dalam percintaan." Cherly terus menatap langit malam dengan sendu.

Selama ini ia sangat percaya, jika hubungannya dengan Joshua akan abadi seperti bunga edelweis. Tapi nyatanya, itu hanya sebuah harapan yang tidak akan pernah terwujudkan.

Kini ia hanya perlu menunggu takdir yang tuhan berikan, setelah dulu hatinya dibuat hancur oleh Vincent, lalu ditata oleh Joshua. Tapi kembali dihancurkan oleh orang yang menata,  kemudian tuhan membuatnya terikat sebuah hubungan dengan Vincent. Ia merasa jika tuhan sedang mempermainkannya dengan terus menghancurkan hatinya. Untuk selanjutnya ia hanya akan mengikuti arus kehidupan, tanpa harus berusaha untuk melawan arus. Ia sudah benar-benar lelah dengan takdir tuhan yang terus membuatnya merasa tak ada gunanya hidup.

"Huh, kenapa seorang Cherly harus terlahir. Jika selalu mendapat rasa sakit, tuhan?" Ia meminum air putih ditangannya hingga habis, lalu berjalan kembali ke ranjang.

Di luar kamar, Vincent masih terjaga dengan kedua tangan ia gunakan bantal. Kejadian tadi membuat ia kembali merasa sangat bersalah dengan apa yang dulu dilakukan pada Cherly. Ia menatap langit-langit ruang tengah apartemennya dengan tatapan kosong.

Kepalanya terus memutar memori masa lalu, semua terlihat jelas di bagaimana ia memperlakukan Cherly di masalalu. Sekarang ia baru bisa merasakan bersalah, setelah apa yang ia lakukan benar-benar menyakitkan. Jika saja bisa memutar waktu, mungkin Vincent akan bersikap baik pada Cherly. Meskipun ia tidak menerima gadis itu sebagai kekasihnya.

"Vincent bodoh, lo ternyata gak jauh beda sama Joshua. Bahkan perlakukan lo dulu ke Cherly sangat nggak bisa di maafkan." Gumamnya, ia mengacak rambutnya kasar.

Mungkin mulai sekarang, ia akan mulai semuanya dari awal. Walaupun belum pasti dengan perasaan yang dimilki. Namun ia sadar, jika suatu saat nanti akan mulai mencintai Cherly. Apalagi gadis itu sangat baik dan begitu lembut pada semua orang.

"Tuhan, kalau dia benar-benar jodoh yang dikirim. Aku akan berusaha sekuat tenaga untuk menjaganya dengan baik. Tapi juka kami tidak berjodoh, tolong buat kami untuk menjadi teman baik yang saling menjaga." Vincent menutup matanya perlahan, setelah berucap lirih. Sebelum masuk ke dalam alam mimpi, ia berharap besok pagi akan merasa lebih baik dan melihat senyum cantik Cherly kembali.



lelah [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang